Bebaskan Penyihir Itu

Perut Cacing



Perut Cacing

0"Tilly, kamu tidak boleh …" Ashes baru saja hendak memprotes Tilly saat mendengar gagasan yang disampaikan Tilly.     
0

"Jika kita ingin masuk ke dalam lubang itu, kita harus mengandalkan penyihir yang bisa terbang untuk membawa orang-orang keluar dari lubang itu lagi." kata Tilly sambil memperlihatkan cincin di jarinya. "Meskipun membawa benda berat akan mengkonsumsi lebih banyak kekuatan sihir, aku bisa membawa setidaknya satu orang penyihir yang sangat penting bagi misi kita, dengan satu penyihir tambahan lagi, kita dapat menghadapi hambatan yang ada di depan kita." Tilly berhenti sejenak, ia memandang kepada para penyihir Kota Perbatasan dan berkata, "Anna, Kilat, Maggie - aku butuh bantuan kalian."     

Mereka bertiga tampaknya tidak keberatan sama sekali, dan Maggie bahkan sudah tidak sabar untuk pergi.     

Tilly merasa sedikit lega. "Ashes, Shavi, dan Sylvie akan bergabung dengan aku dan pergi ke dasar lubang. Saudari-saudari yang ada di atas lubang - tolong berjagalah di mulut lubang ini sebaik-baiknya."     

"Lady Tilly, aku ingin ikut denganmu," kata Andrea.     

"Nightingale akan kewalahan untuk mengatasi binatang iblis jika ia sendirian." sahut Tilly sambil menggelengkan kepalanya. "Kalian berdua bisa bekerja sama dengan baik dari jarak dekat dan jarak jauh."     

"Jangan khawatir. Aku akan menjaga mulut lubang ini untukmu." kata Nightingale dengan penuh percaya diri. "Baik iblis ataupun binatang iblis tidak akan bisa mendekati mulut lubang ini."     

Tilly menyadari bahwa jumlah penyihir yang bisa turun ke lubang bergantung sepenuhnya pada penyihir yang bisa terbang. Pertama-tama, barang yang paling berat adalah peti mati kristal itu. Jika wanita yang ada di dalam peti itu tidak bisa disadarkan langsung di tempat, mereka harus memotong peti matinya dan mengeluarkan wanita itu. Berat peti mati itu sama dengan berat dua atau tiga orang penyihir, bobot seberat ini hanya bisa dibawa dengan menggunakan pelindung transparan milik Shavi.     

Mata Sihir milik Sylvie juga diperlukan untuk turun ke dalam lubang ini. Tanpa Sylvie, mereka tidak bisa menemukan reruntuhan menara batu di dalam perut cacing itu dengan tepat. Begitu juga kemampuan untuk memotong peti mati dan menghasilkan api yang dimiliki Anna, tetapi baik Sylvie maupun Anna tidak bisa terbang. Untungnya, mereka berdua tidak kelebihan berat badan, sehingga Maggie bisa berubah wujud menjadi burung besar dan mengangkut mereka berdua. Yang selanjutnya diperlukan untuk turun ke dalam lubang adalah Ashes, ia bisa bertarung dalam situasi apa pun dengan gigih. Tilly akan mengajak Ashes turun ke lubang itu.     

Kilat bisa terbang, tetapi menurut gadis kecil itu, ketinggian terbangnya akan menurun drastis jika ia membawa seseorang di punggungnya. Karena itu, Kilat tidak akan bisa terbang keluar dari lubang yang dalam jika membawa beban yang berat. Keuntungan Kilat terletak pada fleksibilitas dan kecepatan terbangnya yang sangat baik, yang efektif untuk memberitahukan tanda bahaya, mengeksplorasi area di sekitar lubang itu dan untuk menyerang musuh.     

Para penyihir ini nyaris tidak tergantikan. Jika salah satu dari mereka tidak ada, hal itu bisa membuat seluruh situasi menjadi lebih sulit. Jadi, keputusan Tilly untuk menugaskan mereka masing-masing dibuat berdasarkan pertimbangan komprehensif dan bukan dorongan hati semata.     

Sedangkan Andrea … kekuatan yang dimiliki gadis ini adalah serangan dalam jarak dekat yang sangat luar biasa akurat, tetapi kemampuan Andrea akan sangat terganggu di daerah yang gelap dan sempit. Jadi, akan lebih baik jika Andrea dan Nightingale tetap berjaga-jaga di luar lubang untuk mencegah kemungkinan binatang iblis mendekati lubang ini.     

Tilly juga sempat mempertimbangkan untuk membatalkan misi penjelajahan ini dan ingin langsung kembali ke Kota Perbatasan sekarang juga, tetapi kegelisahan terus menggerogoti benaknya. "Bagaimana bisa daerah di sekitar hutan ini tetap utuh dan satu-satunya tempat yang diserang cacing itu hanyalah reruntuhan menara batu itu?" Arah pergerakan cacing raksasa itu ke dalam dasar bumi juga sangat mencurigakan. Tilly melihat ke arah barat laut pegunungan, yang merupakan tempat pemukiman para iblis.     

Mungkinkah ada hubungan di antara kedua tempat itu?     

Di bawah kendali Wendy dan Anna, balon udara itu segera mendarat di tanah. Tilly menyingkirkan semua pertanyaan itu dari benaknya dan mengecek seluruh rencana yang tadi disusun sekali lagi. Sambil menarik nafas panjang, Tilly berkata, "Mari kita turun."     

…     

Lubang ini sedalam enam meter, lebih dalam dari dugaan Tilly. Mula-mula arah lubangnya lurus ke bawah, lalu miring, dan akhirnya menjadi horizontal. Tanah di sekitarnya memancarkan bau yang menyengat. Jika dilihat dari dekat, mereka bisa melihat cairan lengket yang menetes dari dinding tanah yang tampak seperti jejak basah yang biasa dihasilkan oleh siput.     

Saat tim itu bergerak lebih dalam, cahaya yang ada di luar mulut lubang segera menghilang. Bagian bawah lubang ini benar-benar gelap kecuali beberapa tempat yang diterangi oleh cahaya obor. Sementara itu, angin yang berhembus dari luar lubang perlahan-lahan berhenti dan kesejukan ini digantikan oleh hawa panas yang berasal dari dalam bumi. Tilly merasa tubuhnya juga mulai terasa lebih hangat.     

Melihat cahaya obor yang berkelap-kelip, Tilly langsung teringat akan kunang-kunang.     

"Cacing raksasa itu ada di depan kita," bisik Sylvie.     

Bahkan tanpa peringatan Sylvie, semua orang bisa merasakan bahwa cacing raksasa itu berada tidak jauh di depan mereka - ada suara aneh yang terdengar dari lubang yang dalam. Suaranya seperti tiupan angin musim gugur yang berhembus melalui hutan yang berdesir, dan suara yang satu lagi terdengar seperti suara yang sedang mengunyah.     

"Mari mendarat di sini." Tilly berkata kepada Ashes, yang ada di punggungnya, untuk menggoyang-goyangkan obornya dua kali, kemudian Tilly mengendalikan Batu Ajaibnya untuk menurunkan ketinggian terbangnya sampai kakinya menapak ke tanah yang lembut dan basah.     

Lalu, cahaya dari Api Hitam Anna muncul.     

Anna mengubah Api Hitamnya kembali menjadi Api Hijau, dan cahaya yang dingin dan lembut tiba-tiba memenuhi seluruh lubang itu. Di bawah cahaya api hijau, para penyihir dapat melihat ekor cacing raksasa itu dengan jelas. Cacing itu sedang merangkak ke depan dengan perlahan. Kulitnya yang berwarna kelabu menggeliat-geliat dan terus mengeluarkan lendir, yang membuat bau busuk di dalam lubang itu semakin tercium.     

"Cacing raksasa yang menjijikkan," Ashes mengeluarkan pedangnya dan berkata. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa kita potong perut cacing ini sampai terbuka?"     

"Tunggu sebentar, biar Anna yang melakukannya," jawab Tilly sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak yakin apakah isi perut cacing ini berbahaya, tetapi membunuh cacing ini dengan pedang terlalu berisiko."     

"Baiklah, biar aku coba." Anna mengeluarkan Api Hitamnya sambil menjaga agar Api Hijaunya tetap menyala. Dalam sekejap, Api Hitam itu berubah menjadi satu garis tipis dan terbang langsung menuju cacing raksasa itu.     

Garis tipis itu menembus kulit cacing raksasa dengan mudah dan memotong perutnya sampai terbuka. Mungkin garis tipis milik Anna memiliki suhu yang terlalu panas, karena kulit cacing yang disentuh api itu langsung terbakar. Cairan di dalam tubuh binatang itu mulai mengeluarkan asap. Shavi sudah bersiap dan ia mengeluarkan pelindung transparannya, untuk mencegah cipratan cairan itu ke segala arah.     

Tilly berpikir, "Ini pasti kekuatan Anna yang berevolusi." Meskipun Anna telah menceritakan tentang kemampuannya, melihat kekuatan apinya secara langsung tetap membuat Tilly terkejut. Api Hitamnya berubah menjadi satu garis tipis dan dapat dioperasikan dengan leluasa, tanpa halangan apa pun. Api Hitam itu tidak hanya lebih tajam dari pedang raksasa mana pun, tetapi gerakannya juga sulit diprediksi, sehingga menyulitkan musuh untuk menghindari goresan Api Hitam milik Anna.     

Cacing raksasa itu mengeluarkan raungan keras, dan tubuhnya mulai menggeliat-geliat dengan gila-gilaan kesana kemari. Namun, Api Hitam terus menyerang tubuhnya dan segera menghancurkan sebagian besar tubuh cacing itu. Cairan tubuh cacing yang mengalir langsung menguap berkat Api Hijau Anna sebelum sempat mengenai para penyihir.     

Perlahan-lahan, cacing raksasa itu berhenti menggeliat, dan kulitnya hancur jadi onggokan daging dan kulit.     

"Cacing itu sudah mati," kata Sylvie. "Jantungnya sudah berhenti berdetak."     

"Monster ini punya hati??" tanya Ashes, dengan satu tangan menutup hidungnya.     

"Benar, jantungnya ada di kepalanya dan ukuran jantungnya kira-kira sebesar keranjang balon udara kita. Dan …" Sylvie berhenti sejenak dan berkata, "Ada kekuatan sihir yang mengalir di dalam tubuh binatang itu."     

"Jadi, apakah cacing ini termasuk binatang hibrida iblis?"     

"Tidak ada yang tahu pasti," kata Tilly. "Tidak banyak yang tercatat di dalam buku-buku sejarah tentang binatang iblis dan Tanah Barbar, jadi daerah ini pada dasarnya tidak diketahui oleh siapa pun. Mari kita bergegas dan keluarkan peti kristal itu dari dalam tubuh cacing ini."     

Setelah Anna membakar tubuh binatang itu untuk yang kedua kalinya, bau busuk tidak terlalu tercium lagi. Di bawah panduan Sylvie, mereka dengan cepat menemukan reruntuhan yang ditelan oleh cacing ini. Tidak heran, ruang bawah tanah reruntuhan itu kini telah hancur berantakan dan bentuknya tidak sama seperti sebelumnya. Batu kristal bercahaya yang disebutkan oleh Kilat sebelumnya sebagian besar telah berubah menjadi bongkahan-bongkahan. Untungnya, peti kristal itu masih utuh. Setelah dikeluarkan dari perut cacing raksasa itu, petinya tidak menunjukkan tanda-tanda terkikis, dan wanita yang ada di dalam peti itu juga masih terlihat baik-baik saja.     

"Sekarang tunjukkanlah kemampuanmu pada kami," kata Tilly pada Anna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.