Singgasana Magis Arcana

Pemandangan di Kejauhan



Pemandangan di Kejauhan

0Melihat betapa terkejut dan bingungnya Heidi, Lucien berkata sambil tetap tersenyum, "Aku senang mendengarkan dan menulis musik saat senggang, dan Tuan Oliver senang melihat serta membuat naskah pertunjukan. Sama seperti kalian yang bermain gim. Itu hanyalah rekreasi. Selama kau tak ketagihan, dan pembelajaran arcana serta kemampuan sihir kalian tak terpengaruh, tak akan ada masalah."     
0

Baik buruknya suatu hal sangat bergantung pada sikap seseorang terhadapnya.     

Heidi dan para murid tak takut dikritik oleh guru mereka. Hanya saja kritik Lucien sering disertai dengan banyak 'PR', seperti pembelajar dalam teori medan kuantum dan juga latihan mengenai produk baru dalam matematika. Itu adalah mimpi buruk yang tak bisa mereka lupakan sepanjang hidup.     

"Tenang saja, Master. Kami hanya merancang gimnya hanya untuk menguji modul tertentu. Kami tak akan ketagihan memainkannya." Heidi berjanji pada Lucien atas nama timnya.     

Seraya melihat permainan di Layar, perasaan Lucien campur aduk. Meski terlihat jelek, tapi sudah mirip dengan gim yang dia kenal. "Namakan gimnya Ally Tetris. Sebenarnya, mendesain gim adalah hal bagus."     

Huh? Bahkan pemuda pemalu dan introvert seperti Annick pun kaget.     

"Penyihir butuh rekreasi dan hiburan juga. Apa kau tak merasa hiburan biasa, seperti opera, pertunjukan, konser, dansa, dan Suara Arcana terlalu sedikit?" kata Lucien separuh bercanda. Sementara berburu dan aktivitas lain yang disukai bangsawan, tak terlalu terkenal di kalangan penyihir. "Apalagi itu akan membantu membangun kesan arcanis dan penyihir. Pikirkanlah. Kalau ada permainan yang menyimulasi petualangan, jadi orang-orang biasa bisa bermain sebagai penyihir lalu merasakan sehebat apa sihir itu ketika melawan monster dan juga aplikasi sehari-hari, mereka akan semakin senang pada sihir."     

Mata Heidi berbinar dengan minat tinggi, tapi dia langsung mengernyit dan berkata, "Meski orang biasa bisa membeli gim seperti itu, AI sekarang tak bisa mendukung gim serumit itu. Apalagi, kami punya terlalu banyak program penelitian daripada merancang lebih banyak gim. Kami harus melanjutkan pembelajaran pada kristal sihir, dan kami harus mencoba meleburkan jiwa alkimia serta AI…"     

"Aku tak memintamu merancangnya sendiri. Pasti ada seratus arcanis yang mempelajari AI denganmu, 'kan? Kau bisa menyuruh mereka ikut andil. Selain itu, rancangan gim bisa terpisah dari sihir. Seperti menulis 'pertunjukan' dalam bahasa AI. Dengan begitu, pekerjaan bisa dialihdayakan pada orang biasa yang tak punya bakat dalam sihir. Kalian akan menciptakan pekerjaan baru bagi kerajaan," saran Lucien santai.     

"Alihdaya?" Ini pertama kalinya Heidi mendengar istilah itu, tapi dia paham maksud gurunya. Biar bagaimanapun, gurunya sangat terkenal dengan istilah yang dia ciptakan. "Kalau begitu, modul sederhana bisa dialihdayakan juga. Tapi kami harus merancang kursus … Hanya saja, hal terpenting sekarang adalah meningkatkan performa AI."     

Membicarakan gim, dia mendadak teringat hal lain dan bertanya bingung serta penasaran, "Master, layar besar untuk siaran langsung sudah siap diproduksi setengah tahun lalu, tapi kenapa Suara Arcana belum disiarkan langsung?"     

Berkat pembelajaran mereka pada AI, layar yang bisa menampakkan gambar diciptakan dengan cepat. Meski perlu usaha lebih untuk menurunkan biayanya, menjaga warna dan mengurangi ukuran, dan belum ada produk yang tersedia bahkan bagi bangsawan, layar siaran langsung yang besar sudah bisa diproduksi dan dipasang di alun-alun kota penting. Untungnya tak banyak alun-alun seperti itu, dan Kongres Sihir masih mampu membiayai. Heidi juga mendapatkan penghasilan banyak lewat hak paten.     

"'Suara Arcana' adalah saluran radio. Semua programnya didesain hanya untuk suara. Kini setelah layar menunjukkan gambar, banyak program tak lagi bisa dijalankan. Jadi kita harus merancang program baru. Wawancara, interpretasi, dan pertunjukan musik bisa disiarkan secara langsung, tapi tidak dengan acara lain. Atau, kenapa kita mempermasalahkan gambar? Untuk melihat wajah pencerita?" Lucien mengajari Stasiun Radio Sky konsep baru dan merekrut pekerja baru.     

Beberapa orang baru bahkan orang biasa tanpa kemampuan sihir, tapi mereka pintar dan punya ide paling kreatif.     

Heidi paham maksud gurunya, jadi mengangguk dengan perasaan campur aduk. "Kira-kira kapan kita bisa melihat siaran langsung sesungguhnya yang pertama…"     

"Mungkin lebih cepat daripada yang kau harapkan…" Lucien tersenyum tipis.     

…     

Beberapa hari kemudian, di awal Bulan Menyengat (Agustus), di alun-alun kota Rentato…     

Sebuah pilar air putih menyembur ke langit dari kolam yang terbuat dari batu, lalu jatuh ke semua arah bagaikan air terjun, menciptakan gelembung kecil di permukaan. Suaranya berisik dan keras, tapi tak satu pun orang di sana merasa kesal. Mereka bahkan mendekat, mencoba mengusir panas di sana.     

Di sisi lain air mancur terkenal ada layar besar yang aneh. Bentuknya transparan, sementara partisi unik yang rumit bisa dilihat samar-samar di dalamnya.     

"Kenapa kau pikir tak ada siaran langsung ketika layarnya sudah dibuat lima bulan lalu?" Seorang warga bertanya pada Longman, anaknya.     

Longman lebih tinggi daripada sebelumnya. Sebagai murid kelas empat di sekolah generik pertama, dia sudah menjadi orang berpengetahuan di mata tetangga serta teman-temannya. Meski dia kurang bakat dalam sihir, dia dipuji gurunya atas kemampuan matematika yang menonjol. Orang tua Longman sangat bangga padanya, dan tanpa sadar menganggap anak mereka sebagai cendekiawan, bertanya padanya setiap kali punya pertanyaan.     

"'Siaran langsung' bukan aktivitas, tapi lebih seperti program semacam Suara Arcana…" Longman menjelaskan berdasar apa yang dia pelajari di sekolah.     

Tepat saat itu, layar besarnya mendadak memancarkan cahaya lembut.     

"Bersinar! Layarnya bersinar!"     

"Ada pertunjukan langsung?"     

"Kenapa Suara Arcana tak mengumumkannya?"     

Di alun-alun, semua orang jadi berisik, dipenuhi dengan rasa bingung dan semangat.     

Longman dan orang tuanya mengakhiri pembahasan dan fokus pada layar.     

Pertunjukan apa yang akan disiarkan? Mereka sangat menanti!     

Setelah perubahan besar dibawa oleh perkembangan arcana dan sihir, warga Rentato hidup setiap hari dengan perasaan terkejut dan senang. Jadi mereka semua menantikan pertunjukan kejutan itu.     

Begitu cahayanya stabil, dua sosok muncul di layar, satu pria dan satu wanita.     

Wanita di sana memiliki rambut panjang dan mengenakan gaun panjang. Para warga yang masing ingat siaran langsung sebelum ini mengenali kalau dia adalah Nona Nightingale. Sementara sang pria adalah tipikal pria Holm, dengan rambut hitam, mata biru, dan kumis yang mewakili sisi prianya. Dia mengenakan tuksedo rapi seolah akan menghadiri jamuan makan malam.     

"Halo, semuanya. Saya teman lama kalian, Nightingale. Ini adalah eksperimen terhadap siaran langsung, jadi tak diumumkan lebih dulu di Suara Arcana. Kini, kalian akan menyaksikan siaran langsung pertama dari satelit saluran televisi Allyn." Takut dirinya terlalu gugup, Louise merapal Mechanized Mind pada dirinya sendiri. Dia berkata sambil tersenyum manis, tapi tak benar-benar tersenyum. "Pria yang duduk di sebelah saya juga teman lama kalian. Dia adalah Tuan Caron, pembawa acara Manusia dan Alam."     

"Manusia dan Alam?" Longman dan warga lain menatap layar dengan antusias, bertanya-tanya kenapa Tuan Caron diminta ikut membawa acara bersama Nona Nightingale.     

Caron berkata sambil tersenyum, "Saya terlalu gugup untuk mengatakan sesuatu sekarang. Jadi, ayo langsung mulai acara Manusia dan Alam hari ini."     

Begitu suaranya berhenti, 'kaca' tembus pandang di belakang mereka memancarkan cahaya lembut yang memenuhi layar.     

Begitu cahayanya perlahan menghilang, padang rumput hijau muncul di depan para penonton.     

Padang rumput itu terlihat tak berujung. Kemanapun mata mereka menjangkau, segalanya berwarna hijau. Sementara monster mengerikan dengan tiga tanduk sedang berkeliaran di rerumputan, tak tahu kalau sedang diamati oleh ratusan ribu manusia.     

"Ini…" Longman menatap layar, terkejut dengan padang rumput menakjubkan itu. Dia tak pernah melihat padang rumput seluas itu dan warna hijau yang sangat menyegarkan.     

Perasaan terkejut menyebar di hati semua orang di alun-alun. Jane, Ali, dan Banus, dimanapun mereka berada, merasa sangat terkejut dari dasar hatinya setelah melihat pemandangan padang rumput. Pemandangannya lebih luar biasa dan cantik daripada yang mereka bayangkan.     

"Ini padang rumput selatan menuju ke padang rumput di Kekaisaran Gusta…" Caron menginterpretasikan dengan suara magnetik.     

Apakah itu padang rumput?     

Apakah letaknya di utara Kekaisaran Gusta?     

Bagi kebanyakan orang di empat kerajaan di sisi selat dan garis pantai utara, tepat terjauh yang mereka datangi seumur hidup adalah kota tetangga. Kekaisaran Gusta nyaris menjadi dunia yang berbeda bagi mereka. Jadi mereka tak pernah berpikir bisa menyaksikan padang rumput dengan mata kepala sendiri.     

Jadi begitu pemandangannya!     

Monster bertanduk tiga berkeliaran di rerumputan dengan hati-hati sambil diawasi orang banyak, sebelum ia menerjang dan menggigit seekor kambing di lehernya!     

"Ahhhhh!!!" Gambaran jelas tersebut membuat semua orang berteriak kaget!     

Di sisi lain, Longman hanya memikirkan satu hal di kepalanya. Itulah arcana … Itulah sihir … Mereka mengubah hal-hal mustahil jadi mungkin, membuat orang biasa bisa melihat pemandangan jauh tanpa meninggalkan kota!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.