Singgasana Magis Arcana

Tempat yang Pas



Tempat yang Pas

0Cahaya bulan yang lembut menyinari tepi sungai, membuat segalanya tampak indah bagaikan di dalam mimpi.     
0

Mendengar kalimat Francis, Ramiro cukup kaget. Dia kemudian sengaja memasang ekspresi serakah dan bertanya, "Harta karun Lord of Underworld? Boleh aku ikut dengan kalian?"     

Di Kota Husum, saat dia mendengar kalau Lord of Underworld telah terbunuh, Ramiro lebih terkejut lagi. Dia tidak percaya kalau Lord of Underworld tewas karena mantra Confinement. Confinement, mantra tingkat lingkaran sembilan, tidak bisa membunuh seorang tuhan palsu!     

Dulu pernah ada iblis yang telah dibelenggu selama lebih dari seribu tahun, tapi masih hidup. Kemudian iblis itu dibebaskan oleh usaha keras para pengikutnya yang tak terhingga ketika kekuatan sihir dari mantranya mulai menghilang. Sehingga, Ramiro benar-benar mencurigai kalau yang membelenggu Lord of Underworld adalah seorang archmage dan akan melepaskan tuhan palsu itu di titik tertentu.     

Ramiro ingin menginvestigasinya lebih jauh, tapi dia tak tahu di mana tempat Lord of Underworld dibelenggu atau domainnya. Jadi dia harus mengabaikan masalah itu dulu lalu menginvestigasi ketuhanan God of Moon.     

Tahu kalau Leviathan lah yang menemukan domain Lord of Underworld, Ramiro sangat bersemangat untuk pergi ke sana dan mencoba melihat apa yang terjadi pada Lord of Underworld.     

Karena tumbangnya Lord of Underworld, Ramiro pertama-tama harus menghilangkan kecurigaannya terhadap Leviathan. Ramiro melihat dengan matanya sendiri ketika Leviathan melompat ke dalam sungai, dan saat itulah mantra Confinement dirapal.     

Tentu saja, tidak ada waktu jika Leviathan ingin pergi bolak-balik antara beberapa tempat yang dijanjikan tanpa menarik perhatian Francis karena tempatnya relatif jauh dari Kota Husum, kecuali Leviathan punya kekuatan level legendaris.     

Namun, jika itu masalahnya, Leviathan tidak perlu bersembunyi. Sebagai gantinya, dia bisa langsung melibas seluruh Erdo.     

"Harta karun seorang tuhan palsu pasti sangat melimpah, dan aku tidak masalah jika kau mau mengambil beberapa, Anheuse," kata Francis, yang tujuan utamanya pergi ke sana juga untuk mencaritahu apa yang terjadi pada Lord of Underworld. "Kau bisa membantu kami, jadi kita bisa menyelesaikan pencarian secepat mungkin sebelum Lord of War menyadarinya."     

Sambil tersenyum, Francis bertanya santai pada Leviathan, "Kau tidak ingin pergi? Kupikir kau ingin ke sana."     

"Kalau aku sendiri, jelas tidak mau. Siapa tahu hal mengerikan apa yang tersembunyi di domain Lord of Underworld. Tapi karena kalian berdua akan pergi ke sana, aku jelas tidak akan melewatkannya!" kata Lucien berpura-pura sangat bersemangat. Lucien punya tujuannya sendiri. Saat dia berenang melewatinya, dia merasa ada sesuatu yang memerhatikannya, dan Lucien juga penasaran kenapa Lord of Underworld memilih dasar Sungai Solna sebagai domain baru. Mungkin dia juga bisa menemukan material bagus untuk memperbaiki item sihirnya.     

Ramiro mengernyit. "Kalau begitu kita harus cepat. Domainnya akan runtuh perlahan dan lenyap karena tumbangnya Lord of Underworld."     

Saat mereka ada di domain, Ramiro bisa menemukan kesempatan yang lebih baik untuk membunuh Leviathan di balik punggung Francis untuk mencuri identitas Leviathan. Kemudian dia bisa melimpahkan segala kesalahan pada keanehan domain yang tak bisa ditebak.     

"Tunjukkan jalannya, Leviathan," kata Francis santai. Karena Lord of Underworld hanya dibelenggu, dan inkarnasinya masih ada, sehingga domainnya tidak akan lenyap.     

Baik Lucien dan Francis tahu akan hal itu, tapi tidak mengatakannya. Biar bagaimanapun, Ell dan pengikut setianya sangat yakin kalau Lord of Underworld sudah mati.     

Sambil memakai gelang batu, Lucien mengambil inisiatif dan melompat ke dalam sungai, diikuti oleh Francis. Ramiro menggunakan kekuatan darahnya dan merapal mantra semi-suci pada dirinya sendiri untuk bernapas di dalam air. Dialah yang mengikuti di belakang dengan tenang.     

Mereka berenang melawan arus selama beberapa saat. Setelah melewati pintu air tua, ketiganya mendekati domain Lord of Underworld. Selama sesaat, Lucien merasakan perasaan diperhatikan itu lagi.     

"Di sini," kata Francis sambil mengangguk ketika melihat ikan yang setengah busuk. Dia mulai memimpin mereka berenang menuju dasar sungai, karena dia lebih sensitif dengan hawa kematian.     

Setelah melewati serangkaian buluh air aneh yang pucat, Francis sengaja menabrak batu besar yang tampak normal. Kemudian batu itu terdistorsi dengan cepat dan berubah menjadi gerbang hitam besar yang menguarkan kekuatan kematian.     

Gerbang batu itu tampak sangat reyot. Cat hitamnya jatuh dalam serpihan, dan material dalamnya membusuk.     

"Lord of Underworld mati!" teriak Francis. Bukankah dia dibelenggu?     

Baik Lucien dan Ramiro menatap Francis bingung.     

"Apa maksudmu? Lord of Underworld mati berhari-hari lalu," kata Ramiro yang menyembunyikan nada mengejek.     

Meski ekspresi Lucien tampak sama dengan Ramiro, Lucien sedang mengepalkan tangannya sangat erat, sampai kukunya nyaris menancap di kulit. Sebenarnya Lucien juga sama terkejutnya dengan Francis.     

Lucien adalah orang yang merapal mantra Confinement. Tak ada yang tahu tentang situasinya sebaik dirinya. Namun sekarang Lord of Underworld sungguhan mati, dan Lucien sama sekali tak punya petunjuk tentangnya.     

"Tetap saja ... melihat dengan mata kepala sendiri rasanya berbeda," jawab Francis yang sudah kembali tenang dan santai seperti biasanya. Dia tidak takut akan segala kecurigaan dari Anheuse maupun Leviathan, karena dia telah mengambil Benih Jiwa, dan dia orang terkuat di antara mereka bertiga.     

Ramiro melihat ke arah gerbang batu hitam dan mulai mencari cara membukanya. Nantinya, saat ada kesempatan, dia juga bisa membunuh Francis, dan itu akan jadi kredit tambahan baginya.     

"Berdasarkan doktrin dan legenda, domain Lord of Underworld memiliki tujuh gerbang batu. Setiap gerbang harus dibuka dengan satu tumbal, jika tidak, seseorang akan terjebak di antara dua gerbang sampai jiwanya tercerai-berai," kata Francis singkat. "Tapi sekarang domainnya runtuh, dan pengawal dunia kematian tertidur, kita bisa menggunakan apapun untuk membukanya."     

Francis mengambil kerikil dan memasukkannya ke dalam lubang kunci besar di gerbang batu.     

Seperti dugaan Francis, cahaya menyembur keluar dari gerbang hitam dan gerbang itu terbuka sedikit untuk mereka masuk. Di belakang gerbang ada erangan pedih dan menyakitkan, sementara angin yang datang sangat membekukan.     

Francis tidak ragu-ragu dan mengambil inisiatif untuk melangkah masuk. Lucien mengikutinya sambil waspada penuh. Namun tak sampai satu menit kemudian, Ramiro akhirnya menyusul masuk.     

Seraya berdiri di kegelapan pekat, Ramiro buru-buru menjelaskan, "Aku sudah merapal dua mantra, untuk jaga-jaga kekuatan kematiannya terlalu kuat."     

Ramiro sangat waspada ketika melangkah ke dalam domain Lord of Underworld. Tak ada yang tahu apakah archmage tingkat lingkaran sembilan ada di sana atau tidak.     

Francis tidak mengatakan apapun. Dia berbalik untuk melangkah menuju gerbang selanjutnya yang diterangi oleh lumut cahaya remang.     

Mendadak, wajah pucat yang terdistorsi muncul dalam kegelapan; wajah pria dan wanita, muda dan tua. Mereka melayang langsung menuju Francis, Lucien, dan Ramiro dengan penuh kebencian dan kebengisan.     

Asap hitam muncul dari tubuh Francis dan memenuhi tempat. Wajah-wajah pucat langsung lenyap begitu terkena asapnya.     

"Tempat ini mulai lenyap, dan para spectre tidak ada yang ditahan." Francis mengingatkan mereka.     

Dia mengeluarkan sebuah koin silver dan membuka gerbang selanjutnya.     

Kemudian, mereka bertiga bertemu dengan macam-macam spectre tingkat rendah, begitu pula mumi. Dengan adanya Francis, seorang kesatria cahaya, yang berjalan di depan, para spectre tidak menjadi ancaman besar bagi mereka. Kadang-kadang, Francis meleset, tapi Leviathan dan Anheuse bisa mengatasinya.     

Ketika gerbang batu keenam terbuka, apa yang ada di balik gerbang bukan lagi kegelapan murni, melainkan kabut terang yang samar.     

Di dalam kabut, ada banyak sosok yang sedang mengerang dan merintih di atas tanah: Banyak yang kelaparan, sampai terlalu lemah untuk bicara; banyak yang menangis ketakutan, tapi dikirim ke altar oleh kerumunan dingin yang aneh; beberapa dicabik sampai jadi serpihan oleh makhluk buas; beberapa terbunuh pada pertarungan antara tuhan dan pendeta; beberapa tenggelam sampai mati karena banjir yang dipanggil tuhan; beberapa sekarat di medan perang; beberapa dijadikan budak, lalu dibunuh oleh hewan buas untuk menghibur para bangsawan...     

Di dalam kabut adalah neraka yang sesungguhnya, menunjukkan rasa sakit yang dialami orang-orang biasa dari dunia ini.     

"Ayo. Kita berdoa dengan hormat, supaya kita tidak kena pengaruhnya," kata Ramiro yang mendapatkan bagian ingatan Anheuse.     

Saat berjalan melewati kabut, Lucien bisa mendengar teriakan pilu yang melengking. Tangan pucat yang kurus mencoba menariknya dengan putus asa bagaikan menyebarkan cabang pohon. Namun, suara dan pemandangan di sana tidak menciptakan keributan di benak Lucien. Tangan itu menembus tubuh Lucien, seolah mereka hanya bayangan.     

Setelah keluar dari kabut, ada dua pintu batu di depan. Keduanya berpencar.     

"Dua?" Francis bertanya pada Ramiro.     

Ramiro menggeleng. "Entah. Tapi lebih baik kita bergegas. Kita ambil jalur berbeda di sini. Kau adalah orang paling kuat di antara kita, Francis, jadi kau pergi sendiri. Leviathan dan aku akan pergi ke pintu sebelah."     

Bagaikan serigala yang menunggu domba, Ramiro tahu kalau kesempatannya tiba.     

"Baiklah. Cepat, kalau tidak kita tidak akan bisa mencari ke semua tempat." Francis setuju dan pergi ke gerbang di sebelah kanan.     

Ramiro melihat ke arah Leviathan sambil tersenyum. "Ayo."     

"Oke." Lucien juga tersenyum.     

Di balik gerbang di sebelah kiri adalah sebuah koridor yang disusun dengan pilar batu. Koridor yang luas itu memanjang ke sebelah. Tidak ada apapun di sana.     

Melihat Leviathan menurunkan kewaspadaan, Ramiro siap beraksi setelah melewati pojokan, ketika mereka jauh dari Francis.     

Setelah berjalan selama beberapa menit, mereka belok ke kanan mengikuti koridor. Di sana ada ruangan di kedua sisi, tapi masih tidak ada apapun.     

Itu adalah tempat yang pas untuk Ramiro.     

Dia berjalan ke belakang Leviathan, dan ada senyum jahat di wajah Ramiro.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.