Bebaskan Penyihir Itu

Perpisahan



Perpisahan

0Keesokan harinya, Roland sedang berada di halaman belakang istana untuk mengantar kepergian Lotus dan Honey.     
0

Meskipun sebenarnya Roland berharap Lotus dan Honey tidak pergi secepat ini, setelah mendengar berita bahwa Kapal Si Cantik masih menunggu di perairan laut dangkal, Roland memutuskan untuk tidak menunda kepulangan mereka lebih lama, setidaknya dengan begitu, ia akan tampak murah hati dan tidak akan menempatkan Tilly dalam posisi yang serba salah. Dengan memposisikan dirinya sebagai Tilly, Roland pikir Tilly telah menunjukkan ketulusan karena telah mengirimkan beberapa penyihirnya yang paling penting ke Kota Perbatasan pada saat Pulau Tidur membutuhkan tenaga mereka. Rasanya tidak pantas jika Roland masih menuntut hal yang lebih dari Tilly.     

Untuk mempermudah perjalanan para penyihir yang berjalan kaki melalui salju tebal, Roland meminta Anna dan Wendy untuk mengantar mereka ke pantai menggunakan Pemantau Awan, yang hanya membutuhkan waktu satu jam untuk mencapai pantai.     

"Kami sangat berterima kasih atas perhatian Yang Mulia selama beberapa bulan ini," Honey dan Lotus mengucapkan terima kasih sambil membungkuk kepada Roland.     

"Tidak, aku yang seharusnya berterima kasih kepada kalian," kata Roland sambil tertawa. "Kalian berdua telah banyak membantuku dalam mengembangkan Kota Perbatasan, dan untuk itu, aku punya hadiah untuk kalian berdua."     

"Ha … hadiah?" Lotus tampak sedikit terkejut dan pipinya langsung memerah.     

Honey tanpa sadar langsung menutupi dadanya, lalu ia melirik Lotus dan bertanya dengan penuh semangat, "Apa kami benar-benar akan mendapat hadiah?"     

Roland mengambil dua buah bingkisan dari Nightingale dan menyerahkannya kepada Honey dan Lotus sambil berkata, "Tentu saja, ambil dan bukalah hadiah kalian."     

Honey langsung membuka bingkisannya dan mengeluarkan sebuah kain panjang sambil berkata, "Apa ini? Apa ini sebuah korset?"     

"Fungsinya sama, tetapi ini sebenarnya adalah syal," kata Roland sambil menghampiri Honey dan memakaikan syal yang terbuat dari kapas berkualitas tinggi di leher gadis itu. "Dengan syal ini, kamu tidak akan perlu takut kedinginan atau khawatir serpihan salju jatuh di lehermu. Jika kamu memakai syal ini di kepala, kamu juga bisa melindungi telingamu agar tetap hangat."     

"Ooh, rasanya benar-benar hangat," seru Honey dengan ekspresi puas di wajahnya.     

Merasa bahwa ia telah salah menduga, wajah Lotus semakin memerah.     

"Ada sesuatu lagi di dalam," kata Honey setelah puas mengenakan syalnya, dan ia mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi dari bungkusan itu. "Yang Mulia, apakah ini juga hadiah untuk kami?"     

"Benar, buka dan lihatlah."     

"Wow, benda ini sungguh mengkilap!" Honey mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari logam dan berkata dengan gembira, "Lihat, Lotus, aku bisa melihat diriku sendiri dengan sangat jelas disini!"     

Hadiah itu adalah sebuah cermin kecil yang terpatri di dalam kotak kayu - sebenarnya ini adalah barang umum yang dijual di pasar serba ada. Roland sudah banyak belajar dari kehidupannya selama ini, biasanya para wanita sangat menyukai benda-benda yang mengkilap seperti ini.     

Pekik kegembiraan Honey menarik perhatian para penyihir lain, dan tidak lama kemudian para penyihir Pulau Tidur juga ikut berkumpul di halaman istana, mereka mencoba cermin yang mengkilap itu untuk melihat pantulan diri mereka sendiri. Para penyihir itu sangat mengagumi cermin itu dan mereka juga ingin mendapatkan satu untuk diri mereka masing-masing, cermin itu dilapisi oleh lapisan milik Soraya, cermin yang sejernih kristal ini jauh lebih bagus daripada cermin perak yang ada di pasaran. Sudah pasti cermin ini jadi hadiah yang tepat untuk para penyihir itu.     

Setelah menyerahkan hadiah-hadiah itu, Pemantau Awan mulai menggembung dan siap untuk berangkat. Lotus dan Honey melangkah masuk ke dalam keranjang dan melambaikan tangan kepada Roland dan para penyihir yang turut mengantar. Honey dan Lotus tampak enggan meninggalkan Kota Perbatasan.     

"Harus kuakui, kota ini tempat yang benar-benar nyaman untuk ditinggali," kata Tilly sambil berjalan di samping Roland. "Sudah ada sistem air keran yang bersih dan perumahan yang nyaman. Sulit dipercaya kamu berhasil mengubah daerah terlantar ini jadi daerah yang baik seperti sekarang hanya dalam waktu satu tahun."     

"Apa kamu menyesali keputusanmu?"     

"Maksudmu, keputusanku mengirim para penyihir Pulau Tidur ke sini?" jawab Tilly sambil tertawa, "Mengapa aku harus menyesal, mereka punya kehidupan yang lebih baik di sini. Jangan lupa aku juga seorang penyihir."     

Di taman yang serba putih terselimuti salju, senyum Tilly tampak berkilauan, indah dan cantik. Roland pikir jika ia memiliki seorang adik perempuan seperti Tilly, tidak mungkin ia bisa mengajak adiknya keluar tanpa menarik perhatian semua orang. Tentu saja, Roland sadar bahwa hubungannya dengan Tilly ini lebih mirip seperti relasi dan sekutu daripada sebagai adik. Terbukti dari keputusan Tilly sehari sebelumnya, ia rela menempatkan dirinya dalam menghadapi risiko untuk menghadapi segala ancaman yang menghadang di depan.     

"Apakah kamu yakin ingin pergi ke tempat yang berbahaya?" Roland bertanya kepada Tilly, "Kamu mungkin seorang Penyihir Luar Biasa, tetapi mungkin kemampuanmu bukan penyihir tipe tempur?"     

"Percayalah, aku bukannya tidak punya kemampuan untuk melindungi diriku sendiri." jawab Tilly sambil mengangkat tangan untuk memperlihatkan sesuatu di jarinya - di jari manis tangan kirinya Tilly memakai cincin yang terbuat dari kristal berwarna biru, dan di tangan kanannya ia mengenakan sarung tangan sutra putih yang memiliki permata merah di punggung tangannya. Sejujurnya, semua aksesori itu tampak sangat aneh, seolah-olah terinspirasi oleh fashion mix and match[1] seperti di zaman modern. Roland sebenarnya penasaran dengan aksesoris yang dikenakan Tilly sejak pertama kali ia melihatnya, tetapi Roland tidak berani bertanya kepada Tilly demi menjaga sopan santun di depan Tilly.     

"Ini adalah Batu Ajaib yang ditemukan di reruntuhan kuno," Tilly menjelaskan kepada Roland. "Dengan menggabungkan batu ajaib ini dengan kekuatan sihir, batu ini dapat memberikan beberapa kekuatan baru. Cincin ini memberiku kemampuan untuk terbang, sama seperti Kilat."     

Selagi Tilly berbicara, dan untuk membuktikan kata-katanya sendiri, kaki Tilly perlahan-lahan terangkat dari tanah dan tubuhnya melayang di udara. Melihat Tilly melayang di udara, Roland sangat terkejut.     

"Apakah batu ajaib ini benar-benar bisa mengubah kemampuan seseorang?" Roland bertanya-tanya dalam hati.     

Roland dengan cepat menyadari pentingnya fungsi batu ajaib ini.     

Jika kemampuan seorang penyihir dapat diatur sesuai dengan batu ajaib ini, efisiensi kerja para penyihir akan meningkat drastis - seandainya setiap penyihir di Persatuan Penyihir dapat memiliki batu yang memungkinkan mereka memperoleh kemampuan yang sama seperti Lotus, Roland hanya perlu satu hari untuk menyelesaikan pembangunan rumah bagi para pengungsi.     

Ketika Tilly mendarat kembali di tanah, ia mengarahkan tangan kanannya ke bawah, dan kilatan cahaya terang keluar dari ujung jarinya, dan membuat lubang sedalam mata kaki di salju dan memperlihatkan tanah yang berwarna cokelat tua yang ada di bawah salju.     

"Apakah kamu memiliki dua kemampuan sekaligus?" Roland bertanya kepada Tilly dengan ekspresi terkejut di wajahnya.     

"Tidak," Tilly menggelengkan kepalanya dan berkata. "Biasanya, Batu Ajaib hanya memungkinkan satu kemampuan pada satu waktu, tetapi jika aku mencoba memakai dua batu ajaib dengan kekuatan sihir secara bersamaan, tidak terjadi apa-apa." Kemudian Tilly tersenyum dan berkata, "Awalnya aku ingin merahasiakan tentang Batu Ajaib ini darimu sebelumnya, tetapi setelah obrolan tadi malam, aku menyadari bahwa aku mungkin telah salah menilai dirimu … ketika kamu mengatakan kepadaku tentang reruntuhan kuno di Hutan Berkabut, aku merasa senang … dan juga sedikit merasa bersalah kepadamu."     

"Tidak apa-apa. Aku mengerti." jawab Roland.     

"Oh ya, aku jadi teringat sesuatu - korset apa yang Honey sebutkan tadi?"     

Roland hampir tersedak air liurnya sendiri mendengar pertanyaan Tilly. "Um, aku sendiri tidak mengerti apa maksud Honey … kamu mungkin bisa bertanya kepada Sylvie atau Evelyn."     

"Yahh," kata Tilly mengangkat bahu, "tampaknya kamu masih menyimpan beberapa rahasia dariku."     

Roland tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis mendengar ucapan Tilly.     

"Mari beralih ke topik lain," kata Tilly sambil berkedip beberapa kali pada Roland. "Aku memikirkan beberapa hal tadi malam. Jika reruntuhan di Hutan Berkabut itu milik Gereja, mengapa mereka membuang semua Batu Ajaibnya? Menurut Ashes, bisa jadi Gereja sedang mengembangkan penyihir milik mereka sendiri, dan karena itu Batu Ajaib ini bisa sangat berguna bagi gereja. Bahkan jika gereja melarikan diri dari pertempuran saat melawan iblis dan menyembunyikan kenyataan mengenai siapa yang memenangkan pertempuran itu sebenarnya, tidak masalah bagi gereja untuk tetap menggunakan batu-batu ini - ini sungguh tidak masuk akal."     

"Apa mungkin batu-batu ini benar-benar tidak penting bagi Gereja?" Roland merenung, tetapi dengan cepat ia menyingkirkan pemikiran ini. "Itu tidak mungkin. Kemungkinan besar gereja tidak dapat memproduksi batu ini secara massal, atau batu itu hendak digunakan untuk memburu anggota Asosiasi Persatuan Penyihir. Jika semua penyihir gereja dapat terbang, tidak banyak orang yang bisa melarikan diri dari kejaran mereka."     

"Benar sekali, aku baru teringat sesuatu yang aneh tentang buku-buku perpustakaan di istana tentang Gereja dan Tuhannya … tidak hanya catatan sejarah yang hanya mencatat kejadian tidak lebih dari empat ratus tahun yang lalu, tetapi juga asal usul Tuhan yang tidak jelas dan tidak ada nama yang menonjol atau cerita yang melegenda tentang Tuhan. Terlepas dari ajaran gereja bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Mengetahui Segala Sesuatu, hanya ada sedikit info tentang Tuhan. Setidaknya, dibandingkan dengan Tiga Dewa, tampaknya Tuhan gereja jauh lebih sulit dipahami dan hanya sekedar imajinasi belaka. Berdasarkan dua poin ini saja, aku sudah merasa aneh.     

"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Roland, ia merasa agak syok mendengar ucapan Tilly.     

"Seolah-olah gereja muncul begitu saja, entah dari mana asalnya."     

[1] Trend fashion dengan memadupadankan aksesoris dengan pakaian     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.