Bebaskan Penyihir Itu

Musik Untuk Pasukan Militer



Musik Untuk Pasukan Militer

0Gema sedang duduk di puncak tertinggi istana, ia berada di atap menara pengawas, di mana dirinya bisa melihat seluruh kota.     
0

Gema telah membuat Kilat kerepotan dengan membawa dirinya naik ke sini, dan gadis kecil itu akan kembali menjemput Gema setelah matahari terbenam. Saat ini Kilat sedang dalam perjalanan menuju ke Benteng Longsong.     

Cuaca hari ini sedang sangat baik dan matahari bersinar cerah; sungai yang berada di kejauhan nampak berkilau seperti sutra, mengalir perlahan ke barat, memisahkan tanah yang berwarna hijau dan salju yang berwarna putih. Gema merasakan sensasi kehangatan dan kelembutan di seluruh tubuhnya. Sinar matahari di sini berbeda dengan sinar matahari yang terik di Wilayah Selatan di mana sinar di sana akan membakar dan menghanguskan kulit.     

[Bahkan anginnya juga terasa berbeda,] pikir Gema. Angin di daratan bervariasi dari angin laut yang terasa asin di Pelabuhan Air Jernih. Dari musim hujan yang lembab di Kota Raja, sampai ke angin yang dingin di Pegunungan Tak Terjangkau, lalu ke angin segar yang bertiup di kota ini. Bagaimanapun, angin di kota ini terasa sejuk dan segar. Panas terik atau angin kencang sering melanda Kota Pasir Besi. Angin yang bertiup bisa dilihat, bersama dengan kerikil dan pasir bercampur dalam aliran udara yang menderu, seperti monster hitam yang meraung-raung. Orang-orang harus bersembunyi di dalam rumah mereka atau mencari perlindungan untuk menghindari angin ini. Berada di luar rumah dengan kondisi angin yang bertiup seperti itu akan menyebabkan kematian.     

Gema mendesah perlahan. Sudah empat tahun berlalu sejak Gema meninggalkan Kota Pasir Besi. Klan Osha sayangnya telah gagal dalam pertempuran merebut kekuasaan. Meskipun ayahnya telah menyerah, ayahnya tetap dibunuh oleh musuh. Gema ingin bergegas maju dan mati bersama dengan musuhnya setelah menyaksikan kematian ayahnya, tetapi dirinya dipukul dari belakang dan ia jatuh pingsan.     

Gema bertanya-tanya berapa banyak anggota Klan Osha yang selamat setelah kejadian empat tahun lalu itu.     

Gema mendengar bahwa klan Osha telah melanggar perjanjian duel suci yang menyebabkan klan mereka ditolak oleh Tiga Dewa dan mereka diasingkan ke Tanjung tak Berujung, mereka dilarang menginjakkan kaki lagi di Kota Pasir Besi selamanya sebelum akhirnya Gema dijual menjadi budak di Pelabuhan Air Jernih. Namun, Gema tahu bahwa ini adalah konspirasi dari Klan Tulang Kering. Mereka telah mengoleskan cambuk dengan minyak hitam dari bawah tanah dan cambuk itu tidak bisa dipadamkan begitu apinya dinyalakan. Itu adalah trik yang menyebabkan kakaknya, prajurit terkuat di Klan Osha terbakar hidup-hidup dalam duel suci itu. Kejadian ini telah menyebabkan kekacauan pada formasi pasukan Klan Osha.     

Selain pasir berwarna keemasan yang begitu panas,Tanjung tak Berujung berisi kobaran api yang tidak pernah padam dan juga lautan, yang lebih dahsyat daripada amukan bencana alam sekalipun. Orang-orang yang menuju ke Tanjung tak Berujung akan segera berubah menjadi mayat, dan kondisi mereka bahkan lebih menderita daripada Gema sendiri yang dijual sebagai budak.     

Ketika Gema tersadar dan menjadi seorang penyihir, ia ingin membalaskan dendamnya. Tapi kemampuan yang dimilikinya adalah kekuatan suara yang tidak berguna. Tidak peduli seberapa banyak Gema memohon kepada Tiga Dewa, mereka tidak mengabulkan permintaannya. Setelah tinggal di Pelabuhan Air Jernih selama setengah tahun, Gema mengerti dengan jelas bahwa pepatah para penyihir dikasihi oleh Tiga Dewa hanyalah sebuah kebohongan dari Klan Mojin. Para penyihir diburu oleh Gereja di bawah yurisdiksi keempat kerajaan. Gema benar-benar kehilangan semua harapan untuk membalas dendam sejak saat itu.     

Tiba-tiba muncul sebuah asap dari kejauhan. Gema melihat ke tepi timur Sungai Air Merah dan melihat nyala api berwarna hijau berkilauan bergerak melintasi hutan. Asap hitam dari pohon yang terbakar bercampur dengan asap putih yang terakumulasi dari salju yang menguap, membentuk pilar asap berwarna abu-abu di langit.     

Itu adalah api berwarna hijau milik Anna.     

Ketika Gema tiba di istana, Wendy secara singkat memperkenalkan Anna dan Nana kepada para saudari-saudari. Gema merasa sangat iri dengan kemampuan yang dimiliki Anna. Memiliki kebebasan untuk memanipulasi api di suhu yang sangat tinggi yang dapat melelehkan pedang … jika saja Gema memiliki kemampuan yang hebat ketika berada di Kota Pasir Besi, ia tidak akan membiarkan ada Klan Tulang Kering yang hidup.     

Gema menggelengkan kepalanya. Tidak ada gunanya memikirkan itu, dirinya beruntung karena masih hidup, terutama dibandingkan dengan orang-orang yang mungkin terbunuh di pasir kuning. Sekarang karena Yang Mulia bersedia menerima dirinya, yang bisa ia lakukan hanyalah menyelesaikan tugas yang diperintahkan oleh Yang Mulia kepadanya.     

Gema berdeham untuk membersihkan tenggorokannya dan mulai menyanyi.     

Lagu yang Gema nyanyikan adalah sebuah lagu yang bernada ceria. Gema bisa mengingat seluruh nada itu meskipun Pangeran Roland hanya bersenandung kepada Gema satu kali saja.     

Musik tidaklah asing bagi Gema. Tarian yang menggoda dan nyanyian yang genit adalah keterampilan yang harus Gema kuasai saat ia dilatih sebagai budak kelas satu. Namun, lagu yang diminta oleh Yang Mulia ini sangat berbeda. Lagu itu penuh dengan ritme dan semangat yang tinggi, terutama ketika Yang Mulia meminta Gema untuk membuat musik dengan meniru suara seruling, rasanya seperti setiap nada melompat, membuat orang ingin ikut menari bersama-sama.     

Kesulitan Gema adalah menambahkan drum dan dawai[1] bersamaan dengan musik pada saat yang bersamaan. Ini adalah pertama kalinya Gema menstimulasi dan menggabungkan ketiga suara yang berbeda pada saat yang bersamaan. Gema tidak pernah berpikir bahwa musik bisa dimainkan dengan cara seperti ini!     

Awalnya, sulit bagi Gema untuk memastikan bahwa drum tidak mengganggu irama seruling. Gema berhasil menggabungkan kedua suara itu bersama-sama sesuai dengan saran Yang Mulia dengan mengetukkan irama dengan tangan atau kakinya.     

Setelah beberapa hari berlatih, Gema mulai menguasai keterampilan itu.     

Setelah bernyanyi beberapa kali, Gema berdiri dan memutuskan untuk menambahkan dawai terakhir.     

Selagi musiknya dimainkan, Gema menyadari bahwa ada nada minor yang berubah lagi. Jika suara seruling seumpama tubuh, dan drum yang bergemuruh adalah tulang, maka dawai yang terakhir memberikan jiwa pada musiknya. Gema berlatih berulang kali, menyatukan ketiga instrumen itu menjadi satu; suara Gema menjadi semakin tinggi dan akhirnya ia bisa bernyanyi dengan keras.     

*******************     

"Kekuatan seranganku lebih kuat dari seranganmu, jadi aku yang menang."     

Roland meletakkan kartu terakhirnya di atas meja, dan Soraya duduk di hadapannya. Soraya menutup wajahnya dan merasa takjub.     

"Ayo kita main satu ronde lagi," kata Soraya setelah beberapa saat termenung. Soraya mengumpulkan kartu-kartu itu lagi dan berkata, "Aku akan mengambil sepuluh kartu milik Anda kali ini."     

"Ehem," Roland terbatuk dan berkata, "Hari sudah larut dan masih ada yang harus aku lakukan, kamu bisa bermain bersama yang lain."     

Setelah membuat set kartu yang kira-kira cukup bagus, replikasi adalah langkah berikutnya. Keterampilan menggambar Soraya sebanding dengan sebuah mesin fotokopi ketika polanya berada di depan Soraya. Dalam waktu singkat, Roland telah memiliki beberapa set kartu Gwent.     

Dengan begitu, Soraya menjadi lawan Roland yang pertama.     

Setelah menyatakan aturan permainan dengan jelas, perang kartu segera dimulai. Dalam peperangan kartu, Roland menemukan bahwa pemahaman para penyihir lebih cepat dibandingkan orang biasa. Soraya dengan cepat menguasai permainan kartu itu. Meskipun Roland masih berhasil menang untuk ronde yang berikutnya, ia harus menggunakan kartu-kartu khusus. Ini hal yang memalukan bagi Roland karena kini Soraya meminta untuk menarik sebuah kartu untuk Roland.     

"Baiklah." kata Soraya sambil membawa kartu-kartu itu dalam tangannya dan berlari keluar pintu. Saat itu suara musik yang ceria terdengar melalui jendela. Soraya berhenti dan berlari kembali ke ruangan Roland dan menjulurkan kepalanya ke luar jendela untuk melihatnya. "Apakah itu suara Gema?"     

"Benar. Gema terdengar cukup mahir." Roland bersandar ke kursinya untuk menikmati alunan musik yang sudah akrab di telinganya.     

Tentara Pertama Kota Perbatasan akan segera memasuki tahap pelatihan yang komprehensif. Pelatihannya akan sangat berbeda dengan latihan menembak sasaran ke tembok kota. Latihan yang komprehensif akan dilakukan di alam terbuka dan menuntut tim untuk bergerak maju secara teratur. Ini juga merupakan rangkaian dasar dari pelatihan menembak. Untuk menyatukan langkah-langkah para prajurit, mereka perlu bergantung pada irama drum atau slogan untuk memerintahkan kecepatan berbaris semua orang. Dengan kemampuan Gema untuk memainkan gabungan suara itu, pada dasarnya Roland hanya meniru gaya musik dari gerakan ala pasukan infanteri Kerajaan Inggris.     

Dibandingkan dengan drum sederhana, musik pawai infanteri tidak hanya dapat mengendalikan kecepatan berbaris pleton tetapi juga efektif untuk membantu meningkatkan moral pasukan. Tentu saja, lagu berbaris yang terkenal, "The British Grenadiers"[2] harus digunakan selama barisan eksekusi regu penembak. Sayangnya, Roland hanya bisa mengingat judul lagunya tetapi tidak seluruh nadanya.     

Ini bukan masalah bagi Roland karena ada lagu yang lain, berdasarkan "The British Grenadiers" yang telah banyak digunakan di seluruh negeri selama peperangan. Dan, lagu itu dikenal oleh hampir semua orang; itu adalah lagu "Guerillas 'Song"[3] yang banyak dikenal orang.     

Soraya berbalik saat ia mendengar Pangeran Roland bersenandung dengan lembut. Lagu yang dinyanyikan Pangeran Roland terdengar dalam bahasa yang belum pernah Soraya dengar sebelumnya, jelas dan sangat konsisten dengan ketukannya.     

"Kita semua adalah penembak jitu,"     

"Satu peluru untuk satu musuh."     

"Kita semua adalah prajurit bersayap,"     

"Tidak takut gunung yang tinggi dan perairan yang dalam."     

"Di dalam hutan yang lebat,"     

"Kawan-kawan kami memasang tenda mereka."     

"Di pegunungan yang tinggi,"     

"Ada saudara-saudara kami yang tidak terhitung jumlahnya."     

"… "     

[1] Alat musik petik dengan senar     

[2] Lagu marching tradisional dari pasukan militer Inggris     

[3] Lagu patriotik dari Perang Sino-Jepang Kedua     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.