Bebaskan Penyihir Itu

Di mana Aku Seharusnya Berada



Di mana Aku Seharusnya Berada

0Kata-kata Lorgar mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu.     
0

"Adik, … apa yang kamu bicarakan?" Rohan adalah orang pertama yang bertanya. "Kamu ingin meninggalkan oasis? Apa yang akan dilakukan klan kita tanpa kamu di sini? Bagaimana kami menghadapi Duel Suci di masa depan? Kamu mau pergi ke mana?"     

Lorgar tidak memberikan jawaban. Sebaliknya, Lorgar menatap ayahnya dengan tenang.     

Senyuman penuh kesedihan nampak di wajah Guelz. Guelz menghela napas panjang dan mengibaskan tangannya ke arah Rohan dan penjaga itu. "Tinggalkan kami berdua sejenak."     

"Ayah …" Rohan membuka mulutnya dan mencoba mengatakan sesuatu, tetapi ia akhirnya menahan kalimatnya.     

Penjaga itu juga sama terkejutnya dengan Rohan, tetapi demi menghormati privasi keluarga, mereka berdua mematuhi perintah dan pergi sambil kebingungan.     

Kini Lorgar dan Guelz hanya berdua di ruangan itu.     

"Kamu ingin pergi ke utara?" Guelz langsung bertanya tanpa basa-basi.     

"Benar, ayah." jawab Lorgar jujur. "Aku akan pergi ke Wilayah Utara Graycastle untuk mencari Ashes, kemudian aku akan ikut pergi ke Kota Tanpa Musim Dingin bersamanya."     

"Lalu bagaimana dengan nasib Klan Api Liar?" tanya Guelz.     

"Pergilah ke Wilayah Selatan. Kalian bisa menemukan oasis segar di sana, tanpa harus berjuang mencari makanan atau minuman dengan susah payah." Lorgar berhenti sejenak. "Aku berani bertaruh, ayah sebenarnya sudah membuat keputusan itu sejak lama. Itulah sebabnya ayah tidak menerima tantangan dari Klan Ombak Deras."     

Guelz mengangkat alisnya, tetapi ia tidak membantah perkataan Lorgar.     

Lorgar melanjutkan. "Itu tidak berarti ayah takut pada mereka. Klan Api Liar telah menjadi klan terkuat selama berpuluh-puluh tahun, bahkan sebelum aku menjadi seorang penyihir. Ayah tidak akan pernah membiarkan mereka lolos begitu saja tanpa membuat mereka membayar harga atas penghinaan mereka, bahkan jika mereka benar-benar melampaui kita setelah mereka mengambil Minyak Hitam. Semangat seperti inilah yang selalu kita andalkan untuk mempertahankan wilayah kekuasaan kita di Istana Batu di Kota Pasir Besi."     

"Satu-satunya alasan mengapa ayah tidak menerima tantangan itu adalah, Duel Suci yang bertujuan untuk menentukan peringkat klan kita di Kota Pasir Besi sudah tidak berarti lagi. Klan kita mungkin bertarung dan berdarah-darah untuk mengamankan masa depan klan, tetapi ayah tidak akan pernah membiarkan mereka bertarung tanpa arti dan mati sia-sia. Apa ucapanku benar, ayah?"     

Guelz menatap Lorgar untuk waktu yang lama sebelum akhirnya tersenyum. Guelz menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak tahu apakah kamu memang terlahir jenius atau memiliki insting serigala. Atau mungkin kamu memang memiliki kedua bakat itu? Sebenarnya, aku terus menunda masalah ini karena aku ingin meminta nasihatmu tentang relokasi klan kita setelah kamu sadar dan pulih dari luka-lukamu."     

"Kurasa aku tidak benar-benar banyak memahami segala sesuatu. Selain itu, aku tidak memiliki kecerdasan maupun insting serigala seperti yang ayah katakan. Aku hanya percaya pada tinjuku." jawab Lorgar sambil menggerakkan telinganya.     

"Tinjumu?" tanya Guelz.     

"Benar, aku bisa mengetahui sifat seseorang seperti apa setelah kami bertarung. Ayah mengajari aku untuk bertarung sejak aku masih kecil, dan aku sudah pernah merasakan pukulan dan senjatamu. Jadi wajar saja jika aku bisa menebak maksud dan tujuan ayah yang sebenarnya."     

"Aku sangat senang mendengarnya." jawab Guelz sambil tertawa. "Bagaimana dengan Ashes? Bisakah kita mempercayai wanita itu?"     

"Bagiku, Ashes ibarat sebuah gunung besar … tetapi gunung selalu tenang dan tidak pernah berbohong. Ashes membuatku merasa kuat dan aman," kata Lorgar perlahan. "Orang-orang yang berada di bawah sayap perlindungan Ashes pasti merasa sangat hangat dan nyaman."     

"Aku lega mendengar itu." Guelz tampaknya telah mengambil keputusan. "Karena kami semua akan pergi ke Wilayah Selatan, mengapa kamu tidak menunggu beberapa hari lagi dan bergabung dengan kami?"     

"Aku tidak ingin menunggu lagi, Ayah … aku merasa jantungku berdetak kencang ketika aku memikirkan untuk pergi ke wilayah utara," kata Lorgar sambil menaruh tangannya di dada. "Perasaan ini mendesakku untuk segera berangkat. Jika aku sampai di sana lebih awal, aku bisa melihat apakah mereka benar-benar menepati janji mereka untuk menyediakan sebuah oasis kepada penduduk Negara Pasir, seperti yang telah mereka janjikan."     

"Bukankah kamu tadi mengatakan bahwa kamu percaya pada mereka dengan sepenuh hati?" tanya Guelz sambil tertawa.     

"Aku percaya kepada Ashes, bukan sang raja yang ada di belakangnya. Ashes mungkin tidak berbohong, tetapi bukan berarti Ashes tidak bisa tertipu orang lain." jawab Lorgar sambil mengayunkan tinjunya. "Jika Raja Graycastle menipu kita, aku tidak akan membiarkan sang raja hidup dengan damai."     

"Bagaimana jika ucapan Nona Bulan Perak itu benar? Apakah kamu akan bersumpah setia padanya jika Nona Bulan Perak memperlakukan orang-orang Negara Pasir dan klan Mojin sama seperti ia memperlakukan bangsanya sendiri? Atau kamu akan melayani wanita itu dengan cara yang sama seperti yang dilakukan ibumu?" Guelz bertanya dengan penasaran. "Jika yang ingin kamu lakukan adalah menantang anak buah Nona Bulan Perak untuk memuaskan napsu bertarungmu sendiri, aku khawatir wanita itu tidak akan senang menyambut kedatanganmu."     

"Aku … aku tidak akan berbuat begitu! Siapa yang akan tertarik dengan monster setengah manusia dan setengah binatang buas?" Bulu-bulu pendek di ekor Lorgar meremang dan ia langsung memalingkan wajahnya. "Aku sudah dengar dari Ashes bahwa ada musuh-musuh asing yang sangat kuat di sana. Itulah sebabnya aku ingin ke sana, aku pergi bukan untuk melayani sang raja. Aku akan membayar semua biaya hidupku sendiri jika aku membutuhkan obat atau perawatan dari para penyihir."     

Ayahnya berhenti menggoda Lorgar dan melambaikan tangan padanya. "Kemarilah, putriku. Biar aku melihat wajahmu lebih dekat."     

Lorgar berjalan mendekati ayahnya dan duduk, ia meletakkan kepalanya di pangkuan ayahnya seperti biasa.     

Guelz dengan lembut membelai rambut dan telinga Lorgar yang lembut, sambil berbisik, "Kamu akan kembali ke sini suatu hari nanti, bukan?"     

"Aku pasti akan kembali, ayah." jawab Lorgar sambil menutup matanya. "Jika orang-orang Graycastle dapat datang ke Kota Pasir Besi, maka aku juga bisa. Akan lebih mudah bagiku untuk berkunjung setelah penduduk kita pindah ke Wilayah Selatan, karena akan lebih dekat. Jika ayah tidak ingin menjadi ketua klan lagi di masa depan, serahkan posisi itu kepada Rohan. Rohan jauh lebih cocok untuk menduduki posisi kepala klan daripada aku. Rohan akan menjadi pemimpin yang hebat sehingga kita tidak harus terus-menerus berjuang untuk mendapatkan tempat di oasis."     

"Tidak perlu memikirkan semua urusan itu untuk saat ini," kata Guelz. "Jangan lupa untuk menulis kepada ayah jika kamu tidak punya waktu untuk kembali. Karena klan kita akan pindah ke wilayah selatan, ayah rasa tidak buruk bagi klan kita untuk belajar tentang cara hidup mereka."     

"Apa ayah bisa membaca tulisan tanganku yang jelek itu?" tanya Lorgar sambil menggoda ayahnya.     

"Dasar konyol," gerutu ayahnya. "Ketika orang-orang klan kita meninggalkan rumah mereka, mereka selalu meninggalkan sesuatu. Jika kamu tidak ingin meninggalkan sepatah kata pun, aku akan mencabut bulu-bulumu untuk ayah simpan."     

"Uh … kalau begitu aku akan meninggalkan surat," kata Lorgar sambil mengibas-ngibaskan ekornya.     

…     

Setelah malam tiba, Lorgar meninggalkan Kota Pasir Besi sambil membawa tas yang jauh lebih besar dari dirinya.     

Tidak ada orang yang melihat kepergian Lorgar. Hampir tidak ada orang yang tahu bahwa Nona Kepala Suku Klan Api Liar akan memulai perjalanan hidupnya sendiri.     

Setelah melewati oasis luar yang kecil, Lorgar memasuki gurun terpencil, lalu ia melihat sekelilingnya untuk memastikan bahwa ia sudah benar-benar sendirian sebelum ia melepaskan pakaiannya.     

Lorgar melipat pakaiannya dengan rapi dan mengemasnya di dalam tasnya. Setelah itu, Lorgar berdiri perlahan dalam tiupan angin dingin dengan kondisi telanjang.     

Tetapi Lorgar tidak merasa kedinginan. Sebaliknya, Lorgar merasakan sensasi yang tidak terlukiskan mengalir ke seluruh tubuhnya. Seolah-olah ada sebuah tangan raksasa yang tidak terlihat membelai dirinya, dan hal-hal yang membebani dan menahan perasaannya selama ini telah sirna. Lorgar merasa jadi dirinya yang baru dalam hembusan angin malam yang dingin.     

Bulu-bulu halus mulai tumbuh dari dalam kulit Lorgar, dan tubuhnya semakin membesar. Beberapa detik kemudian, Lorgar sudah berubah menjadi seekor serigala gurun raksasa yang berdiri di padang pasir yang luas.     

Lorgar mengangkat kepalanya dan melolong dengan bebas.     

"Owww … woooo woooo …!"     

Raungan Lorgar bergema dan menyebar di udara padang pasir. Lorgar yakin semua anggota Klan Api Liar pasti sudah mendengar lolongannya.     

Tas yang awalnya terasa berat itu sekarang tampak kecil dan ringan. Lorgar menundukkan kepalanya untuk meraih tali tas itu dengan giginya. Setelah memastikan arah yang ia tuju, Lorgar mulai berlari menuju Wilayah Selatan Graycastle.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.