Singgasana Magis Arcana

Hadiah Ulang Tahun



Hadiah Ulang Tahun

0Saat itu tanggal 25 Juni. Mataharinya secerah suasana hati Natasha sekarang.     
0

Sambil berbisik dengan nada gembira, dia berdandan dan merapikan pakaian di depan cermin. Karena dia bukan pemula dalam hal percintaan, dan dia punya banyak acara kencan serupa saat masih bersama Silvia, Natasha tidak menolak memakai rok, topi lebar, anting, atau kalung. Sehingga dia tak kesulitan menemukan gaun hitam elegan dengan ujung yang sedikit mengembung, menampakkan kemisteriusan malam serta daya tariknya.     

"Huh. Ini tidak terlalu menggoda sampai berkontradiksi dengan gayaku, lalu menakuti Lucien. Ini juga tidak sekuat dan tak memikat seperti setelan kesatria." Natasha bergerak di depan cermin sembari berkomentar puas.     

Gaun yang digunakan saat pengadilan bukan merupakan gaya konservatif Holm atau Tria yang terbuka, namun merupakan gaya anggun Aalto yang ada di antara kedua daerah tersebut. Bagian leher gaunnya agak rendah, membuat orang-orang bisa melihat betapa halus kulit di bawahnya. Namun jika Natasha tidak membungkuk, tak akan ada hal-hal tidak senonoh yang terlihat.     

Gaun tersebut juga memiliki potongan yang cantik, sehingga bisa menampakkan leher jenjang, dada yang tersokong indah, serta pinggul yang langsing namun kuat dengan cara yang paling menarik perhatian, membuatnya menawan sebagai wanita.     

Natasha memerhatikan dirinya dan memberi semangat. "Silvia sering iri dengan bentuk badanku dulu. Aku tak terlalu kurus dan tak terlalu gemuk. Lucien pasti akan terpesona."     

Dia bukannya tidak yakin. Namun setelah menyingkirkan 'rencana pengubahan gender' Lucien kemarin, saat dia mengingat masa lalu, Natasha sadar dia tak pernah memikirkan sisi femininnya ketika bersama Lucien. Dia juga tak tahu apakah dia seorang wanita atau pria di mata Lucien. Sehingga, dia berniat memperbaiki kesan 'buruk'nya di mata Lucien secepat mungkin.     

Ratu Natasha jelas bukan seseorang yang akan mundur dengan mudah. Kapanpun dia menemukan target, dia selalu maju dengan gagah berani dan akan memperbaiki masalah tersebut juga dia menemukannya.     

...     

Allyn, di menara sihir Lucien.     

Beberapa nampan berisi hidangan khas Cina yang baru selesai dimasak sedang diletakkan di atas meja di ruang keluarga. Namun tak ada aroma yang keluar dari sana, karena mereka disimpan dengan sihir.     

Lucien melepas apron yang biasa digunakannya untuk memasak, lalu berjalan ke cermin sambil bersenandung riang, lantas memerhatikan dirinya. "Huh. Jalankan rencana. Aku harus sedikit mengubah gaya coat dan memberikan kesan baru pada Natasha. Aku harus mengubah kesan sebagai sahabat yang sudah kubangun sejauh ini."     

Frock coat hitam agak menggeliat ke dalam jubah hitam. Di dalamnya ada kemeja putih, waistcoat hitam, dan dasi kupu-kupu di bagian lehernya.     

Celananya juga berwarna hitam, menutupi sepatu hitam yang mengkilat.     

Pakaian pria tidak serumit pakaian wanita. Namun sedikit perubahan pada coat sudah bisa mengubah kesan Lucien. Jadi pria tenang dan bahkan lebih konservatif daripada sebelumnya. Tapi dia memiliki tambahan passion serta kepercayaan diri sekarang, membuatnya tampak lebih menarik.     

Setelah memasang monocle, Lucien menyisir poni, membuatnya menutupi bagian kanan dahi dari kiri.     

Setelah merapikan diri, Lucien mengernyit. Dia melihat rambutnya sudah panjang sampai ke telinga, merasa jadi tidak cukup maskulin. Dia berpikir, "Haruskah aku memotong rambutku pendek dan menumbuhkan kumis?"     

Ide itu terlintas di kepalanya saat Lucien menyadari sesuatu. Dia berujar geli pada dirinya sendiri, "Harusnya ini yang lebih disukai Natasha. Kalau aku mengubah diriku menjadi pria maskulin, aku hanya mendapatkan kebalikan dari tujuanku!"     

Lucien berbalik, memperbaiki hidangan dengan sihir, lalu memasukkannya di tas penyimpanan hadiahnya setelah Lucien menjadi penyihir tingkat senior. Mendadak, dia menjentikkan jari dan berteriak, "Hampir aku lupa." Dia pun buru-buru mengambil permen mint dari meja di ruang tengah, lalu dimasukkan ke dalam mulut.     

"Menjaga mulut agar tetap segar," kata Lucien sambil tersenyum, kemudian menabrakkan tinjunya di cermin.     

"Semangat!"     

....     

Natasha sangat puas dengan penampilannya dan nyaris tidak mengenakan riasan. Dia hanya mengubah gaya rambut untuk membuat rambut panjangnya semakin memikat.     

Setelah selesai memilih pakaian, seperti biasa, dia mengeluarkan beberapa permen dengan rasa berbeda dari tas.     

"Rasa apa yang lebih baik?" Natasha ragu-ragu sesaat. Setelah memikirkan kesukaan Lucien, dia memilih permen gula violet dan memakannya.     

Setelah semuanya siap, Natasha baru akan pergi dan memulai 'misi', saat mendadak teringat sesuatu di masa lalu. "Silvia bilang kalau Lucien terus menatap kakiku yang memakai stocking sutera seperti seekor serigala sejak Lucien pertama kali bertemu denganku. Huh, meski Lucien menjelaskan kalau dia tidak menyangka akan melihat produk alkimia, aku lebih percaya kalau dia menyukainya daripada pergi tanpa persiapan. Biar bagaimanapun, dia tak mungkin tak menyukainya."     

Sambil bersenandung lagi, Natasha membuka lemari serta memilih sepasang stocking sutera hitam serta garterbelt dengan warna senada dengan gaunnya.     

Sambil duduk di sofa, Natasha mengeluarkan kaki kanannya dari sepatu hitam, lalu meletakkannya di atas meja. Kakinya agak kecil jika dibandingkan tingginya. Badannya elegan serta agak tembam, sementara kakinya panjang serta kecil. Kukunya juga tidak berantakan, malah memperlihatkan warna pink sehat yang menarik, bagaikan lima mawar samar.     

Sembari menggulung stocking sutera tipis dan menutupi ujung kaki, kulitnya kini ditutupi dengan warna hitam samar sedikit demi sedikit, yang lantas menutupi kaki kanan jenjangnya.     

Setelah memakai stocking di kedua kaki, Natasha memasang garter dan berdiri lagi. Dia menarik gaunnya dan mengamati hasilnya. Kaki di balik stocking sutera hitam itu tampak sangat menggoda.     

"Benar-benar menyenangkan menjadi kesatria cahaya. Kakiku yang sebelumnya terlalu keras kini sudah sempurna. Haha." Natasha memuji dirinya sendiri tanpa malu.     

Kemudian dia menatap wanita cantik dalam pantulan cermin. Beberapa kecemasan serta kekhawatiran terpancar di wajahnya.     

Namun rasa khawatir tersebut tak lama lenyap karena tekadnya. Natasha mengepalkan tangan kanannya dan berujar pada dirinya sendiri,     

"Natasha, kau bisa!"     

...     

Lucien berjalan keluar dari ruang tengah sambil tersenyum, lalu menuju lift menara sihir dengan agak cemas.     

Saat dia masuk ke dalam lift, Lucien melihat sekitar, dan ketika melihat taman di luar jendela, dia teringat sesuatu. "Sial! Aku tidak menyiapkan bunga! Aku melupakan hal penting!"     

Setelah melihat jam, Lucien sadar dia nyaris tak punya waktu untuk mencari bunga. Sehingga dia memfokuskan perhatiannya pada kebunnya sendiri. "Yah, aku bisa bilang kalau aku menanam dan merawat bunga selama bertahun-tahun. Itu jelas akan menunjukkan ketulusanku."     

Sambil menghibur diri, Lucien meninggalkan lift dan terbang keluar jendela. Tanpa ragu, dia memetik bunga violet yang merupakan impresi Natasha di hatinya.     

"Untungnya musim mekar belum lewat di atas langit sini. Kalau tidak, aku harus memekarkannya dengan sihir." Lucien tak tahu pandangan Natasha pada bunga, sehingga dia memetik 11 tangkai.     

Tak punya waktu mengingat-ingat barang lainnya, Lucien membersihkan bajunya lagi dan keluar dari menara sihir. Namun Sprint, Katrina, Annick, dan murid lain menghentikannya.     

"Master, Anda mau ke mana? Bukankah hari ini hari ulang tahunmu? Kami berencana merayakannya bersama Anda." Heidi bertanya dengan nada terkejut dan juga ceria. Kenapa gurunya tampak aneh hari ini? Dia bahkan mengubah gaya rambut.     

Lucien tidak menyangka akan bertemu dengan mereka. Dia menjawab agak canggung, "Aku akan bertemu teman. Kalian bisa kembali lagi besok malam."     

Heidi, Annick, dan Sprint akan bertanya teman yang mana, namun mereka dihentikan oleh Chelly, Layria, dan Katrina. Ketiga gadis itu menahan tawa sembari berujar, "Kalau begitu, kami tidak akan menahan Anda lebih lama lagi, Master."     

Itulah yang Lucien harapkan. Dia buru-buru pergi menggunakan kereta kuda.     

"Kenapa kau melarangku bertanya?" Heidi memandang para gadis dengan tatapan bingung.     

Chelly, yang paling berpengalaman di antara semuanya, tersenyum. "Apa kau tidak tahu kalau masa muda master sudah datang?"     

Huh? Sprint, Annick, dan para bujangan lainnya masih bingung.     

...     

Begitu sampai di menara sihir royal Holm, Natasha memasuki ruang tamu bersama Camil dengan ekspresi serius, kemudian bertemu dengan banyak anggota keluarga kerajaan sambil buru-buru.     

Kemudian dia menarik napas dalam dan berujar pada Camil, "Bibi Camil, aku pergi dulu."     

"Jangan membuatnya menjadi medan perang. Santai saja." Melihat betapa mendominasi dan gagahnya Natasha, Camil buru-buru mengingatkannya agar santai.     

"Baiklah." Natasha mengangguk, tahu dia sedikit terobsesi. Dia lalu menyunggingkan senyum santai, lantas berjalan menuju kantor Lucien di lantai yang sama, lalu mengetuk pintunya.     

Tanpa menunggu, pintunya dibuka. Mata Natasha langsung berbinar. Dia jarang melihat Lucien dalam gaya pakaian seperti itu, sementara gaya baru yang segar semakin menambah pesonanya.     

Di sisi lain, Lucien tercengang. Dia tak pernah melihat Natasha yang anggun dan dipenuhi dengan aura feminin.     

Natasha sangat puas dengan reaksi Lucien. Dia tersenyum. "Apa kau tidak membiarkanku masuk?"     

Lucien tersadar. Dia sedikit menyingkir dan memperlihatkan ruangan yang sedikit temaram.     

Di ruangan, bagian kirinya ada kamar dengan sebuah ranjang, sementara di bagian kanan ada perpustakaan. Lalu ruang tengahnya dihias dengan piano di sudut, serta meja bundar di bagian tengahnya. Di atas meja ada nampan berisi makanan yang didekorasi dengan cantik, serta dua lilin. Seiring cahaya remang lilin menari, atmosfer temaram serta romantisnya terbangun.     

Natasha yang terbiasa makan malam dengan ditemani cahaya lilin, tak pernah menyangka kalau sedikit perubahan saja bisa membuat sekitar bisa sangat memikat.     

Lucien mengajaknya menuju meja, menarik kursi dan meminta wanita duduk lebih dulu. Kemudian dia mengeluarkan sampanye yang diletakkan dalam ember es. Setelah menuangkan sampai separuh gelas, Lucien kembali ke tempat duduknya di seberang Natasha.     

"Setelah mengenalmu selama nyaris 8 tahun, akhirnya aku bisa merayakan ulang tahunku bersamamu." Lucien mengangkat gelas wine-nya sambil memikirkan rencananya.     

'Pertama, aku akan mengarahkan topik pada hal-hal berarti yang pernah kami alami, jadi Natasha akan tersentuh secara emosional. Lalu aku akan memainkan piano dan membangun suasana sebisa mungkin. Setelahnya aku bisa memberikan pertanda.'     

Natasha mengangkat gelasnya ke arah Lucien. dia pun tersenyum. "Cepat sekali waktu berlalu. Kau sekarang juga sudah umur 25 tahun. Selamat ulang tahun, Lucien."     

Setelah bersulang, keduanya menyesap sampanye tersebut. Lucien mengambil kesempatan untuk mengulas rencananya. Sambil tersenyum hangat, dia akan mengarahkan topik pembicaraan mereka.     

Namun saat itu, Natasha berdiri dan berujar sambil tersenyum, "Aku punya hadiah ulang tahun untukmu."     

"Hadiah apa?" Melihat Natasha berjalan menghampirinya dengan elegan, Lucien buru-buru mengingat bagian lain dari rencananya yang merujuk pada reaksi serta tujuan setelah Lucien menerima hadiah ulang tahunnya.     

Saat mencium aroma wangi yang samar, Lucien membuka mulut dan bersiap memberikan reaksi senang atas hadiah Natasha.     

Namun mendadak, Lucien melihat Natasha membungkuk dan memegang dagunya dengan tangan kanan.     

Apa yang terjadi?     

Lucien tercengang. Kemudian dia merasakan bibir merah Natasha menempel pada bibirnya, lantas lidah yang lembut membuat Lucien membuka rahang, lalu Natasha mendorong lidahnya ke dalam sembari tersenyum, mencari lawan yang bisa diajak lidahnya menari.     

Apa yang terjadi?     

Lucien sadar semua rencananya tampak tak bisa mengikuti keadaan yang terjadi saat ini. Dia tanpa sadar memeluk Natasha, membuat lidah mereka menari bersama.     

Setelah ciuman panjang, Natasha memisahkan bibirnya dengan Lucien. bibirnya menggoda, sementara matanya berkabut. Dia menatap Lucien yang masih tercengang dengan apa yang sedang terjadi, lantas berujar dengan suara sedikit serak,     

"Apa kau suka hadiah ulang tahun dariku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.