Singgasana Magis Arcana

Pengantar Pesan Baru



Pengantar Pesan Baru

0Di Babel di dalam Atomic Universe…     
0

Tepat ketika Lucien kembali, Natasha masih termenung di depan layar kecil. Dia menatap ke depan sambil memutar Sword of Truth di tangannya.     

"Ada apa?" tanya Lucien yang merasa aneh. Mempertimbangkan pemahaman arcana-nya, dia tak seharusnya begitu terkejut dalam waktu lama, bukan?     

Mendengar suara Lucien, Natasha tampak terbangun dari lamunannya. Mata peraknya berkilau, lalu dia berkata, "Meski eksperimen pilihan tertunda tak bisa membuktikan hukum sebab akibat bisa dihancurkan, aku merasa benar atau tidak Sword of Truth diciptakan berdasarkan mekanisme itu. Apakah semua metode kebangkitan dihilangkan karena hukum sebab akibat disabotase?"     

Lucien menatap Natasha dari atas hingga bawah dengan serius. Meski Natasha begitu percaya diri dan tegas, kini dia terlihat tercengang. Apa dia baik-baik saja?     

Suasananya membeku selama beberapa menit. Tepat ketika Natasha sudah tak tahan dan akan bicara lagi, Lucien mendadak tersenyum senang. "Kau berpikir terlalu berlebihan."     

"Sungguh? Aku jarang melakukannya," kata Natasha jujur, tak menunjukkan frustrasi sama sekali.     

Senyum Lucien menghilang. Dia mengangguk dan membalas, "Itu adalah kemajuan besar dengan memikirkan mekanisme arcana di balik kekuatan darah Sword of Truth. Hanya dengan memahami apa itu sebenarnya, maka kau akan tahu cara menyusurinya. Meski aku masih belum yakin, aku punya spekulasi samar terhadap kekuatan darahmu. Saat aku kembali dari neraka purba, mungkin aku bisa mengatakan padamu apa itu."     

"Sungguh?" Natasha kaget dan senang terhadap kalimat Lucien. Jalan kesatria di depan adalah fokus penting dalam hidupnya. Pengasingan diri setiap bulannya membuat Natasha menyadari kalau kekuatan darahnya adalah syarat wajib untuknya menemukan jalan kesatrianya sendiri. Jika tidak, dia hanya bisa menjadi kesatria legendaris level tiga setelah beberapa ratus tahun seperti Heart of Time, dan dia tak akan bisa berkembang lebih jauh.     

Bagi kesatria yang lebih hebat dalam bertarung dan kegigihan, menjelajahi dan mempelajari kekuatan darahnya bukan kelebihannya. Ada kemungkinan dia harus menghabiskan banyak waktu di sana. Untungnya, ada seorang arcanis agung di sisinya, seseorang yang terkenal dengan semua penelitiannya!     

Setelah menyeloroh begitu, Natasha menyadari poin lain. "Kau akan pergi ke neraka purba?"     

Dia tak mengejar topik sebelumnya, karena dia yakin Lucien tak akan berbohong padanya mengenai pertanyaan sepenting itu. Jika Lucien mengatakan dirinya memiliki teori, dia pasti punya teori, dan segalanya akan jelas setelah Lucien kembali dari neraka purba.     

"Aku dapat banyak keuntungan dari dua eksperimen itu. Setelah aku membangun beberapa mantra, sudah waktunya aku mengunjungi neraka purba untuk mengonfirmasikan salah satu ideku. Saat itu nanti, segalanya akan punya jawaban," kata Lucien ambigu. "Meski Lord of Hell sudah tiba di dunia material utama dengan stabil, tubuh aslinya pasti masih ada di kedalaman neraka. Jadi aku harus pergi sendirian kali ini. Apalagi, situasi sekarang agak bahaya. Aku bisa menangani segalanya dengan lebih baik kalau kau tetap di Rentato."     

Seraya menggigit bibirnya, Natasha mengangguk pelan. "Baiklah."     

Dia tahu benar, meski dia punya Shield of Truth dan Sword of Truth, yang memberinya kemampuan bertarungan setara legendaris level tiga, Natasha tetap akan hancur jika berhadapan dengan demigod. Apalagi, dia tak punya banyak mantra penyelamat nyawa seperti penyihir, dan dia akan jadi beban jika mengikuti Lucien ke neraka. Sebagai legendaris papan atas, Lucien bisa bertarung atau kabur dengan bebas. Akan ada cara baginya kabur bahkan jika berhadapan dengan demigod.     

"Aku akan membuat mantra legendaris baru yang akan membantu kita berkomunikasi lintas dimensi. Jika ada keadaan darurat, kita bisa saling berkomunikasi." Lucien mencoba bersiap, tapi dia tak terlalu khawatir. Dengan adanya Tuan Presiden di Allyn, kecuali Viken melakukan God's Arrival tanpa memedulikan nyawanya, atau semua demigod bekerja sama, tak akan ada hal yang harus membuatnya melakukan panggilan lintas dimensi. Sebenarnya, Lucien mungkin jadi orang yang menemui hal-hal aneh setelah pergi ke neraka purba.     

"Komunikasi lintas dimensi?" Natasha mengulang kata tersebut. Dia tak pernah mendengar cara komunikasi lintas dimensi kecuali lewat Portal ke Dunia Lain. Jadi dia penasaran dan bingung.     

Lucien mengangguk dan tersenyum. "Metode komunikasi legendaris ini memang mendukung komunikasi lintas dimensi. Tapi hanya bisa digunakan satu kali dan mengantarkan informasi terbatas. Apalagi, kode komunikasinya harus diatur lebih dulu. Pada dasarnya, saat kau menetapkan kondisi di tempatmu, sebuah kondisi yang berhubungan di tempatku akan tercipta. Informasi bisa dikirimkan dengan mengombinasikan kedua keadaan itu, seperti sistem binary."     

"Rasanya seperti aplikasi lain dari ciri aneh partikel mikro…" Setelah diajari dalam waktu lama, Natasha membuat simpulan dengan sangat percaya diri. Lalu, dia mengatur suasana hatinya dan terkekeh. "Kau bilang kau mendapat banyak keuntungan dari dua eksperimen hari ini. Apa yang kau dapatkan? Konfirmasi efek pengamat, atau disrupsi hukum sebab akibat?"     

Lucien bisa merasakan rasa penasaran Natasha yang disembunyikan. Dia menjawab sambil tersenyum, "Untukku, pelajaran paling penting adalah elektron bisa digunakan untuk menyelesaikan dua eksperimen dalam rancangan dan keadaan seperti itu. Tuan Presiden dan aku berencana menggunakan foton."     

"Ada perbedaannya?" Natasha bingung. Dia memahami eksperimennya dengan baik, tapi pertanyaan rumit di mana teori terlibat terlalu sulit bagi amatir sepertinya.     

"Kau ingin tahu perbedaannya? Jawabannya melibatkan teori medan kuantum, mekanika gelombang, mekanika matrix…" Lucien sengaja memberikan banyak teori.     

"Berhenti, berhenti, berhenti." Kepalanya seperti membengkak. Natasha pun buru-buru menghentikan Lucien dan mengubah topik. "Dalam eksperimen pertama, tanda jalur elektron dihapus oleh rancangannya, sehingga mencegah pelaku eksperimen mendapatkan informasi. Makanya, pinggiran interferometrik masih ada, dan efek pengamat masih bisa dirasakan. Tapi, ia tak bisa membuktikan simpulan dengan sempurna. Jika bekas jalur tak dihapus, tapi mata, telinga, dan semua indera pelaku eksperimen ditutup, akankah pinggiran interferometrik masih ada? Akankah ada 'pengamat' dalam keadaan seperti itu?"     

Lucien menatap Natasha dengan terkejut. Mungkin memang karena dia tak tahu banyak makanya bisa menanyakan pertanyaan kreatif semacam itu.     

Setelah berpikir sesaat, Lucien terkekeh pelan. "Siapa tahu? Tak ada yang tahu hasilnya, karena saat ada yang mengamati, akan ada 'pengamat'. Tapi jika tak ada yang mengamati, apakah hasilnya bisa dipertimbangkan? Toh, tetap tidak bisa dikonfirmasi."     

"Kalau begitu, coba asumsikan sebuah eksistensi misteri yang tak menyebabkan efek pengamat sedang melihat…" Natasha menggunakan imajinasinya. "Kenapa kau tidak menebak dari sudut pandang teori?"     

"Tebakanku?" Lucien tersenyum dan berkata, "Tebakanku mungkin ada pinggiran interferometrik, bisa saja tidak ada. Hahaha."     

Natasha mendongak dan melihat langit-langit, lalu membuat keputusan tak akan pernah mendiskusikan pertanyaan arcana dengan Lucien lagi.     

…     

Di bulan Juni tahun 830, segalanya membara karena cuaca panas.     

Di Katedral Salvation Anhadur, sebuah kota terkenal di Kerajaan Syracuse…     

Seorang uskup agung sedang berjalan mondar-mandir di luar ruang doa, menunggu pendengar sang jubah merah.     

"Kenapa doanya masih belum selesai? Sekte lain sudah ditemukan di manor dekat sini…" Uskup agung berjalan mondar mandir dan menghela napas sambil menggaruk kepala. Dalam beberapa tahun belakangan, sekte muncul tanpa bisa dihentikan. Setelah satu sekte dihancurkan, sekte lain akan langsung muncul. Rambutnya sudah berubah putih semua karena lelah menangani para sekte meski dia ada di kondisi primanya. "Apalagi, sekte kali ini tampaknya bisa memanggil makhluk iblis tingkat senior. Kurasa orang-orang di inkuisisi tak bisa menanganinya."     

Memikirkan tentang pertarungan yang masih berjalan di sana, uskup agung semakin cemas. Dia memutuskan mengumpulkan keberanian dan mengetuk pintu.     

Duk, duk, duk. Sang uskup agung mengetuk pintu. Tapi begitu dia menggedor dengan lebih kuat, pintunya berderit dan terdorong, memunculkan celah di sana.     

"Tak ditutup?" Sang uskup agung memiliki firasat buruk. Dia buru-buru membuka pintu dan melihat ke dalam.     

Lalu matanya membelalak.     

Di depan salib di ruang doa, sebuah jubah merah yang hancur sedang tergeletak, dengan bekas gosong yang aneh.     

"Apa … Apa dia dilahap cahaya suci?" kata uskup agung lemas.     

Bukan karena dia memang tajam, tapi karena puluhan jubah merah telah dilahap cahaya suci saat berdoa sejak dua eksperimen bayangan Evans disebarkan. Sebagai hasilnya, semua orang ketakutan setiap kali nama Lucien Evans disebut.     

…     

Langit terlihat redup dan abu-abu, tak ada yang bisa didengar dari sana sama sekali. Dunia Arwah sama monoton seperti biasanya.     

Dengan tangan di dalam saku setelan double-breasted hitam, Lucien berkeliaran di antara makhluk undead. Ada ghoul yang mengamuk, ghoul yang berjalan lambat, zombie mengerikan, hantu melayang, mumi yang dipenuhi perban, tapi tak satu pun dari mereka menyadari keberadaan Lucien, karena dia seolah menyatu dengan dimensi.     

Dalam keadaan seperti itu, Lucien melewati dataran kematian dalam diam dan tiba di Kuil Arwah. Para spectre legendaris yang menjaga tempat tak bisa mendeteksi Lucien juga, membuat Lucien bisa masuk dan semakin berjalan jauh seperti turis.     

Dalam perjalanan, Lucien tak bertemu spectre cerdas sama sekali. Seolah mereka mencium aroma bahaya dan terlalu takut untuk mendekat.     

Lucien memerhatikan perubahan baru dalam Kuil Arwah sambil jalan, namun tak menemukan apapun. Sampai akhirnya dia tiba di Tungku Arwah dan akan masuk ke Dunia Gerbang, baru dia merasakan spectre legendaris seperti Lich King. Namun, mereka tak merasa harus menyerang. Biar bagaimanapun, Lucien sudah datang dua kali. Tak akan ada kehilangan lagi jika Lucien datang beberapa kali lagi. Apa mereka harus bertarung mempertaruhkan nyawa?     

Mereka sudah dihajar hingga babak belur!     

Lucien datang ke tempat ini kedua kalinya saat menghubungi Monster Viken dan meminta bantuan.     

Setelah melihat Tungku Arwah dan melihat wajah Lucien serta Xiafeng yang tumpang tindih, Lucien terkekeh dan berjalan menuju pintu masuk Dunia Gerbang.     

"Kenapa kau kemari lagi?" Suara serak Monster Viken terdengar. Apa yang dia lakukan sebelum ini membuat situasinya semakin buruk.     

Lucien terkekeh. "Aku kemari untuk memberitahu kalau aku akan mengunjungi neraka purba."     

"Kau datang hanya untuk itu?" Monster Viken menaikkan suaranya, merasa Lucien adalah orang yang lebih gila daripada dirinya.     

Lucien mengeluarkan Moon Timer dan membuka penutupnya untuk memeriksa waktu. "Memang tidak boleh? Yah, setelah kau sudah tahu, lebih baik aku berangkat sekarang."     

Monster Viken terdiam.     

Lucien berbalik dan pergi. Dia berpikir kalau memang tak ada perubahan yang terjadi.     

Setelah Lucien berada jauh dari Kuil Arwah, dari kebun di dekat pintu masuk, seorang pria tua keluar perlahan. Seraya memakai mahkota suci dan memegang tongkat platina, dia menatap tempat Lucien menghilang. Ternyata dia adalah Paus Viken!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.