Singgasana Magis Arcana

Perubahan dan Perbalikan Keadaan



Perubahan dan Perbalikan Keadaan

0Meski di mata Ramiro Leviathan sama sekali bukan ancamannya, dia tetap sangat waspada. Untuk memastikan tidak ada yang tahu, membunuh Leviathan harusnya hanya membutuhkan satu serangan.     
0

Isi perut dan organnya mulai meleleh menjadi setumpuk daging lumpur. Tak lama kemudian, Leviathan akan sepenuhnya terlilit oleh daging dan dicerna, lalu diserap. Untuk mengurangi risiko yang ada, Ramiro memutuskan untuk langsung melahap Leviathan tanpa membuang waktu mengivestigasinya.     

Leviathan tidak merasakan bahaya sama sekali. Ramiro yang sedikit menekuk engkelnya, sudah bersiap melompat ke arah Leviathan. Namun saat itu, suara ceria Francis terdengar dari belakang.     

"Di sini kalian rupanya!"     

Sialan! Ramiro menghentikan dirinya di detik-detik terakhir, sehingga hampir membentur tanah. Saat kehilangan keseimbangan, Ramiro mengikuti momentum dan berbalik. Dia berkata pada Francis, ekspresinya tampak agak kesal, "Apa, Francis? Kau mengagetkanku!"     

Lucien juga agak kaget. "Ada apa di sebelah sana?"     

Francis menyeringai. "Di balik gerbang adalah Jembatan Jiwa. Baik Styx dan jembatannya sudah rusak parah. Aku tidak bisa lewat."     

"Kalau begitu kita benar-benar harus cepat. Hal yang sama mungkin akan terjadi di sisi ini juga," kata Lucien.     

Francis mengangguk, dan sekali lagi berjalan di depan. Ramiro mengikuti mereka, merasa agak frustrasi. Dia berpikir apakah keberuntungannya sudah berakhir. Kelihatannya keberuntungannya semakin berkurang.     

Dia berdoa dalam hati, berharap bisa membunuh Leviathan saat waktunya yang pas tiba.     

Di depan koridor, kegelapannya kembali. Sebuah sungai di mana begitu banyak mayat dan tulang mengambang terlihat, mengapung entah sampai mana.     

"Inikah Styx?" Lucien agak penasaran.     

Ramiro mengangguk. "Ya. Setiap tetes Styx datang dari jiwa yang menderita dan tersiksa. Jangan menyentuhnya, kalau tidak kau bisa jadi gila, bahkan termasuk tuhan. Hanya Lord of Underworld yang jadi pengecualian."     

Ada sebuah perahu di sebelah tepi sungai, tapi pengayuh perahu sudah lenyap karena runtuhnya domain.     

"Bagaimana domain ini terbentuk? Kesadaran dan material, yang mana yang lebih dulu?" tanya Francis dalam nada seorang filsuf. Orang yang dia tanyakan, jelas, pemrakarsa berpengalaman, Anheuse.     

Lucien juga punya pertanyaan serupa tentang bagaimana domainnya terbentuk. Dia pertama berpikir kalau domain adalah sesuatu seperti demiplane milik penyihir, tapi runtuhnya demiplane seorang penyihir legendaris tidak disebabkan oleh kematiannya, tapi hancurnya dunia kognitif penyihir itu.     

Ramiro menjawab, "Kekuatan keyakinan berkumpul, lalu tuhan menarik ketuhanan dari kekuatan. Tergantung dari ketuhanannya, serpihan kekuatan membentuk domain. Kekuatan seorang tuhan bisa sangat meningkat saat tuhan itu ada dalam domainnya sendiri. Saat tuhan mati, ketuhanannya tidak punya tempat bernaung, atau ketika tuhan lain yang mengambil ketuhanannya tak mau menjaga domain, tempat itu perlahan akan runtuh. Berkurangnya kekuatan keyakinan akan mengikuti ketuhanan dan menuju ke sana."     

Ketuhanan tanpa tempat bernaung perlahan akan lenyap.     

"Tak heran kau adalah pemrakarsa, Anheuse." Francis tersenyum dan menginjak kano.     

Ramiro berpikir dalam hati jika Anheuse yang asli mungkin tidak akan bisa mengartikulasikan ide sejelas dirinya.     

Saat Leviathan dan Anheuse sudah ada di atas perahu, perahunya mulai berjalan. Di atas permukaan Styx, perahu tersebut bergerak tanpa suara, bagaikan di atas cermin.     

Begitu mereka mencapai seberang dan turun dari perahu, mereka melihat istana megah di depan mereka. Ada pilar batu besar yang menyanggah kubah raksasa. Segalanya yang ada di dalam istana tampak sangat nyata, tidak seperti hal-hal yang mereka lihat sebelumnya, yang tampak samar bagai di dalam mimpi.     

"Ini tempat di mana Lord of Underworld tinggal. Lima ribu manusia biasa dikirim kemari dan dipekerjakan sampai mati sebagai tumbal. Cukup mengesankan karena Lord of Underworld bahkan sampai memindahkan istana sebesar ini dari Lembah Kematian kemari," kata Ramiro.     

Lucien dan Francis pernah mendengar itu sebelumnya, karena tercatat dalam doktrin Lord of Underworld.     

Di sebuah agama primitif, ketakutan adalah metode yang umum digunakan untuk memimpin para penganut, sehingga tumbal adalah kata yang sering diucapkan. Beberapa tuhan palsu, apalagi yang sangat terpengaruh oleh ketuhanan mereka, sangat terobsesi dengan ritual darah, termasuk Lord of Fire and Destruction sebelumnya, Avando. Namun setelah menjadi Lord of Redemption, Ell sudah sangat tenang dan tak pernah menunjukkan sifat itu lagi.     

"Di sini luas. Ayo berpencar," saran Ramiro lagi.     

Francis setuju. Mereka harus menyisakan waktu untuk keluar. Sementara untuk apa yang mereka dapatkan di dalam istana, Francis bisa memeriksanya nanti.     

Lucien juga setuju, karena dia mencari batu Adamantine, Mythril, Orichalcum, Ice Iron, Soul Stone, dan Meteoric Iron untuk memproduksi logam campuran unik menurut Will of Element demi memperbaiki cincin penghargaan Holm miliknya. Tentu saja, material untuk memperbaiki medali, tongkat, sabuk, dan sarung tangan juga tujuannya.     

Setelah mendorong gerbangnya terbuka, Francis berjalan lurus ke depan, sementara Lucien ke kiri, dan Ramiro masuk ke sisi kiri istana.     

Beberapa saat kemudian, Ramiro diam-diam kembali ke aula utama. Dia menatap waspada ke arah tempat yang dipilih Francis. Setelah memastikan Francis tidak akan kembali, wajah cemberut Ramiro menghilang dalam kegelapan.     

Ramiro yang bergerak tanpa suara dalam kegelapan sedang mengejar targetnya.     

Kecepatan seorang kesatria cahaya luar biasa. Setelah melewati koridor dan ruangan, tak lama kemudian Ramiro melihat Leviathan, yang sedang mencari di setiap sudut tempat, sambil memegang pedang di tangan.     

Di ujung koridor, ada gerbang logam hitam yang digambar dengan tengkorak putih dan sungai darah. Kekuatan kematian di sana nyaris lenyap setelah tewasnya Lord of Underworld.     

Lucien hanya memegang pedang besi biasa yang diberikan oleh Ell sebagai hadiah ketika Lucien meninggalkan Politown.     

Sambil menatap gerbang, Lucien mencengkeram pedangnya erat, lalu menebasnya ke arah tengkorak putih, tepat di bagian tengahnya. Lalu Lucien menjatuhkan pedangnya, membiarkan pedang itu mengambil kekuatan kematian yang tersisa di gerbang.     

Begitu pedang besi jatuh ke atas lantai, suaranya terdengar seperti kayu busuk.     

Lucien mendorong gerbangnya hingga terbuka, dan akhirnya melihat harta karun yang ditinggalkan oleh Lord of Underworld. Sebagian besar isinya adalah emas, perak, dan permata. Di bawah sinar lilin, benda-benda itu berkilauan. Di bagian tengah ada kepingan logam yang berbeda, lalu item suci dan senjata yang luar biasa.     

Lucien melihat Mythril dan Soul Stone dalam lirikan pertama. Sementara itu, dia jadi semakin waspada dan menyebarkan kekuatan spiritualnya, karena dia tidak tahu apakah di sana masih ada pengawal atau tidak. Selain itu, kemungkinan Francis dan Anheuse akan membunuhnya untuk merebut semua harta karun, terutama Anheuse. Di mata Lucien, Anheuse tampak agak aneh.     

Ramiro yang berdiri di kegelapan, berpikir Leviathan pasti terkejut setelah melihat harta sebanyak itu. Itu adalah kesempatan besar untuknya!     

Kesempatan yang dia tunggu sejak lama!     

Ramiro melesat keluar dari kegelapan!     

Namun, menit ketika dia melompat keluar, Ramiro merasakan hawa aneh datang dari sisi lain koridor.     

Sialan! Ramiro nyaris gila. Sial sekali dirinya!     

Namun dia tak punya pilihan yang lebih baik. Ramiro bergegas ke dalam ruang harta dan mengirimkan pesan mental rahasia pada Lucien.     

"Sembunyi! Ada yang datang!"     

Lucien sudah merasakan kehadiran Ramiro begitu Ramiro nyaris melompat ke arahnya, begitu pula hawa anehnya. Mengikuti Ramiro, Lucien masuk ke dalam ruang harta dan sembunyi di pojokan, di mana segalanya tak bisa memantulkan sosoknya.     

Tiga puluh detik kemudian, sebuah sosok yang elegan dan seksi menyelinap masuk. Lucien melihat pantulannya dari sebuah kepingan logam: sosok itu adalah wanita yang cantik bagaikan dewi. Setiap gerakannya dipenuhi dengan pesona yang menyihir. Tapi entah mengapa, Lucien merasa sosok wanita itu cukup familiar.     

Dia agak bingung, karena tidak ingat pernah bertemu wanita itu sebelumnya.     

Wanita cantik tersebut berjalan ke sisi lain ruang harta. Kemudian cahaya bagaikan sinar pertama matahari pagi melingkupi tubuhnya, lalu gerbang rahasia tampak.     

Tapi tak ada apapun di balik gerbang rahasia itu.     

"Sudah tidak ada? Katanya Lord of Underworld mendapatkan benda kuat dari asal muasal Sungai Solna..." gumam wanita cantik itu dalam suara rendah yang seksi.     

Baik Lucien dan Ramiro langsung mengenalinya disaat bersamaan, karena mereka merasakan ketuhanan yang dimiliki wanita tersebut. Dia adalah Asin, God of Moon! Kelihatannya Asin mendapatkan ketuhanan baru yang berkaitan dengan kecantikan dan keindahan pagi.     

Karena Asin ada pada level tujuh, sementara baik Lucien dan Ramiro harus saling merahasiakan kekuatan asli masing-masing, mereka memutuskan untuk tidak melompat keluar. Mereka melihat Asin mengambil sepasang item suci dan pergi ke lorong rahasia lain. Kelihatannya dia akan kembali kapan saja untuk mengambil harta karun.     

Setelah beberapa saat, Ramiro berjalan keluar dan tersenyum. "Aku mengikuti Asin."     

Lucien juga berjalan keluar, tapi ekspresi di wajahnya penuh kecurigaan.     

Melihat ekspresi serius di wajah Leviathan, Ramiro menyeringai. "Kau tidak percaya padaku? Tak apa. Tak ada yang akan menggangguku sekarang."     

Syukurlah. Ini sudah empat kali, dan akhirnya dia bisa memakan Leviathan!     

Tubuh Ramiro mulai menggeliat seolah tidak ada tulang di dalamnya.     

Lucien langsung sadar siapa orang itu. Di detik terakhir, dia membuang rencana menggunakan mantra Confinement dan Maze, karena Ramiro bisa keluar kapan saja dengan meledakkan diri.     

Bagaikan tumpukan daging lumpur, Ramiro melompat ke arah Lucien, membuat Lucien tak punya jalan kabur.     

Mendadak, Ramiro berhenti sesaat, karena melihat cahaya hijau di mata Leviathan. Kemudian dia merasa tingkat kekebalan terhadap sihirnya berkurang drastis.     

Resistance Reduction?     

Dia adalah penyihir?!     

Ramiro melihat cahaya samar pada jubah Leviathan, lalu jubahnya menembakkan sinar abu-abu ke arahnya.     

Tanpa persiapan apapun, Ramiro terkena tembakan sinar berkecepatan tinggi itu. Tubuhnya dipenuhi dengan energi negatif, sementara kekuatannya menurun drastis, sampai paling tidak satu level.     

Weakening Ray? Apakah dia si archmage tingkat lingkaran sembilan?     

Sialan!     

Ramiro jatuh ke dalam keputusasaan besar. Untuk sedetik, dia bahkan mulai meragukan keberadaan God of Truth.     

Ramiro bertanya-tanya kenapa Tuhannya tidak mengingatkannya akan bahaya besar, dan kenapa berkahnya mengacuhkan Ramiro.     

Namun, dia kemudian sadar:     

God of Truth mengingatkannya sebanyak tiga kali. Kesombongannya lah yang membutakan matanya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.