Bebaskan Penyihir Itu

Seorang Pedagang Dari Kota Raja (Bagian I)



Seorang Pedagang Dari Kota Raja (Bagian I)

0Musim hujan akhirnya mengguyur Kota Perbatasan. Langit tertutup awan mendung yang tebal. Hujan mengguyur deras dan membasahi kaca-kaca di jendela.     
0

Musim semi biasanya dihiasi dengan cuaca yang hangat dan lembap. Tetapi bukan itu masalahnya. Setelah Bulan Iblis berlalu, hujan nyaris tidak turun di Kota Perbatasan. Untungnya, lahan pertanian berada dekat di tepi sungai, sehingga memudahkan petani untuk menyiram tanaman mereka. Hujan deras telah mengusir hawa terik di udara. Nightingale membuka jendela untuk membiarkan aroma tanah basah masuk ke kamarnya.     

Di seberang Sungai Air Merah, kuncup-kuncup muda bermekaran di ladang. Ladang gandum berwarna hijau yang begitu luas diguyur hujan yang beratapkan langit, begitu derasnya hujan hingga ladang berwarna hijau itu tampak pudar. Bertolak belakang dengan air sungai, tanaman itu tampak lebih segar dan lebih hidup daripada sebelumnya setelah terkena air hujan.     

Roland meregangkan tubuhnya dan menaruh pena bulunya ke dalam tempat pena.     

"Kamu sudah selesai?" Nightingale bertanya kepada Roland.     

"Ya. Sebuah senjata baru yang menembakkan peluru beberapa kali lebih cepat daripada senjata api sudah selesai." Roland menumpuk satu lusin lembar desainnya dan berkata, "Aku menyebutnya sebagai senapan angin. Apakah kamu ingin melihat gambarnya?"     

"Tidak perlu." Nightingale mengerucutkan mulutnya. "Aku tidak akan mengerti desainnya."     

"Ini hanya sebuah model prototipe. Jika aku memperpendek larasnya, senapan ini akan berubah menjadi senapan portabel. Tapi aku harus memecahkan masalah teknis utama sebelum aku bisa menggunakannya. Jika setiap orang memiliki satu jenis senjata, kami tidak perlu takut kepada ancaman Pasukan Penghakiman Gereja lagi."     

"Apakah maksud kamu senapan itu akan membuat seorang wanita biasa menjadi sama kuat dengan pria yang bersenjata lengkap?"     

"Bukan hanya satu, tapi beberapa kali lipat." Roland tersenyum penuh kemenangan. "Jika kita beruntung, kita bisa membuat lima buah senapan sejenis ini."     

Nightingale tampak tidak percaya. Nightingale hendak mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba terdengar sebuah ketukan di pintu.     

"Yang Mulia, murid Tuan Barov baru saja kembali dari Kota Raja. Ia juga membawa seorang pedagang yang menjual bubuk mesiu. Mereka sedang menunggu Anda di luar istana saat ini."     

"Murid Tuan Barov?" Roland berpikir sejenak dan mengingat kembali tentang hal itu. Karena bubuk mesiu sudah habis ketika Roland menyerang Benteng Longsong, ia telah mengirim pengawalnya ke Bukit Naga Tumbang dan ke Kota Air Merah untuk mencari pemasok bubuk mesiu yang baru. Murid Barov, yang tujuan penugasannya ke Kota Raja, adalah orang yang terakhir untuk memulai perjalanannya. Lagi pula, di Kota Raja mereka memiliki segalanya. Karena musim panas sudah dekat, produksi bubuk mesiu harus segera ditingkatkan.     

Roland tidak menyangka bahwa murid yang terakhir berangkat, menjadi orang pertama yang membawa kabar baik kepadanya.     

"Bawalah mereka ke ruang tamu. Aku akan segera ke sana." Roland menatap ke langit-langit dan menambahkan, "Tolong katakan kepada staf di dapur untuk menyajikan beberapa hidangan penutup juga."     

Pada saat Roland berbalik, Nightingale sudah tidak terlihat.     

Tetapi Roland tahu bahwa Nightingale berada di sampingnya.     

…     

Ketika Roland memasuki ruang tamu, pedagang yang menjual bubuk mesiu baru saja memasuki aula bersama dengan para pengawal. Wanita itu melepaskan jubahnya yang basah dan topi jeraminya sebelum membungkuk memberi hormat kepada sang pangeran. "Namaku Margaret Farman, aku datang dari Kota Raja. Terimalah salam hangatku, Yang Mulia."     

Roland terkejut ketika ia melihat pedagang itu merupakan seorang wanita. Di zaman ini, jauh lebih riskan untuk berbisnis daripada di dunia modern, karena para pedagang sering bertemu dengan perampok dan pengungsi ketika mereka bepergian, belum lagi pelecehan yang dilakukan oleh preman lokal dan kelompok sindikat. Karena itu, tidak banyak wanita yang mau terlibat dalam dunia bisnis.     

Sama seperti Kilat, Margaret juga berambut pirang, tetapi rambutnya lebih lebat dan panjang. Margaret tampak berusia tiga puluhan. Mungkin karena ia bukan berasal dari kaum bangsawan, kerutan di sudut-sudut matanya dan di dahinya sudah mulai terlihat. Kulit Margaret berwarna agak gelap, dan bahkan sedikit kasar jika pertama kali dilihat. Dari penampilan Margaret, Roland merasa wanita ini tidak terlihat seperti Klan Mojin melainkan seorang penduduk asli Fjords.     

"Silahkan duduk." Pangeran memberi isyarat kepada Margaret untuk duduk. "Kamu bukan berasal dari Kerajaan Graycastle, bukan?"     

"Mengapa Anda mengatakan hal itu?" tanya Margaret sambil tersenyum.     

"Kamu memiliki warna rambut yang cukup langka di negara-negara pedalaman. Sejauh yang aku ketahui, kebanyakan orang yang tinggal di luar Graycastle memiliki rambut pirang yang indah. Aku kenal seorang penjelajah yang berasal dari Fjords juga."     

"Anda memang seorang yang berwawasan luas. Aku berasal dari Fjords, tetapi aku sudah tinggal di sini selama lebih dari sepuluh tahun. Saat ini aku tinggal di Kerajaan Graycastle, dan aku menganggap diriku sebagai setengah penduduk asli dari Kerajaan Graycastle." Margaret berhenti bicara sejenak kemudian berkata, "Anda baru meninggalkan Kota Raja belum lama ini. Mungkin kita pernah bertemu di tempat lain sebelumnya. Aku merasa terhormat untuk tinggal di kota yang dulu pernah ditempati oleh Yang Mulia."     

Tampaknya, setiap pedagang yang hebat memiliki keterampilan komunikasi dan keahlian berdiplomatik yang luar biasa. Roland menyadari bahwa Margaret berusaha menyanjung dirinya, tetapi Roland merasa cukup senang dengan pujiannya. Tepat ketika Roland sedang terlena dengan pujian itu, Nightingale mencubit bahu kanannya dengan keras. [Yah, Nightingale, kamu bereaksi terlalu berlebihan. Untuk hal ini, kamu tidak perlu memeriksa kredibilitas kata-kata Margaret.] pikir Roland dalam hatinya.     

"Berbicara mengenai penjelajah, itu adalah gelar yang sangat dihormati di Fjords." Margaret melanjutkan. "Anda mungkin tidak tahu. Ada beberapa tanah di Fjords yang cocok untuk ditinggali. Ketika air pasang naik dan surut terus menerus, beberapa pulau akan lenyap terendam oleh air laut yang naik. Beberapa pulau, di sisi lain, terus mengeluarkan letusan api dan asap. Bebatuan akan mencair menjadi aliran air berwarna merah gelap pada suhu tinggi. Hanya mereka yang telah menemukan rute pelayaran baru atau pulau baru yang cocok untuk kehidupan yang memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sebagai seorang penjelajah. Orang biasa tidak akan menyebut diri mereka sebagai penjelajah."     

"Hahaha. Ia tidak hanya menyebut dirinya sebagai seorang penjelajah tetapi juga menyebut ayahnya sebagai penjelajah terbesar yang pernah ada." Roland menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Ia masih anak-anak. Anak-anak selalu suka membayangkan diri mereka sebagai orang dewasa yang hebat."     

"Bahkan anak-anak pun tidak akan begitu sembrono untuk menganggap diri mereka sebagai seorang penjelajah di Fjords." Margaret mengerutkan kening. "Apakah anak itu mengatakan siapa nama ayahnya?"     

Roland menyadari bahwa ia melakukan kesalahan dalam ucapannya dengan melihat raut wajah Margaret. Bagi penduduk asli Fjords, kata "penjelajah" mengandung makna yang sakral dan bernilai spiritual, yang tidak dapat digunakan dengan sembarangan. "Ayahnya bernama Guntur."     

Yang membuat Roland terkejut, mata Margaret terbelalak begitu ia mendengar nama itu. "Anda mengenal Tuan Guntur?"     

"Tidak, tetapi aku kenal putrinya. Apakah kamu pernah mendengar tentang Tuan Guntur?"     

"Semua orang di Fjords mengenal namanya! Tuan Guntur yang menemukan Pulau Dua Puncak dan Teluk Naga Laut, dan membuat wilayah tempat tinggal kami meluas hampir setengahnya. Tuan Guntur juga menggambar peta dengan mendetail dari pantai timur dan Tanjung tak Berujung. Delapan puluh persen rute di benua ini ditemukan olehnya. Setiap anak mengetahui kisah-kisah perjalanan Tuan Guntur. Tuan Guntur adalah salah satu penjelajah paling luar biasa di Fjords!"     

"Tetapi aku pernah mendengar Tuan Guntur meninggal dalam sebuah badai …."     

"Tidak, Yang Mulia. Seorang penjelajah sejati tidak akan mudah dikalahkan hanya karena badai. Tuan Guntur menghadapi banyak bahaya tetapi ia selalu berhasil melarikan diri. Tuan Guntur saat ini harus merekrut kru baru di suatu tempat, sama seperti yang ia lakukan sebelumnya." Margaret mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Yang Mulia, apakah Anda mengetahui di mana putrinya berada?"     

Roland juga terkejut dengan kenyataan bahwa ayah Kilat adalah sosok yang sangat terkenal. Apakah itu menunjukkan semua petualangan yang sering diceritakan Kilat, memang benar-benar terjadi? "Putri Tuan Guntur tinggal di istanaku saat ini. Ia sedang menuju ke wilayah barat setelah badai mereda sampai ia tiba ke Kota Perbatasan, di mana aku mempersilahkan dirinya untuk tinggal."     

"Di istana Anda?" Margaret nyaris tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya." Jika Anda mengizinkan, bisakah aku … bertemu dengan Putri Tuan Guntur?"     

"Yah, sepertinya kamu tidak bisa menemuinya sekarang." Roland yakin bahwa Kilat saat ini sedang terbang di sekitar Hutan Berkabut mencoba menemukan peninggalan yang berada di "peta harta karun". "Kilat sedang berlatih … keterampilan penjelajahan hutannya. Jika kamu bersedia untuk menginap, kamu mungkin bisa bertemu dengannya."     

"Kalau begitu, maafkan aku karena telah merepotkan Anda." Margaret langsung menganggukkan kepalanya.     

"Sekarang, apakah sekarang kita bisa kembali ke urusan bisnis?"     

"Tentu saja, Yang Mulia." sahut Margaret sambil tersenyum. "Mari kita mulai."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.