Bebaskan Penyihir Itu

Kota Perbatasan Ketiga



Kota Perbatasan Ketiga

0Pintu masuk gua terletak di utara Kota Tanpa Musim Dingin. Gua itu dapat ditemukan di persimpangan antara kota dan pegunungan. Di lereng bukit terdekat, ada area pertambangan dan Area Pembakaran yang selalu sibuk beroperasi.     
0

Di dekat kaki gunung, dinding beton yang kokoh muncul di depan semua orang. Meskipun masih banyak fasilitas yang masih dalam tahap pembangunan, tempat ini sudah menjadi daerah yang paling dijaga dengan ketat di Kota Tanpa Musim Dingin. Ada menara pengawas di masing-masing sudut kota dan jaringan kabel yang melapisi bagian atasnya. Ada juga blokade senapan mesin yang ditempatkan di setiap sisi gerbang.     

Para penjaga itu memberi hormat kepada Roland ketika ia berjalan melewati gerbang dan menuju ke halaman.     

Saat berjalan menuju halaman, Roland merasa seolah-olah ia telah melakukan perjalanan kembali ke dunia modern.     

Apa yang Roland lihat di sini jelas tidak seharusnya berada di sini. Ada sebuah gua besar yang pintu masuknya tertutup beton. Gua itu lebarnya lebih dari 10 meter dan tingginya lebih dari 5 meter. Kedua pintu besi besar itu lebih besar dari pintu masuknya dan ketebalannya mencapai 1 meter. Pintu itu terbuat dari sambungan beberapa lapis pelat baja. Ketahanan pintu ini setara dengan banyak pintu yang ada di benteng militer dunia modern.     

Karena pintu besi itu sangat berat, pintu masuk itu harus dimodifikasi dan pintu geser dipasang di bagian bawahnya untuk memudahkan pintu itu di buka dan di tutup. Bahkan dengan adanya pintu geser itu, pintunya masih tidak bisa dibuka hanya dengan tenaga manusia.     

Karena itu, salah satu dari 2 mesin uap yang ada di halaman digunakan untuk memberikan kekuatan pendorong untuk menggerakkan pintu geser itu.     

Jika binatang iblis menembus garis pertahanan yang dibuat oleh para penyihir Taquila, selama peninggalan Relik Tuhan bisa diambil kembali, 2 pintu ini dapat membantu untuk memblokir serangan binatang buas apa pun di luar.     

Sambil berdiri di depan pintu yang sebesar bangunan tebal, Roland bisa merasakan kekuatan dan daya ketahanan pintu itu. Hampir sepertiga dari hasil produksi baja musim dingin di Kota Tanpa Musim Dingin digunakan untuk membangun 2 pintu ini. Bentuk pintu itu yang berbentuk persegi panjang mungkin tampak mudah untuk diproduksi, tetapi ukuran pintu itu sendiri membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi.     

Pada saat pintu-pintu baja itu dipasang, Roland menyaksikan proses ketika pintu itu di buka dan di tutup. Mendengarkan deru mesin uap yang nyaris tidak terdengar, gesekan yang keras di jalur pintu geser, dan mengawasi pintu baja yang perlahan-lahan menutup, Roland merasa seolah-olah ia yang bertanggung jawab atas pintu masuk yang mampu melindungi mereka semua dari kematian.     

Di setiap sisi kedua pintu baja itu, ada setengah baris kalimat. Jika dikombinasikan bersama, kalimat itu berbunyi, Kota Perbatasan Ketiga.     

Roland dan kerumunan orang yang mengikutinya berjalan masuk ke gua. Cahaya tiba-tiba tampak redup.     

Phyllis mengeluarkan Batu Cahaya dan berjalan di depan rombongan itu. Phyllis mulai memimpin semua orang untuk menyusuri gua yang dalam itu.     

"Yang Mulia, aku tidak mengerti mengapa Anda menyebut tempat ini sebagai Kota Perbatasan Ketiga." tanya Wendy dengan bingung, "Jika Wilayah Perbatasan luar adalah Kota Perbatasan pertama, lalu di mana Kota Perbatasan yang kedua?"     

"Tempat ini disebut demikian karena itulah sebutan yang paling tepat untuk tempat ini," jawab Roland dengan santai.     

"Hah?" Wendy semakin kebingungan.     

"Oh ya, bukankah menurutmu Kota Perbatasan Ketiga ini mirip seperti sebuah benteng? Lagi pula, bukan masalah nama apa yang kita berikan untuk tempat ini. Yang terpenting adalah orang-orang dapat mengingatnya dengan mudah," kata Roland.     

"Baiklah, jika Anda memang menyukai nama itu," kata Wendy.     

Setelah mereka berhenti bicara, satu-satunya suara yang terdengar di gua adalah langkah kaki mereka yang bergema dan suara air yang menetes.     

Karena kurangnya mesin pembuat jalan, hanya lantai gua yang dilapisi beton. Di kedua sisi lantai ada parit dan jalur kereta api untuk mengangkut hasil tambang. Jika bahan perbekalan perang dan bahan makanan dibutuhkan, semuanya akan diangkut dengan gerobak yang diangkut oleh mesin lain yang ada di pintu masuk. Roland dengar dari Phyllis bahwa para Penyihir Penghukuman Tuhan pernah tertarik untuk mengukur kekuatan mesin uap itu, dan mereka sudah mengetahui bahkan kekuatan 5 orang dari mereka yang menarik tali secara bersamaan tidak dapat menghentikan kekuatan mesin uap itu dan akhirnya menyeret mereka berlima ke depan.     

Karena dinding dan langit-langit gua tidak dapat ditutup dengan beton, kebocoran tidak bisa dihindari. Untungnya, suhu di dalam gunung tidak terlalu rendah sehingga air di bagian dalam gunung tidak akan membeku. Sementara cacing pelahap akan meninggalkan jejak berlendir di belakang saat cacing itu merayap ke depan, dan ketika lendirnya mengering, lendirnya akan meninggalkan kotoran seolah-olah lendirnya mengoleskan lapisan pasta ke permukaan dinding dan langit-langit gua. Karena itu, tidak mungkin gua ini runtuh.     

Setelah sekitar setengah jam berjalan, pencahayaan di dalam gua menjadi lebih terang.     

"Kita sudah hampir sampai." kata Phyllis sambil berjalan lebih lambat. "Yang Mulia, apakah Anda membutuhkan …."     

Roland tahu apa yang ingin Phyllis katakan dan ia menyela ucapan gadis itu. "Tidak apa-apa. Antar aku ke sana sekarang."     

Phyllis berbalik dan memandang Roland dengan tatapan penuh arti, "… baiklah, aku mengerti."     

Setelah keluar dari gua yang sempit, mereka memasuki sebuah gua yang lebih besar. Di depan mereka terdapat bangunan kubah luas yang seukuran lapangan sepak bola. Di seluruh gua itu, puluhan sinar diproyeksikan ke kubah dan membiaskan bintik-bintik terang ke lantai gua. Dengan bantuan cahaya ini, orang tidak akan merasa sesak napas di daerah ini meskipun mereka berada jauh di bawah gunung. Selain para penyihir, Tentara Pertama juga dikirim untuk menjaga tempat ini. Masing-masing prajurit Tentara Pertama telah diperiksa oleh Nightingale secara langsung untuk memastikan bahwa mereka adalah pengawal terkuat untuk melindungi Yang Mulia Roland.     

Semakin dalam ke dalam kubah yang mereka masuki, semakin mereka menjauh dari cahaya ini. Di tengah kubah yang luas, hanya ada beberapa inti sihir berbentuk belah ketupat. Mereka adalah Tiga Penyihir Senior Taquila … atau dengan kata lain, Tiga Penyihir Mula-Mula.     

Roland berjalan ke arah mereka bertiga sambil tersenyum. Roland mengulurkan tangan kanannya ke arah monster berbentuk gumpalan itu. "Akhirnya kita bisa bertemu juga. Kamu pasti Pasha, bukan?" tanya Roland.     

Pada saat itu, Roland bisa merasakan napas seseorang terengah-engah di belakangnya dan ia merasakan ada sebuah tangan yang memegang bahunya. Jika ada yang tidak beres, Nightingale akan segera menarik Roland ke dalam Kabut dengan cepat.     

'Gumpalan' itu terdiam beberapa saat kemudian sebuah suara terdengar, "Aku terkejut, Yang Mulia. Sebelum hari ini, kita hanya berkomunikasi melalui Inti Ilusi. Mungkin gambar ilusi tidak begitu menakutkan, tetapi pada saat ini saat, di hadapanku, ketenangan yang Anda tunjukkan membuatku sangat tercengang. Sejujurnya, Anda adalah orang pertama yang melihat formasi kami seperti ini dan bereaksi seolah-olah tidak ada yang aneh. Bahkan ketika para penyihir Taquila pertama kali melihat bentuk tubuh ini, mereka tidak setenang Anda. Aku penasaran, apa anda tidak merasa takut sama sekali?" Pasha berhenti, ia mengulurkan salah satu tentakelnya, dan dengan lembut melingkarkan tentakelnya ke tangan Roland. "Tetapi tebakan anda benar. Akulah yang bernama Pasha. Terima kasih anda sudah turut membantu para penyihir Taquila."     

"Orang ini masih belum sepenuhnya membantu kita. Sulit untuk mengetahui apakah sekelompok orang biasa yang pria ini kirim dimaksudkan untuk membantu atau untuk mengawasi gerak-gerik kita," kata sebuah suara lainnya dengan kasar. "Masih belum terlambat untuk memberitahu pria ini setelah ia selesai menjelajahi pegunungan salju yang besar ini."     

"Alethea! Kita sudah sepakat!" suara lainnya menyela pemilik suara yang bernama Alethea itu.     

"Baiklah. Aku akan diam saja kalau begitu." kata Alethea.     

Tampaknya dua penyihir mula-mula lainnya bernama Celine dan Alethea, yang sering muncul di samping Pasha. Roland tidak keberatan dengan nada suara mereka berdua. Pertama, para penyihir kuno itu hidup di zaman di mana para penyihir merasa lebih unggul daripada manusia biasa, sehingga sulit bagi mereka untuk mengubah pola pikir mereka semudah itu. Kedua, daripada mengharapkan sikap mereka berubah terhadap dirinya, Roland berharap mendapatkan beberapa keuntungan besar dari mereka.     

"Penjelajah Fjords yang paling terkenal pernah berkata, bahwa rasa takut datang dari sesuatu yang tidak kita ketahui. Tidak peduli bagaimana penampilanmu, jiwa kalian tetaplah para penyihir Taquila," kata Roland sambil tersenyum, "Dan aku pun bukanlah orang asing bagi kalian. Agatha telah menjadi bagian yang sangat penting dari Persatuan Penyihir dan ia juga merupakan salah satu anggota yang dicintai dan dipercaya oleh Persatuan Penyihir."     

Roland menyadari bahwa tentakel Pasha terasa agak kasar dan permukaannya tidak sekering kelihatannya. Permukaan tentakel Pasha terasa lembab. Mungkin itu disebabkan karena Pasha harus terus merayap di tanah. Roland jelas bisa merasakan kehangatan di bawah kulitnya. Gumpalan raksasa yang ada di hadapan Roland ini, sudah jelas merupakan bentuk kehidupan yang baru.     

"… Aku mengerti," suara Pasha terdengar sentimental, "Dan anda benar. Kerja sama kita sudah dimulai sejak lama."     

"Untuk menghadapi ancaman iblis, semua orang harus melepaskan prasangka-prasangka buruk di masa lalu dan sama-sama berusaha keras untuk bergandengan tangan dan bekerja sama." Setelah bercakap-cakap sejenak, Roland masuk ke topik utama. "Relik Tuhan telah tiba di sini, bukan? Bisakah aku melihat benda yang bisa menentukan kehidupan seluruh umat manusia itu?"     

Pasha melambaikan tentakel utama yang ada di atas kepalanya. "Tentu saja. Ikutlah denganku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.