Bebaskan Penyihir Itu

Sang Penyusup



Sang Penyusup

0Setelah Gulir pergi dari ruangannya, tidak ada seorang pun di kantor kecuali Roland dan Anna.     
0

Roland membuka buku catatan yang baru setengah jadi, ia berencana untuk menyelesaikan setengah bagian terakhir, tetapi ia tidak tahu harus menulis apa. Untuk waktu yang lama, pena bulu Roland hanya menggantung di tangannya, ia tidak bisa menulis sepatah kata pun.     

Roland menyadari bahwa ia selalu memandang ke arah Anna tanpa sadar, seolah-olah matanya terpaku pada gadis itu.     

"Ada apa?" Merasakan tatapannya, Anna meletakkan bagian-bagian mesin yang sedang dikerjakannya dan tersenyum pada Roland.     

"Tidak, tidak apa-apa." Roland sedikit menggelengkan kepalanya. "Jika kamu merasa bosan di sini, kita bisa pergi ke halaman belakang Gunung Lereng Utara."     

Anna tersenyum. "Aku tidak merasa bosan sama sekali. Aku bisa menyelesaikan pekerjaanku di sini. Yang terpenting, aku tidak keberatan di mana pun aku berada selama aku bersamamu."     

Kata-kata ini mungkin membuat pipi Anna sendiri memerah, tetapi semua kata-kata itu keluar begitu saja dengan lancar dari mulut Anna.     

"Baiklah kalau begitu." jawab Roland sambil tersenyum.     

Roland tahu Anna tidak akan pernah berbohong padanya.     

Karena Anna adalah penyihir pertama yang dikenal Roland setelah datang ke zaman ini, Roland telah mengenal gadis itu dengan sangat baik. Terlepas dari beberapa diskusi akademis dan obrolan intim mereka, Anna selalu bersikap tenang dan anggun, terutama ketika ia sedang fokus pada pekerjaannya. Roland sama sekali tidak menganggap Anna sebagai gadis yang membosankan. Keheningan, bagi mereka berdua, juga merupakan salah satu sarana komunikasi yang hanya bisa dimengerti oleh mereka berdua.     

Terkadang, kontak mata sederhana yang dilakukan sesekali sudah cukup bagi Roland dan Anna untuk saling memahami.     

Roland memutuskan untuk melupakan apa yang hendak ia tulis untuk saat ini. Roland meletakkan pena bulunya dan ia mulai memperhatikan wajah Anna.     

Wajah tampak samping Anna selalu membuat Roland terpesona. Rambut Anna yang berwarna kecokelatan, yang telah tumbuh sedikit lebih panjang, jatuh tergerai, memperlihatkan sedikit lehernya yang seputih susu. Mata biru Anna tampak sebening air danau seperti biasa. Anna mengenakan sweter kuning pastel, dan sepasang celana flanel hitam yang nyaman, ia tampak anggun dan tenang. Roland senang ia bisa merancang pakaian modern ini dengan tangannya sendiri.     

Karena Anna telah mengiris-ngiris batangan logam menjadi kubus seukuran telapak tangan sebelumnya, ia hanya perlu memprosesnya dengan Api Hitam di kantor Roland begitu potongan-potongan itu dikirim ke istana. Roland terkesan dengan seberapa cepat batangan besi tersebut berubah menjadi bagian-bagian lengkap dengan menggunakan Api Hitam. Bagi sebagian orang, proses pemotongan itu sendiri lebih seperti pertunjukan seni daripada sekadar demonstrasi teknik dan keterampilan yang dilakukan Anna.     

Bagian-bagian kecil ini, yang tampaknya tidak penting, pada akhirnya akan dikirim ke pabrik dan menjadi salah satu bagian penting dari sebuah mesin atau senjata.     

Jelas ini bukan pekerjaan yang mudah. Roland tahu betul bahwa panjang dan lebar Api Hitam itu perlu dikontrol oleh kekuatan sihir Anna. Menyalurkan Api Hitam dan mengarahkan apinya untuk memotong dari sudut yang berbeda-beda lebih sulit dilakukan daripada menggunakan kedua tangan untuk mengerjakan 2 pekerjaan yang terpisah secara bersamaan. Pekerjaan ini membutuhkan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi. Mungkin, hanya seseorang yang pekerja keras seperti Anna yang dapat terus-menerus mendedikasikan dirinya dan akhirnya menjadi unggul dalam pekerjaan ini.     

Gadis ini, yang dulu pernah melakukan pembakaran semen di taman istana, sudah banyak berubah, tetapi sepertinya ada sesuatu yang masih tetap sama pada diri Anna.     

Tidak terasa hari berlalu dengan cepat.     

Setelah malam tiba, ketika Roland tertidur sambil memeluk Anna, dunia yang lain baru saja terbangun.     

…     

Sambil menguap, Roland menoleh ke kalender yang ada di meja samping tempat tidurnya.     

Itu hari Sabtu, tanggal 14 Oktober.     

Meskipun waktu berjalan lebih cepat di Dunia Mimpi daripada di dunia nyata, Roland tidak datang ke dunia ini setiap malam. Selama Roland tidak bermimpi, waktu seperti berhenti di Dunia Mimpi.     

Sarapan sudah siap ketika Roland masuk ke ruang tamu.     

"Kenapa paman bangun sangat terlambat hari ini?" Zero bertanya sambil mengunyah gorengan.     

"Ini akhir pekan. Orang dewasa memiliki kehidupan malam, jadi aku pasti tidur lebih lama." sahut Roland sambil pergi ke kamar mandi dan mengambil gelas dan sikat giginya. "Apakah kamu akan keluar nanti?"     

"Tidak, aku sedang mengerjakan pekerjaan rumahku," jawab Zero. Lalu Zero bergumam sendiri, "Kehidupan malam apa? Paman saja selalu pulang ke rumah lebih awal daripada aku, tetapi sekarang paman malah bicara tentang kehidupan malam. Pria tua yang pemarah ini hanyalah seorang pecundang tanpa teman dan karier …" Roland tahu Zero sengaja mengatakannya supaya Roland mendengarnya, karena gumaman itu sendiri sudah cukup keras untuk didengar.     

Roland hampir tersedak saat ia sedang berkumur. Roland sangat tidak senang mendengar Zero yang awalnya memanggilnya dengan sebutan 'paman', sekarang menganggapnya menjadi seorang pria tua pemarah? Roland melihat dirinya sendiri di cermin. Penampilan Roland tidak jauh berbeda dari dunia nyata. Dilihat dari penampilannya, Roland terlihat seperti berusia 23 atau 24 tahun. Meski Roland tidak berpakaian mewah, hanya mengenakan kaos dan celana pendek, ia tidak seharusnya dianggap sebagai 'pecundang' atau 'pria tua pemarah'.     

Roland menganggap penilaian Zero memang buruk terhadapnya.     

Roland memutuskan untuk tidak berdebat dengan gadis kecil itu tetapi ia hanya berkata, "Kalau begitu, aku akan meninggalkan kunciku di sini. Aku harus pergi nanti, dan kamu yang akan membukakan pintu untukku."     

"Baiklah!" jawab Zero.     

Pada saat Roland selesai menyikat gigi dan membasuh wajahnya, Zero sudah selesai sarapan dan pergi ke kamarnya.     

Roland berjalan ke meja dan menyalakan TV dengan menggunakan remote.     

Roland harus bertemu dengan Garcia hari ini.     

Dalam beberapa bulan terakhir, Roland sudah cukup banyak memperoleh semua buku-buku pelajaran dan bahan-bahan yang diperlukan dan ia telah mengumpulkan semuanya ke kamar. Satu-satunya pekerjaan yang tersisa bagi Roland sekarang adalah menyalin semua buku pelajaran itu. Namun, pencarian fragmen memori lainnya mulai menemui beberapa kendala.     

Tidak banyak penyewa di Apartemen Jiwa-Jiwa yang mau mengizinkan Roland melihat kamar mereka. Sampai saat ini, Roland hanya bisa membujuk 2 orang penyewa, tetapi tidak ada yang berharga di balik Gerbang Memori mereka. Ada lebih dari 2.000 penghuni di Apartemen Jiwa-Jiwa ini, tetapi sulit bagi Roland untuk mengumpulkan modal besar hanya dengan menjual baju zirah, karena baju zirah bukanlah barang antik yang sebenarnya. Tindakan Roland mungkin akan menarik perhatian polisi saat ia masuk ke kediaman seseorang dengan diam-diam.     

Setelah berpikir keras, Roland menyimpulkan hanya ada 2 cara yang masih bisa ia lakukan. Yang pertama adalah untuk meningkatkan pendapatan Roland dan yang kedua ia harus mendongkrak reputasinya sendiri.     

Jika Roland bisa dikenal luas seperti Garcia di sekitar Jalan Pemuda, maka Roland dapat dengan mudah membujuk tetangganya untuk pindah atau menyewa apartemennya. Dan jika Roland mampu secara finansial, solusi lainnya adalah ia bisa membeli seluruh bangunan apartemen ini.     

Bagaimana pun itu merupakan investasi besar, dan saat ini, cara yang lebih layak untuk menghasilkan dana sebesar itu tampaknya dengan cara bergabung dalam Asosiasi Bela Diri.     

Menurut Garcia, siapa pun yang berpartisipasi dalam perburuan Iblis Terkutuk akan menerima kompensasi dengan harga yang kompetitif. Jika seorang ahli bela diri yang terampil dan kuat bersedia untuk mengambil bagian dalam perburuan ini, Asosiasi Bela Diri akan memberi dukungan penuh. Ketika Garcia menyebutkan tentang remunerasi, wajahnya tampak menghina, seolah-olah ia membunuh Iblis Terkutuk hanya untuk melindungi umat manusia daripada sekedar mendapatkan uang.     

Roland sangat mengagumi keberanian dan kegigihan Garcia. Kemudian Roland bertanya tentang aturan rinci yang berkaitan dengan hadiah itu.     

Jika benar, Roland merasa Asosiasi Bela Diri ini, yang menggembar-gemborkan tanggung jawab dan dedikasi tinggi, kedengarannya agak mencurigakan. Entah bagaimana Roland mencium aroma konspirasi dan sindikat bawah tanah yang mencurigakan. Karena itu, Roland merasa enggan untuk bekerja dengan mereka, dan tentu saja ia tidak mau bekerja untuk mereka secara cuma-cuma. Roland memutuskan untuk menjadi anggota Asosiasi Bela Diri hanya karena ini adalah harapan terakhirnya untuk mengumpulkan banyak uang, setelah banyak usaha sia-sia yang dilakukannya selama beberapa bulan terakhir.     

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Roland memakai jasnya dan pergi. Meskipun Roland dan Garcia akan bertemu di Kamar 0827, Roland merasa ia perlu berpakaian resmi karena ini, bagaimanapun, adalah lamaran resminya.     

Tetapi tidak lama setelah Roland melangkah keluar ruangan, ia mendengar teriakan seorang anak yang melengking di belakangnya.     

Itu teriakan Zero.     

Jeritan itu rupanya mengejutkan Roland. Roland berbalik dan menemukan Zero sedang berlari keluar dari ruangan apartemen, ia tampak ketakutan dan gugup.     

"Ada apa? Apakah ada tikus?" tanya Roland.     

Zero tergagap, "Ada … ada seseorang di ruangan itu."     

"Ada seseorang?" Roland mengerutkan kening dan menjulurkan kepalanya ke dalam kamar 0825 miliknya. Roland langsung tersentak dan membeku di tempat.     

Di tengah ruang tamu, yang awalnya kosong beberapa menit yang lalu, kini berdiri seorang wanita yang tidak dikenal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.