Bebaskan Penyihir Itu

Halo, Dunia



Halo, Dunia

0Kubah langit, Bulan Merah, Lukisan Raksasa … semuanya tampak sama seperti yang dijelaskan Pasha.     
0

Semua pemandangan ini terlihat sangat luar biasa. Tidak heran para penyihir Taquila menyebut tempat ini dengan nama Tanah Suci. Hanya pada saat Roland berada di sini, ia baru benar-benar bisa merasakan betapa luasnya tempat ini.     

Apakah ini semacam siaran langsung atau mungkin ini cara penyihir Taquila mengendalikan pikiran bawah sadar seseorang?     

Roland berjongkok dan mengelus lantai yang ia pijak. Tampaknya lantai ini terbuat dari batu yang dihaluskan, lantainya terasa sangat halus seperti permukaan cermin. Roland bisa merasakan rasa dingin dan kokohnya lantai ini melalui jari-jarinya. Tampaknya semua yang dilihat Roland di sini sangat nyata dan bukan halusinasi.     

Karena Roland memiliki pengalaman serupa di Dunia Mimpi sebelumnya, yang juga sangat nyata, ia tidak merasa panik melihat semua hal ini.     

Roland menatap ke arah Kubah Langit itu. Bulan Merah besar yang tergantung di atas Lukisan Raksasa itu tampak seperti sebuah pancake[1] yang bundar. Jika diamati lebih cermat, Roland bisa melihat riak-riak yang bergelombang di permukaan bulannya. Lebih tepatnya, Bulan Merah itu tampak seperti lautan. Bulannya tidak terang dan menyilaukan seperti matahari. Meskipun tampak merah, Roland tidak bisa merasakan cahaya atau panas dari Bulan Merah itu. Riak merah itu adalah gelombang atau semacam pusaran yang menutupi seluruh permukaan Bulan Merah itu.     

Yang jadi masalah adalah, lingkaran bulan itu terlihat agak terlalu sempurna.     

Bulan itu tampak seperti lingkaran datar daripada berbentuk bola.     

Mungkin jarak Bulan Merah itu terlalu dekat dengan Roland?     

Roland menatap bulan itu cukup lama tetapi ia tidak bisa menghubungkan sesuatu dengan Bintang Merah yang diamati oleh para peramal. Bulan ini bukan sebuah planet atau bintang. Jika Pertempuran Besar benar-benar disebabkan oleh bulan ini, lalu bagaimana cara bulan itu bisa tiba ke bumi?     

Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di benak Roland.     

Jika Peramal Pembiasan Bintang dipanggil untuk melihat Relik Tuhan ini, apakah ia bisa mengetahui apakah bintang yang berkerlap-kerlip ini memang Bulan Merah?     

Tentu saja, Roland tidak bisa menjamin bahwa pria tua yang malang itu tidak akan pingsan karena ketakutan.     

Roland mengangkat bahunya, ia berdiri, dan memandangi empat Lukisan Raksasa yang ada di sekitar Bulan Merah.     

Keempat Lukisan Raksasa itu menunjukkan takhta, laut, layar hitam, dan Roland sendiri.     

Selain kubah bawah tanah yang ada di Kota Perbatasan Ketiga, Roland sudah membaca informasi tentang lukisan-lukisan ini di perpustakaan Kuil Rahasia Utama. Keempat Lukisan Raksasa ini tidak asing bagi Roland. Relik Tuhan ini seperti semacam 'alat perekam' yang terus-menerus menampilkan dunia yang ada di sekitarnya. Menurut deskripsi Pasha, Lukisan layar hitam itu melambangkan peradaban bawah tanah yang telah hilang.     

Roland melambai ke arah Wendy dan dirinya sendiri yang ada di dalam lukisan itu, tetapi lukisan itu tidak bereaksi. Lukisan itu tampaknya tidak bisa mendengar Roland.     

Melihat kenyataan ini, Roland bertanya-tanya mengapa Pasha mengatakan bahwa Tanah Suci akan berdampak pada alam nyata.     

Roland berjalan mendekati lukisan takhta dan menyentuh lukisan itu dengan jarinya. Rasanya seperti kain lembut dan halus dengan tekstur yang sangat rapuh. Lukisan itu hanya sekedar lukisan biasa karena Roland tidak bisa melintasi perbatasan dan masuk ke dalam lukisan itu.     

Roland berjalan berkeliling tetapi ia tidak menemukan apa-apa. Roland berencana untuk keluar istana itu untuk mencari tahu apakah tempat itu tidak terbatas ketika ia tiba-tiba mendengar ada suara-suara yang berasal dari lukisan yang ada di belakangnya.     

Suara itu terdengar sangat keras di tempat yang sunyi ini. Suaranya terdengar seperti suara gesekan baja atau suara benda keras yang menghantam ke tanah.     

Roland bisa merasakan bulu kuduknya meremang!     

"Apa-apaan ini! Tidak ada yang mengatakan bahwa lukisan raksasa ini juga bisa mengeluarkan suara!" seru Roland dengan terkejut.     

Roland berhenti berjalan dan berbalik.     

Dalam lukisan yang pertama, seorang prajurit berbaju zirah gelap tiba-tiba muncul, dan ia duduk di atas takhta. Mata merah prajurit itu kini sedang menatap ke arah Roland.     

Ada juga beberapa gerakan di salah satu lukisan yang lainnya.     

Diiringi gelembung-gelembung yang melonjak ke atas dengan suara gemericik lembut, sebuah bola mata raksasa muncul dari dalam laut yang gelap. Bola mata itu semakin dekat ke tepi lukisan seolah-olah bola mata itu hendak keluar dari dalam lukisan itu. Ada tiga pupil mata dalam bentuk segitiga yang menatap ke arah Roland pada saat yang bersamaan. Bola mata itu membuat perasaan Roland benar-benar tidak nyaman.     

Apakah bola mata ini sedang mengajak Roland untuk bermain?     

Roland merasa sedikit lega. Selama bola mata itu tidak menyembunyikan sesuatu dan mempermainkan Roland, ia tidak perlu takut pada kedua monster ini. Penampakan kedua monster ini sama sekali tidak menakutkan.     

Kedua monster ini hanyalah Setan Senior dan seorang penjaga yang menjaga peninggalan peradaban yang tidak dikenal.     

Roland berjalan ke tengah keempat Lukisan Raksasa dan memandang ke atas untuk menatap kedua makhluk asing itu.     

"Selamat siang. Apakah kamu juga datang untuk berpartisipasi dalam Pertempuran Besar Ketiga?" tanya Roland kepada lukisan itu.     

"Apakah kita harus saling berperang sampai kiamat? Tidak bisakah kita duduk bersama dan membicarakan masalah itu?" tanya Roland lagi.     

"Apakah kamu mengerti apa yang aku katakan?"     

"Katakanlah sesuatu jika kamu tidak bisa memahami ucapanku!"     

"Hei, apakah ini semacam permainan mengedipkan mata? Jika kamu mengedipkan mata, kamu yang akan kalah?"     

Roland mencoba berkomunikasi dengan keempat lukisan itu tetapi tidak terjadi reaksi apa pun.     

Roland tidak tahu apakah ini hanya perasaannya saja, tetapi ia merasa iblis itu bernapas lebih cepat dan bola mata raksasa itu sedikit bergetar.     

Apakah ini efek samping karena terlalu lama menatap lukisan itu? Apakah monster-monster ini hanya bisa menatap Roland sampai mata mereka terasa sakit? Mengapa Pasha bilang tempat ini berbahaya? Kelihatannya tidak masalah jika Roland mengunjungi tempat ini sendirian.     

Roland memutar kedua bola matanya dan ia berniat untuk mengakhiri perlombaan tatap-menatap yang membosankan ini lalu berbalik. Kemudian Roland menyadari dari sudut matanya bahwa segerombolan tentakel yang berwarna hitam tiba-tiba muncul dari dalam lukisan itu!     

Tentakel hitam itu melebar dan maju ke arah Iblis Senior dan bola mata raksasa itu, dan bergerak seperti ular dan membungkus mereka dengan sangat erat.     

"Apa-apaan itu?" kata Roland sambil tertegun.     

Iblis itu akhirnya bergerak. Iblis itu menggenggam takhtanya dan berteriak dengan suara yang aneh. Api dan pedang transparan muncul di dekat Iblis itu dan ia berjuang untuk melawan tentakel itu. Namun, tentakel hitam itu memiliki lebih banyak tangan daripada pedang itu. Ujung tentakel itu dapat dengan mudah mematahkan senjata iblis itu.     

Iblis itu kelihatannya sedang bertarung dengan musuh yang sangat kuat, yang tidak terlihat dan teriakan iblis itu jadi semakin kencang. Roland bisa merasakan ketegangan dalam teriakan Iblis itu. Ketika baju zirah iblis itu mengeluarkan cahaya, tentakel hitam itu akhirnya melonggarkan cengkeramannya. Dengan mengambil keuntungan dari kesempatan ini, iblis itu dengan susah payah mendorong dirinya keluar dari takhta dan berlari keluar dari jangkauan Lukisan Raksasa. Iblis itu bahkan sempat mematahkan sepotong singgasana takhtanya saat berlari dengan panik.     

Bola mata raksasa itu tidak bernasib lebih baik karena beberapa tentakel hitam itu telah menembus ke dalam bola mata itu. Roland bahkan bisa merasakan rasa sakitnya hanya dengan melihat bola mata itu. Cairan berwarna biru muda keluar dari lubang tusukan seperti air mata. Daripada berteriak seperti iblis itu, bola mata raksasa itu terus-menerus mengeluarkan cahaya dari ketiga pupilnya untuk memblokir sebagian besar serangan tentakel hitam itu.     

Tiba-tiba, semua pupil bola mata raksasa itu secara bersamaan terbuka dan riak-riak air laut melaju ke arah Lukisan Raksasa itu. Roland segera merasakan bau menyengat yang berhembus ke arahnya dan ia langsung melangkah mundur. Pada saat yang sama, tentakel hitam itu melepaskan bola mata raksasa itu dan bola mata itu dengan cepat mundur kembali ke tempat semula dan menghilang ke dalam kegelapan dalam sekejap. Riak air yang berwarna biru berubah menjadi lebih gelap ketika bola matanya menghilang dan menjadi hitam pekat setelah beberapa saat.     

"Uh … apa yang terjadi?" pikir Roland dengan bingung.     

Roland melirik ke arah lukisan takhta itu, yang kini tampak berantakan, dan mengamati lukisan laut yang telah berubah menjadi gelap lagi, ia tidak tahu harus berbuat apa untuk waktu yang lama.     

[1] Kue dadar     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.