Singgasana Magis Arcana

Peramal Agung



Peramal Agung

0Bagaikan layangan putus di udara, tubuh Octave dipukul oleh Lucien hingga terpental ke belakang. Darah menyembur dari mulutnya, dan dia kehilangan kesadaran.     
0

Mendadak, ekspresi di wajahnya memburuk, dan dari tubuhnya, sinar menyembur. Sinar tersebut membentuk empat pasang sayap di punggung.     

Mata biru cerah Octave perlahan terbuka, tapi kini tak ada warna di sana. Sembari memandang Lucien di bawah, matanya sangat dingin.     

"Angels on the Ground?" gumam Lucien.     

Octave mendengar kalimat Lucien dan berujar dengan nada penuh kemenangan, "Kami adalah orang suci yang diberkahi Tuhan, utusan yang membawa kehendak asli Tuhan. Tentu saja kami punya kekuatan malaikat. Dan kau, Fallen Morning Star yang kotor, harus kami bersihkan!"     

Octave mengatakan kalimatnya dengan cepat. Kalimat itu berasal dari Cannon, dan bahasanya dari langit.     

Namun isi kepala Octave jadi jernih karena kekuatan malaikat, dan dia tahu kekuatan itu tak akan berlangsung lama. Selain itu, jika pertarungan antara mereka terus berlangsung, Gereja Radiance, Menara Sihir Royal Holm, dan Istana Nekso, bisa menyadari keributan di sini kapan saja. Sehingga, dia mengepakkan sayap, kemudian cahaya menyebar. Titik cahaya tersebut kemudian menyatu, berubah menjadi gelombang cahaya megah yang menerjang ke arah Lucien dengan momentum besar.     

Lucien yang kini memiliki kekuatan setara dengan kesatria cahaya, tak bisa mengimbangi gelombang cahaya itu. Bahkan kekuatan di tangan kirinya tak bisa membantunya keluar dari masalah. Melihatnya, Octave mendengus, kemudian tanpa ragu dia meraih Lend setelah kilatan cahaya muncul dan menariknya. Lend sudah hilang kesadaran karena napas naga kristal. Empat pasang sayap Octave menghalau cakar naga, kemudian Octave menerobos keluar dari Gereja Salvation.     

Sayapnya menutup, cahayanya menghilang. Octave membawa Lend bersamanya, lalu keduanya menghilang dalam kegelapan.     

Dia tahu Lucien dan peliharaannya tak akan bisa mengejar. Karena dia adalah salah satu musuh terbesar untuk Sard, Stone, dan pemimpin penjaga malam, Lucien harus meninggalkan tempat secepat mungkin.     

Octave merapal serangkaian mantra suci untuk menghilangkan jejaknya. Lalu setelah Lend pulih, dia melipat gandakan keamanan dengan meminta Lend untuk menggunakan kekuatan darah Elimination untuk menutupi keberadaan mereka. Dia kemudian menuju ke tujuan asli.     

Malam jadi sunyi karena pertarungan itu berhenti tepat waktu. Orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa di dalam kota tetap tenang.     

"Aku tidak menyangka dia ... Lucien Evans..." kata Lend terpatah-patah karena kebencian mendalam. Dia membenci dirinya karena tak cukup kuat untuk membunuh iblis licik itu.     

Octave mendengus. "Itu serangan diam-diam. Kalau tidak, kita tak akan sepasif ini. Tapi tangan kirinya aneh. Kekuatan di dalamnya seperti kekuatan darahmu, tapi lebih unggul secara alami. Rasanya seperti ... seperti kekuatannya ada di tingkat yang lebih tinggi."     

"Tingkat lebih tinggi? Bukankah Lucien pernah dijuluki archangel, Fallen Morning Star, God's Left Wing?" kata Lend terkesima. Meski julukan Lucien familiar bagi banyak penjaga malam, mereka tidak pernah percaya kalau julukan itu sungguhan. Mereka yakin itu adalah penjelasan paus untuk melenyapkan pengaruh buruk.     

Octave takut dengan kekuatan di tangan kirinya. Dia terus diam karena tidak tahu jawabannya juga.     

Dalam hening, mereka terus menjauh. Setelah beberapa saat, Octave berujar dengan suara pelan, "Kita bisa bertanya pada peramal agung. Dia adalah Angel King yang membawa kehendak asli Tuhan. Misinya adalah membunuh paus yang tercemar, jadi dia harusnya tahu rahasia Lucien. Di masa depan kita bisa lebih bersiap-siap."     

Lend mengangguk singkat. "Kita juga harus mengaku pada peramal agung karena kita gagal menjalankan misi. Richard belum ada di pihak kita, dan kita juga gagal membunuhnya lalu menimpakan kesalahan pada penyihir. Omong-omong, Kardinal Octave, aku tidak ingat kau banyak bicara begini. Kau tahu, kau tidak perlu mengatakannya keras-keras..."     

Octave tidak perlu mengatakan bagian membunuh paus. Octave dan Lend sama-sama tahu karena mereka adalah anggota inti dari kelompok rahasia.     

Octave menyentuh wajahnya. Meski semua lukanya sudah pulih, dia masih ingat rasa sakit tak tertahankan yang dia alami. Dia berujar kecut, "Aku kena pukul di wajah. Ya, aku terlalu banyak bicara. Aku merasa aku masih belum bisa mengendalikan tubuh dan pikiranku sepenuhnya."     

Lend mengangguk paham. Tanpa mengatakan apapaun, dia dan Octave tiba di gereja reyot yang kecil.     

Meski tempatnya tampak reyot, dekorasi bagian dalamnya mencengangkan. Keindahan dan kemewahannya sangat kontras dengan penampilan luarnya.     

Octave dan Lend sudah sangat terbiasa. Mereka berjalan cepat melewati aula berdoa, menuju ke ruang pengakuan dosa.     

"Kalian berdua sudah kembali," kata seorang pemuda dengan fitur wajah yang tajam. Pemuda itu berjalan menghampiri mereka. Dia berumur di awal tiga puluhan, tapi sudah mengenakan jubah merah.     

Octave mengangguk samar. "Arthur, kami gagal."     

Pemuda itu adalah jubah merah paling menjanjikan yang dinilai tinggi oleh peramal agung, dan juga pendeta paling berbakat di paroki Holm dalam 50 tahun terakhir. Sebelum umur 35 tahun, dia sudah menjadi kardinal jubah merah level 9. Pria bernama Arthur dianggap sebagai salah satu kandidat paling kompetitif untuk posisi kardinal saint. Namun karena radikalismenya, dia selalu disisihkan dari kekuatan inti paroki Holm.     

Mata Arthur sedikit menyipit, seolah dia tak menyangka jawaban itu. "Gagal? Dengan tiga gulungan level 9?"     

"Nyaris, tapi kami bertemu dengan Lucien Evans. Aku yakin dia ada di sana untuk membujuk Richard," kata Octave. Dia tidak mengatakan apapun tentang tangan kiri Lucien pada Arthur, karena dia pikir itu harus menjadi rahasia yang hanya boleh diketahui oleh peramal agung.     

"Dia bersembunyi, jadi kami tidak siap. Dia bahkan bawa naga! Kami berhasil kabur menggunakan Angels on the Ground," tambah Octave.     

Mata coklat Arthur berbinar sesaat. Dia kemudian berpikir dan berujar, "Ini kesempatan kita. Kita harus merahasiakannya sekarang. Jangan katakan pada siapapun kalau Lucien Evans menghubungi Richard, karena bisa jadi keuntungan pada rencana masa depan kita. Kalau kita tak punya bukti kuat, karena nama Richard, kita bisa berada dalam masalah."     

Lend berujar tenang, "Aku tahu maksudmu, Arthur, tapi keputusan harus diserahkan pada peramal agung."     

Arthur tidak mengatakan apapun namun langsung pergi menuju biara di Rentato.     

Octave dan Lend terus berjalan menyusuri koridor dan mereka kaget saat bertemu dengan 7 sampai 8 kardinal jubah merah dalam perjalanan. Berarti sebagian besar tingkat senior dalam kelompok rahasia ada di sini hari ini, dan mereka semua sangat radikal. Kira-kira ada seperempat dari seluruh paroki Holm.     

"Apa yang terjadi di sini?" Octave bertanya pada Lend.     

Lend tidak tahu, meski dia bergabung dengan kelompok lebih dulu daripada Octave. "Mungkin ada keadaan darurat. Kita akan tahu tak lama lagi."     

Mereka mengetuk pintu ruang pengakuan dosa. Suara yang lembut namun jelas terdengar, "Octave dan Lend? Masuk."     

Setelah mendorong pintunya terbuka, Octave dan Lend berjalan masuk. Mereka membungkuk pada peramal agung yang baru selesai melakukan pengakuan dosa.     

Ruangnya terbatas. Lilin di dalam ruangan tak bisa menerangi seluruh tempat. Bayangan memanjang di lantai. Tempat itu jadi agak mengintimidasi.     

Peramal agung sedang berdiri di dalam kegelapan, wajahnya tersembunyi, namun matanya memiliki kekuatan untuk menarik perhatian semua orang, seolah bisa menghisap jiwa seseorang.     

Octave melihat ada sebuah buku di tangan peramal agung, tapi dia tak bisa melihat nama bukunya dengan jelas.     

"Kau gagal?" Peramal itu bertanya dengan tenang.     

"Ya." Octave dan Lend menunduk dalam, dan mereka menceritakan kembali apa yang terjadi secara detail.     

"Ini bukan salahmu. Aku membuat kesalahan. Aku tidak menanyakan implikasi Tuhan sebelum mengirim kalian berdua ke sana," kata sang peramal muram, seolah dialah yang gagal dalam menjalankan misi.     

"Tapi sudah membuktikan fakta bahwa kita ada di jalan yang benar. Kalau kita bertindak terlalu terlambat, pendeta akan jatuh ke dalam jebakan penyihir jahat satu per satu! Paus dan beberapa kardinal agung malah membantu kejahatan!" Peramal agung menaikkan suaranya.     

"Anda adalah peramal agung, Anda membimbing kami untuk menghadapi kejahatan." Octave dan Lenda membuat salib. "Hanya kebenaran yang abadi!"     

"Apa yang kalian pikirkan mengenai kardinal agung Sard? Menurut kalian dia akan bergabung dengan kita?" tanya peramal agung.     

Octave dan Lend sama-sama menatap para peramal dengan tatapan bingung. Kenapa peramal menanyakan itu?     

Saat itu, akhirnya Octave bisa melihat judul bukunya.     

Arti Mimpi.     

"Peramal agung, kenapa Anda membaca buku aneh ini?" Octave tak bisa menahan dirinya untuk bertanya.     

Saat itu, ekspresi peramal agung mulai berubah, kemudian cahaya suci keluar dari tubuhnya. Sayap cahaya putih melebar dan memenuhi seluruh ruangan. Di belakang sayap ada langit cerah. Mendadak mereka ada di udara, bukan di ruang pengakuan dosa lagi!     

Kehormatan dan kesucian membuat mereka berlutut.     

"Seraphim bersayap enam ... Tidak, tunggu, ini tidak benar..."     

Octave menatap pada malaikat indah yang berdiri di depannya dengan terkagum-kagum, namun wajahnya cukup familiar, seolah dia pernah melihatnya.     

Kemudian wajah indah itu memasang senyum menakutkan. Jawabannya menyambar Octave.     

"Lucien Evans!"     

Sekitarnya lenyap. Octave membuka mata. Richard, naga kristal, dan Lucien Evans sedang menatapnya.     

Apa itu? Apakah itu mimpi?     

Melihat Octave panik, Lucien menyeringai.     

"Yang kau lihat di dalam mimpi berasal dari alam bawah sadarmu. Aku jadi punya gambaran kasar siapa saja anggotanya.     

"Tempatnya tampak reyot, tapi di dalamnya cukup mewah dan megah jika dibandingkan dengan Aula Bright, yang menunjukkan bahwa di dalam keyakinanmu, kau melakukan hal yang benar, meski kau harus bersembunyi di dalam kegelapan dan tanganmu berlumuran darah. Kau melihat ke langit, namun kau ada di neraka...     

"Kau tidak bisa melihat wajah peramal agung. Berarti saat kau bicara dengannya, peramal agung menyembunyikan wajahnya...     

"Ruang pengakuan dosanya sempit, gelap, dan mengintimidasi. Menunjukkan saat kau pertama kali bertemu dengan peramal agung, kau berada dalam periode tergelap dalam hidupmu. Kuasumsikan ruangan pengakuan dosa itu adalah tempat yang kaumasuki...     

"Di akhir, ada sayap cahaya. Dia pernah menunjukkan kekuatan dahsyat di depanmu, dan mungkin dari sana kau mendapatkan kekuatan, Angels on the Ground..."     

Nada Lucien datar, namun wajah Octave memucat.     

Di mata Octave, Lucien menghalangi cahaya yang masuk dari jendela Gereja Salvation, membuatnya seolah memiliki enam pasang sayap cahaya sungguhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.