Bebaskan Penyihir Itu

Wendy



Wendy

0Nightingale melangkah keluar dari Kabut begitu melihat Roland tertidur. Nightingale dengan lembut merapikan selimut dan menutupi lengan Roland yang tidak tertutup selimut. Nightingale berdiri dan memperhatikan wajah Roland sejenak. Kemudian Nightingale pergi menembus lantai dengan diam-diam untuk kembali ke kamarnya.     
0

"Mengapa kamu belum tidur?" Nightingale sedikit terkejut melihat Wendy yang masih membaca di samping tempat tidur.     

"Aku rasa apa yang kamu lakukan itu keliru!" Wendy menatap ke arah Nightingale. "Yang Mulia bukan seorang anak kecil. Apakah perlu mengurus Yang Mulia sampai ia tertidur?"     

"Yang Mulia telah mengutus orang ke kota-kota lain untuk menyebarkan rumor mengenai organisasi penyihir kita. Aku hanya berjaga-jaga jika para penyihir itu datang untuk menyakiti Yang Mulia setelah mendengar rumor itu." sahut Nightingale sambil mengambil sebuah handuk basah dan menyeka wajahnya, sebelum melepaskan sabuk berwarna merah dan pelindung tangannya. Kemudian Nightingale membuka baju zirah yang dikenakannya. Pakaian ini baru dibuat oleh Yang Mulia. Desain jubah dengan kerudung berwarna putih gading ini terlihat sangat mencolok, tetapi Roland berpendapat jubah itu sangat cocok untuk seorang pembunuh seperti Nightingale.     

Nightingale dengan hati-hati menggantung pakaiannya dan menghaluskan kerutan yang ada di jubahnya. Tubuhnya yang ideal terbungkus dengan sebuah kain tipis, dan tidak ada lemak yang terlihat di perut dan pahanya yang kencang.     

"Insiden apa yang mungkin terjadi." balas Wendy sambil meletakkan bukunya. "Kita memiliki saudari-saudari yang tinggal di istana dan ada para penjaga yang berjaga di luar. Selain itu, bukankah kamu sudah meletakkan Liontin Pembalasan Tuhan di bawah bantal Yang Mulia? Kamu belum pernah menyentuh benda itu sebelumnya."     

"Yah, aku hanya melakukannya untuk memastikan keselamatan Yang Mulia." Nightingale duduk di sisi tempat tidur, melepas sepatu bot panjangnya, menarik kakinya yang ramping dan membalikkan tubuh di samping Wendy.     

"Apakah kamu dengar apa yang telah aku katakan terakhir kali?" kata Wendy sambil menghela nafas. "Veronica, kita adalah penyihir."     

"Aku tahu, Wendy," Nightingale menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kita adalah penyihir."     

[Pangeran Roland akan menikahi seorang penyihir. Pangeran Roland telah mengatakan hal itu sendiri, dan ia tidak berbohong.]     

Tentunya, Nightingale tidak boleh menyebarkan informasi ini kecuali jika memang diperlukan. Nightingale merasa sedikit bersalah kepada Wendy dan ia mengubah topik pembicaraannya. "Apakah kamu memiliki informasi mengenai Gereja?"     

"Kenapa kamu menanyakan hal itu sekarang?" Wendy bertanya dengan terkejut.     

"Ketika Roland berada di istana Benteng Longsong, seorang Imam Besar Gereja datang mengunjunginya dan menyatakan keinginannya untuk mendukung Roland merebut takhta."     

"Apa yang Roland katakan?" Wendy terdengar gugup. "Atau apakah Roland memintamu untuk pergi sebelum ia berbicara dengan Imam Besar itu?"     

Nightingale menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan berkata dengan lembut, "Roland hanya memintaku untuk menghindari kekuatan yang terpancar dari Liontin Penghukuman Tuhan. Yang Mulia sendiri tidak memakai Liontin itu. Wendy, Roland tidak setuju dengan tawaran itu. Roland menolaknya."     

Wendy merasa lega, namun ia juga tampak sedikit sedih. "Sayangnya, bantuan yang dapat kita berikan kepada Yang Mulia sangat terbatas, tidak seperti Gereja yang memiliki kekuatan yang meliputi seluruh daratan. Jika Roland setuju dengan tawaran mereka, ia mungkin bisa merebut takhta lebih cepat …."     

"Siapa yang tahu. Roland mengatakan bahwa Imam Besar itu penuh omong kosong dan sama sekali tidak bisa dipercaya." Nightingale berhenti bicara sejenak. "Satu-satunya kekhawatiranku adalah mengenai ini." Nightingale menceritakan perihal pil berwarna merah dan hitam. "Di dalam Kabut, pil itu memiliki warna yang sama dengan batu Liontin Penghukuman Tuhan, itu hal yang luar biasa. Saudari-saudari kita pernah melihat apa yang terjadi jika manusia menelan batu itu, itu sama dengan tindakan bunuh diri. Imam besar menyebutkan pil itu adalah sejenis obat yang mereka hasilkan dari penelitian di ruang doa di Kota Suci. Apakah kamu pernah mendengar mengenai pil itu di biara?"     

Ketika Asosiasi Persatuan Penyihir meninggalkan Kota Perak, Cara membawa serta Nightingale, Pencari Angin dan Batu serta memasang perangkap untuk menangkap penjahat yang mengejar mereka demi imbalan dan balas dendam. Salah satu cara menghentikan penjahat itu adalah dengan meletakkan Liontin Penghukuman Tuhan yang mereka kenakan ke dalam mulut penjahat itu dan membuat mereka menelannya. Para penjahat yang menelan Liontin Penghukuman Tuhan akan mati dengan cepat, dan seluruh tubuh mereka mengkerut seperti menyusut, seperti dendeng ikan yang dijemur di bawah terik matahari.     

"Aku tidak tahu mengenai pil itu," Wendy memejamkan mata dan berkata dengan perlahan, "Sejauh yang bisa aku ingat, aku tinggal di biara di Kota Suci Lama. Kota itu dikelilingi dengan tembok yang tinggi, dan tidak ada pemandangan yang bisa dilihat kecuali semua kegiatan yang berada di halaman biara, membaca dan menafsirkan gambar yang diajarkan oleh kepala biara. Aku masih ingat nama kepala biara itu, namanya Faria. Salah satu buku yang diceritakan kepada kami adalah buku pengenalan mengenai Kota Suci Lama. Ada gereja, biara, perpustakaan, ruang peringatan dan tembok kepahlawanan di kota, tetapi tidak pernah ada tempat yang disebut sebagai ruang doa. Aku tinggal di biara selama lebih dari sepuluh tahun sebelum insiden itu terjadi …."     

Nightingale telah mendengar Wendy menceritakan hal ini sebelumnya. Biara itu telah diserang oleh seorang penyihir, dan banyak orang meninggal dalam insiden itu. Wendy telah melarikan diri dari biara ketika terjadi kekacauan itu. "Kita tidak tahu penyihir mana yang berani menantang gereja seorang diri, tapi setidaknya penyihir itu menyelamatkan kamu."     

"Tidak, Veronica. Penyihir itu juga berasal dari gereja," Wendy menggelengkan kepalanya dan berkata, "Gadis itu sama seperti aku, seorang anggota biara."     

"Apa maksudmu?"     

"Gadis-gadis yang tinggal di biara pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama seperti aku, mereka dibesarkan di sana dan tidak tahu apa-apa mengenai asal-usul diri mereka. Yang kedua adalah anak terlantar atau anak yatim piatu yang dikirim oleh gereja setelah diadopsi. Dan yang terakhir adalah gadis-gadis yang dijual oleh orang tua mereka kepada gereja. Para suster akan memisahkan mereka sesuai dengan usia mereka dan menempatkan mereka di asrama yang berbeda, dan materi pembelajaran yang diberikan kepada mereka juga berbeda. Yang paling muda akan belajar membaca, yang berusia sepuluh hingga empat belas tahun akan pergi untuk berlatih paduan suara dan gadis-gadis yang lebih tua dari usia empat belas tahun akan belajar mengenai etiket. Para biarawati menyebut kelas kami kelas baca tulis, dan yang lebih tua sebagai kelas paduan suara dan kelas ritual. Begitu seorang gadis menjadi dewasa, ia akan dikirim keluar dari biara."     

Ini adalah pertama kalinya Nightingale mendengar cerita ini. Wendy tidak pernah membahas pengalamannya di biara secara mendetail.     

"Dalam beberapa tahun pertama, kami selalu bisa mendengar suara gadis-gadis yang menjerit di malam hari, sebagian besar dari kelas paduan suara dan kelas ritual, aku tidak begitu mengerti apa yang terjadi kepada mereka. Sampai ketika aku berada di kelas paduan suara, aku mulai menyadari bahwa yang mengepalai gereja akan berpatroli di biara pada malam hari. Mereka akan menyeret beberapa orang gadis dari kamar mereka dan hanya mengirim gadis-gadis itu kembali di pagi hari. Kadang-kadang, ada gadis yang tidak dikirim kembali."     

Nightingale menggertakkan rahangnya. Nightingale tahu betul apa yang dimaksud Wendy.     

"Kejadian seperti itu akan terjadi sekali atau dua kali dalam satu bulan. Dan menjadi lebih sering lagi, hampir setiap dua hari sekali. Aku terpilih setelah itu. Faria menarikku keluar dari tempat tidurku dan berbisik di telingaku sambil berkata, "Tahan saja rasa sakitnya." Aku diseret ke ruangan bawah tanah yang setengah tertutup di sudut taman biara. Rumah itu terang benderang karena cahaya, dan ada seorang gadis dari kelas ritual yang diborgol ke dinding dan empat atau lima orang berdiri mengelilinginya … " Suara Wendy terdengar sedikit gelisah. "Ketika mereka mendekatiku, gadis itu tiba-tiba mematahkan belenggu dan meraih seseorang yang berada paling dekat dengannya dan gadis itu mencekik lehernya. Gadis itu memenggal kepala orang itu seperti mencabut kepala seekor ayam."     

"Gadis itu tersadar sebagai penyihir?"     

"Aku tidak tahu," kata Wendy. "Meskipun orang-orang itu telah menanggalkan pakaian mereka, mereka masih mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan. Gadis itu membunuh mereka satu per satu, dan salah satu dari mereka terkoyak tubuhnya. Sebelum orang itu mati, ia tampaknya mengatakan sebuah kalimat 'luar biasa'. Jeritan orang-orang itu membangunkan para penjaga di luar ruangan itu. Mereka membuka gerbang besi dan bergegas masuk ke ruangan, tetapi mereka kebingungan. Gadis itu langsung berjalan menuju ke arah penjaga-penjaga itu."     

"Luar biasa … apakah itu berarti gadis itu seorang penyihir?" Nightingale bertanya, "Bahkan para penjaga itu tidak bisa melawannya?"     

"Perbedaan kekuatan mereka terlalu besar. Aku mengetahui para penjaga itu sebenarnya berasal dari Pasukan Penghakiman. Salah satu dari mereka meniup peluitnya dan yang penjaga lainnya menyerang gadis itu dengan pedangnya. Pada saat suara peluit itu berhenti, gadis itu sudah menaruh tangannya di dada seorang penjaga yang menghalanginya. Baju zirah penjaga itu seperti sebuah kertas tipis di hadapan gadis itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.