Bebaskan Penyihir Itu

Kesatria Cahaya Pagi



Kesatria Cahaya Pagi

0Roland menulis di atas kertas bagaimana ia akan memberi peraturan untuk Prius, kemudian ia meletakkan pena bulunya, dan memegang tengkuknya yang pegal.     
0

"Yang Mulia, apakah kamu ingin bersantai sejenak?" Roland mendengar suara Nightingale.     

"Masih ada lebih dari tiga puluh orang yang harus aku urus, mungkin nanti aku akan bersantai." Roland menolak saran Nightingale sambil tersenyum, lalu ia membunyikan bel yang diletakkan di samping meja kerjanya. Semakin cepat Roland menyelesaikan masalah ini, semakin cepat ia bisa memulai urusan pendidikan di Kota Perbatasan. Dengan kemampuan baru yang dimiliki Anna, Roland memiliki banyak impian di masa depan.     

Kesatria berikut yang dibawa masuk oleh para penjaga adalah seorang kesatria yang berperawakan tinggi, dan kesan pertama Roland pada kesatria itu adalah bahwa ia terlihat sangat tampan. Kesatria itu tidak jauh berbeda dengan Carter, yang juga sangat tampan. Tentu saja, di mata Roland, pria dengan wajah tampan tidak memiliki keistimewaan. Roland melirik daftar nama pembelot, dan bertanya, "Kamu adalah Ferlin Eltek?" Tetapi tidak seperti kesatria lain, ada kalimat tambahan setelah nama kesatria itu, jadi Roland melanjutkan membaca, "Pemimpin Pasukan Kesatria Singa, Si Cahaya Pagi, Kesatria Kebanggaan Wilayah Barat … kamu memiliki begitu banyak gelar."     

"Benar, Yang Mulia." sahut Ferlin sambil berlutut.     

"Kupikir orang sepertimu akan berada di garis depan pertempuran." tanya Roland sambil mengangkat alisnya. "Bagaimana kamu bisa selamat dari pertempuran?"     

"Aku bersembunyi di belakang," jawab Ferlin dengan jujur, "Selama aku bisa mengendalikan kecepatan kudaku, aku akan terlihat seperti sedang berderap cepat, padahal kenyataannya, kecepatan kudaku masih relatif pelan."     

Roland tidak pernah mengharapkan jawaban selugas itu. Roland mengharapkan semacam alasan untuk menutupi sikap pengecut Ferlin dan bagaimana dirinya bisa lolos dari pertempuran. Tampaknya sikap yang ditunjukkan Ferlin tidak sesederhana yang Roland pikirkan.     

Seperti yang Roland harapkan, Ferlin kembali melanjutkan, "Pada hari ketiga pengejaran, dengan kata lain, di hari kematian Adipati, aku berdiri tepat di sisinya, menunggu kesempatan untuk membunuhnya, tetapi karena Adipati memiliki sejumlah besar penjaga yang mengelilinginya, aku tidak bisa menyerangnya. Untungnya, pasukan Anda akhirnya membunuh Adipati." Ferlin berhenti bicara dan menundukkan kepalanya. "Yang Mulia, aku ingin mengucapkan terima kasih atas apa yang telah Anda lakukan. Tidak peduli apa yang akan Anda perintahkan kepadaku, aku akan menanggungnya."     

Kata-kata Ferlin yang terakhir bisa dianggap sebagai sumpah setia. Roland yang tertegun langsung memerintahkan Ferlin untuk berdiri. "Berdirilah dan katakan kepadaku, apa yang telah terjadi?"     

"Baik, Yang Mulia." Ferlin bangkit berdiri dan mulai berbicara. "Istriku, yang bernama Irene, pada awalnya ia adalah seorang warga sipil yang bekerja di sebuah teater terkenal di Benteng Longsong. Kami bertemu pada suatu pertemuan dan kami langsung saling jatuh cinta. Aku ingin menikahi Irene, tetapi orang tuaku tidak mendukung pernikahan kami. Jadi, aku meninggalkan wilayahku, dan menyewa sebuah pondok di pertanian di dekat benteng. Di tempat itulah kami menikah. Tak lama setelah pernikahan kami, Irene akhirnya mendapat kesempatan untuk tampil di sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya." Suara Ferlin terdengar lebih berat. "Tanpa disangka, Adipati Ryan juga menonton pertunjukan itu dan menyukai Irene, dan segera setelah itu, ketika aku sedang pergi dalam sebuah misi, Adipati Ryan mengambil kesempatan untuk masuk ke pondok kami dan ia memperkosa Irene.     

"Butuh waktu yang lama sebelum akhirnya Irene memberitahuku apa yang telah terjadi terhadapnya. Aku ingin menghadap Adipati dan meminta pertanggungjawabannya atas tindakannya terhadap Irene, tetapi Irene memohon padaku untuk tidak bertindak gegabah. Jauh di lubuk hatiku, aku tahu kalau aku harus mencoba melakukan sesuatu, dan aku tahu peluang keberhasilanku tidak terlalu tinggi. Bahkan jika aku bisa membunuh Adipati, aku tidak akan pernah bisa melarikan diri dari pengawalnya dan Irene kemungkinan besar akan menjadi objek pembalasan dendam oleh anak-anak Adipati. Aku tidak memiliki pilihan lain, aku hanya bisa menahan diriku, sampai hari di mana Adipati memutuskan untuk menyerang Kota Perbatasan."     

"Meskipun aku tidak membalaskan dendam Irene dengan tanganku sendiri, Irene akhirnya dapat tidur tanpa merasa khawatir bahwa seseorang akan masuk ke pondok kami di malam hari. Dan bagiku, beban berat itu akhirnya terangkat dari pikiranku, jadi tolong izinkan aku untuk mengucapkan rasa terima kasihku sekali lagi."     

"Jadi, begitu ceritanya." Roland mengetuk meja dengan pena bulunya, tanda yang telah Roland sepakati bersama Nightingale, setiap kali Nightingale harus memeriksa apakah orang itu sedang berbohong atau tidak. Roland langsung merasakan Nightingale mencubit tulang belikat kirinya, yang berarti kesatria itu telah mengatakan hal yang sebenarnya. Tetapi cubitan Nightingale kali ini terasa lebih keras, membuat Roland sedikit tersentak kesakitan. "Bisakah kamu membaca atau menulis?"     

"Uh …" Ferlin merasa terkejut, ia tidak bisa memahami pikiran sang pangeran. "Aku bisa membaca dan menulis."     

"Kalau begitu aku akan membacakan putusanku terhadap kamu sekarang." Roland memberi Ferlin pilihan yang sama dengan kesatria yang lain. " Jadi, … apa pilihanmu?"     

"Yang Mulia, apakah Anda tidak membutuhkan aku untuk bertarung bagimu? Apakah itu pertarungan tunggal atau pertarungan secara berkelompok, aku …."     

"Tidak, aku tidak membutuhkan seorang petarung." sahut Roland memotong kalimat Ferlin. "Tidak ada kaum bangsawan di pasukanku, dan aku tidak akan merekrut satu pun dari kaum bangsawan di masa yang akan datang. Pasukanku sepenuhnya terdiri dari warga sipil, dan untuk kamu, kamu tidak akan pernah mengangkat senjata lagi selama sisa hidupmu."     

"Oh, begitukah?" Ferlin tetap terdiam untuk waktu yang lama sebelum akhirnya ia mengangguk. "Aku mengerti. Kalau begitu, aku memilih untuk menjadi guru."     

"Kamu membuat pilihan yang bijak. Seorang guru bisa mendapatkan rumah secara gratis dan upahnya juga sangat bagus. Aku akan mengirim seseorang kembali ke rumahmu, untuk menjemput istrimu, sehingga kamu bisa tinggal dan menetap di sini bersama-sama." Roland melambaikan tangan kepada Ferlin sebagai isyarat untuk meninggalkan ruangan.     

"Tunggu dulu, Yang Mulia, izinkan aku mengajukan sebuah pertanyaan," Ferlin merasa ragu kemudian berkata, "Apakah Anda memberikan pilihan ini kepada semua kesatria? Jika mereka tidak dapat menjadi guru, apakah satu-satunya pilihan yang tersisa bagi mereka adalah bekerja di tambang selama dua puluh tahun?"     

"Ya, benar."     

"Yang Mulia, aku memiliki seorang teman bernama Halon yang merupakan seorang kesatria tua yang berpengalaman tetapi ia buta huruf. Dapatkah aku menebusnya dengan emas, sehingga Halon tidak dikirim ke tambang?"     

"Tentu saja tidak bisa." Roland melambaikan tangannya. "Jika kamu bisa menebus kejahatanmu dengan emas, aku pasti sudah mengirim kamu kembali ke Benteng Longsong."     

"Tetapi Halon berusia hampir lima puluh tahun, dan kerja keras semacam itu hanya akan membuat kesehatannya memburuk."     

"Halon tidak bisa bertahan di tambang tetapi ia memiliki kemampuan untuk menyerang Kota Perbatasan?" jawab Roland. [Nantinya, tambang milikku tidak akan seperti tambang batubara yang kotor dan gelap. Terlepas dari mesin uap yang membantu pemompaan dan transportasi, para pekerja juga akan memiliki hari libur dengan teratur.] Roland mengambil belnya, dan ia siap untuk memanggil orang berikutnya.     

"Yang mulia!" Ferlin menggertakkan giginya dan berlutut sekali lagi. "Aku memiliki peta harta karun keluarga. Petanya mungkin berusia sekitar empat ratus tahun. Aku bersedia memberikannya sebagai pertukaran atas kebebasan Halon."     

"Sebuah peta harta karun berusia empat ratus tahun?" Sang Pangeran mengangkat alisnya. "Apakah kamu yakin bahwa salah satu leluhurmu tidak hanya menggambar peta itu untuk mengerjai generasi yang lebih muda?"     

"Tidak, peta itu tidak ditulis dengan menggunakan arang atau tinta." Ferlin menggelengkan kepalanya seolah-olah ia sedang mencoba mengingat gambar itu. "Aku tidak tahu bahannya terbuat dari apa. Garis-garisnya sangat lembut, halus dan licin, dan meskipun telah disimpan di ruang bawah tanah selama beberapa dekade, gambar dan teksnya tidak berubah warna. Ayahku mengatakan kepadaku bahwa peta itu diturunkan dari generasi ke generasi, dan peta itu menggambarkan lokasi harta karun, yang terletak jauh di dalam Hutan Berkabut di barat laut, tetapi sekarang daerah itu menjadi Tanah Barbar, daerah yang tidak mungkin dijangkau manusia."     

Roland mengetuk pena bulunya lagi ke meja, dan sekali lagi Nightingale mencubit tubuh sebelah kiri Roland.     

"Yah, bahkan jika yang kamu katakan itu benar, peta harta karun ini pasti disembunyikan di ruang bawah tanah Kediaman Eltek. Kamu sudah menyerahkan hak warisan di wilayah kekuasaanmu. Aku khawatir keluargamu tidak akan senang melihatmu lagi."     

"Itu benar." jawab Ferlin sambil mengangguk. "Tetapi aku sudah benar-benar menghafal isi peta itu, dan aku bisa secara kasar menggambarkan gambar dan tulisan yang tertulis di atas peta."     

"Kalau begitu gambarkan peta itu untukku." Roland memberikan pena bulu dan kertasnya ke samping meja. "Jika yang kamu katakan itu benar, aku bisa membuat pengecualian mengenai permintaanmu."     

"Yang Mulia sungguh murah hati." Ferlin pergi ke meja dan mulai menggambar peta harta karun itu.     

Ternyata, Ferlin Eltek tidak hanya pandai bertarung, ia juga berbakat dalam melukis dan menulis kaligrafi. Tidak lama kemudian, sebuah peta geografis muncul di hadapan Roland.     

Peta tersebut menampilkan area di belakang Pegunungan Tak Terjangkau, seluruh sudut kanan bawah peta terdapat area pegunungan, sementara sebuah segitiga sama sisi digambar di tengah peta. Tiga sisi menghubungkan tiga lokasi yang berbeda. Satu sudut menunjuk ke arah kaki Gunung Lereng Utara, dan sudut lainnya menunjuk ke arah tanda bintang heksagonal di dalam Hutan Berkabut, yang mungkin mewakili lokasi harta karun tersebut.     

Namun, perhatian Roland sepenuhnya tertuju pada sudut ketiga segitiga itu, yang terletak di tengah Wilayah Barbar, di atas puncak gunung yang berbentuk seperti gigi itu, terdapat satu kata di atasnya yang bernama: "Taquila".     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.