Bebaskan Penyihir Itu

Cerita Masa Lalu (Bagian III)



Cerita Masa Lalu (Bagian III)

0"Nah … apakah ini yang dianggap sebagai Kebangkitan Tertinggi?" tanya Roland kepada Agatha.     
0

Agatha tidak tahu harus berkata apa untuk sesaat. Yang ada di dalam benaknya adalah … bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?     

Kota Suci Taquila telah dilupakan semua orang, dan Pusat Persatuan Penyihir juga telah dihancurkan. Tidak ada tempat bagi para penyihir untuk menerima pelatihan dan bimbingan sihir, jadi masuk akal jika kemampuan para penyihir di masa ini menurun. Tetapi apa yang baru saja Agatha lihat itu? Seorang penyihir muda yang baru menginjak Hari Kedewasaan bisa memiliki dua keahlian tambahan sekaligus. Ini tidak mungkin hanya keberuntungan semata. Lagi pula, bahkan di Pusat Persatuan Penyihir, tempat para penyihir jenius diciptakan, penyihir seperti ini masih sangat langka.     

Lagi pula, jika Agatha tidak salah mendengar perkataan Roland tadi, ada tiga penyihir lagi yang sama-sama berbakat seperti Anna?     

Agatha menatap Roland dan ia tidak bisa berkata apa-apa. Agatha butuh waktu beberapa saat sebelum akhirnya ia bisa bicara, "Itu … bisa dianggap sebagai Kebangkitan Tertinggi, tetapi aku tidak memiliki Batu Ukur, jadi aku tidak bisa mengukur kemampuan tambahan milik Anna." Lalu Agatha berhenti sejenak, tenggorokannya terasa kering. "Jika boleh aku ingin bertanya, apa yang dialami Anna saat memasuki Hari Kedewasaan? Sepertinya Anna belum lama memasuki usia dewasa. Apakah dua kebangkitan tertinggi ini terjadi hanya dalam satu atau dua tahun terakhir?"     

Setelah Agatha selesai berbicara, ia baru menyadari bahwa ia harus memanggil Anna dengan gelar kehormatan. Status sebagai seorang penyihir tidak bisa diwarisi. Bahkan jika sejumlah besar manusia biasa dikumpulkan bersama, tidak ada jaminan ada penyihir yang terlahir dari antara mereka. Dengan demikian, level seorang penyihir biasanya ditentukan berdasarkan kemampuan daripada asal-usulnya. Berdasarkan kemampuan Anna, ia sudah memenuhi syarat untuk menjadi anggota tingkat tinggi di Pusat Persatuan Penyihir. Dibandingkan dengan dirinya sendiri, Agatha merasa setidaknya Anna selevel dengan dirinya.     

Setiap penyihir jenius layak mendapatkan sebuah penghormatan.     

"Kebangkitan pertamaku terjadi setelah aku menghabiskan kekuatan sihirku saat bertarung melawan binatang iblis. Sedangkan untuk kebangkitanku yang kedua, aku rasa itu disebabkan karena bertambahnya ilmu pengetahuan yang aku peroleh."     

"Pengetahuan …" Agatha tampak terkejut, "Ilmu pengetahuan macam apa?"     

"Ehem, itu bisa dibicarakan nanti," kata Roland sambil berdeham. "Sekarang mari kita kembali ke topik yang kita diskusikan sebelumnya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Uji Coba Alice dan Eksperimen Pasukan Penghukuman Tuhan?"     

"Benar juga, jika pria ini tidak sedang membohongiku, ilmu pengetahuan itu pasti mengandung sesuatu yang sangat luar biasa. Itulah sebabnya Anna bisa membangkitkan kemampuan baru melalui proses pembelajaran ilmu pengetahuan. Jadi masuk akal jika pria ini tidak ingin menjelaskan lebih lanjut sebelum ia bisa percaya kepadaku," pikir Agatha dengan semangat. Meningkatkan peluang untuk berevolusi memiliki makna yang luar biasa bagi seorang penyihir. Jika Agatha bisa mengetahui cara kerja untuk meningkatkan kemampuannya lagi, ia bisa mendirikan Pusat Persatuan Penyihir sekali lagi.     

Lalu, dari mana Agatha bisa mendapatkan pengetahuan semacam itu? Tempat ini adalah Tanah Barbar. Bagaimana mungkin manusia biasa seperti Roland bisa memahami rahasia kekuatan sihir?" Agatha mulai berpikir dengan bingung. "Apa yang terjadi dengan dunia selama empat ratus lima puluh tahun ini?"     

Agatha menyingkirkan pemikiran-pemikiran itu sejenak dari benaknya. "Alice adalah penyihir yang sangat kuat. Dengan bantuan Batu Pembalasan Tuhan, ia tidak mudah dikalahkan bahkan jika ia berhadapan dengan beberapa Penguasa Neraka sekaligus. Namun, jumlah Penyihir Transenden sangat sedikit. Dengan kata lain … kurangnya keragaman dalam kemampuan kami yang menyebabkan kami kalah."     

"Perbedaan?"     

"Benar. Seorang penyihir tidak akan tahu kemampuan seperti apa yang akan ia miliki sebelum ia mengalami kebangkitan. Tetapi menurut perhitungan Pusat Persatuan Penyihir, hanya sepuluh persen dari semua penyihir yang cocok untuk menjadi penyihir tempur. Ini adalah rasio yang sama yang diterapkan untuk mengetahui jumlah Penyihir Luar Biasa. Sedangkan berapa rasio penyihir tempur yang benar-benar mengalami Kebangkitan Tertinggi, tidak ada yang tahu. Ada masa ketika tidak ada satu pun penyihir yang mengalami Kebangkitan Tertinggi dalam kurun waktu lima puluh tahun. Dengan demikian, jumlah penyihir tempur di Pusat Persatuan Penyihir tidak bisa diprediksi."     

"Jadi manusia biasa bisa saja mengalami kebangkitan, sedangkan penyihir yang mengalami kebangkitan bisa saja tidak bisa bertarung, dan pengalaman bertempur seorang penyihir tidak selalu bergantung pada kemampuan yang dimiliki. Apa itu maksudmu?" tanya Roland sambil memegangi dagunya sendiri.     

"Bisa dibilang begitu," jawab Agatha sambil menghela nafas. "Kami membentuk sebuah pleton prajurit yang terdiri dari manusia biasa untuk menutup kekurangan jumlah penyihir, tetapi … manusia biasa tidak bisa mengalahkan iblis." Bahkan meski mereka dilengkapi dengan Batu Pembalasan Tuhan, mereka masih jauh dari mampu untuk bertarung melawan Iblis Gila yang luar biasa kuat. Karena situasi kami yang tidak menguntungkan ini, Alice memerintahkan Perkumpulan Pencari Taquila untuk meneliti para prajurit yang dapat menembus batas-batas ketahanan tubuh manusia biasa. Jika dilihat dari buku harian ini, sepertinya eksperimen yang dilakukan Alice berhasil …."     

"Sepertinya berhasil?" Roland bertanya dengan penasaran. "Bukankah kamu bilang kamu adalah anggota Perkumpulan Pencari Taquila?"     

"Memang benar. Tetapi sejak perintah eksperimen itu dikeluarkan, aku keluar dari Perkumpulan Pencari Taquila dan mulai membangun laboratorium penelitianku sendiri di dalam Hutan Berkabut." Agatha menggigit bibirnya dan ia tampak ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya melanjutkan. "Eksperimen Alice sudah menemukan solusi untuk mengalahkan iblis, yaitu dengan cara menyatukan para penyihir dan manusia biasa dengan bantuan Batu Pembalasan Tuhan, tetapi … proses ini akan menelan nyawa para penyihir. Aku tidak bisa menerima eksperimen keji semacam ini. Menurutku Perkumpulan Pencari Taquila seharusnya meneliti penggunaan Batu Pembalasan Tuhan, daripada memanfaatkan para penyihir sebagai kelinci percobaan. Apa yang tertulis di dalam buku harian itu benar. Eksperimen ini hanya akan membawa kehancuran bagi para penyihir."     

Roland tampak sedikit terkejut, "Mereka memanfaatkan para penyihir sebagai kelinci percobaan?"     

"Alice melakukan eksperimen ini karena terpaksa. Pada saat itu Kota Suci Taquila sedang berada di ambang kehancuran," Agatha merasa Roland terlihat lebih menyenangkan saat ia melihat Roland menunjukkan ekspresi simpati atas apa yang menimpa para penyihir itu. "Tetapi sekarang Pusat Persatuan Penyihir sudah tidak ada, ini berarti eksperimen Alice tidak dapat dilanjutkan, dan mungkin tidak akan pernah bisa dilakukan lagi selamanya."     

Setelah selesai berbicara, Agatha menundukkan kepalanya dan ia mengelus-elus buku itu dengan tangannya, 'memanjat pegunungan, melintasi sungai-sungai …' betapa familiarnya kata-kata ini bagi Agatha. "Tetapi di mana kalian semua sekarang? Bagaimana mungkin aku bisa mendirikan ketertiban dan keteraturan lagi di dunia ini jika aku sendirian?"     

"Tetapi Pasukan Penghukuman Tuhan masih ada sampai sekarang."     

Setelah mendengar kata-kata ini, jari-jari Agatha yang sedang meraba-raba buku harian itu langsung terpaku. Agatha menatap Roland dengan tatapan tidak percaya, "Apa … katamu barusan?"     

"Aku tidak tahu apakah ini hanya kebetulan atau tidak," kata Roland dengan perlahan, seolah-olah ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan. "Gereja … ehem … organisasi yang belum pernah kamu dengar itu, mendirikan dua kota suci di tengah-tengah Pegunungan Tak Terjangkau. Kota-kota itu dinamai sebagai Kota Suci Lama dan Kota Suci Baru. Perburuan para penyihir juga diprakarsai oleh gereja. Ditambah lagi, gereja juga mencari anak-anak yatim dan anak-anak jalanan, dan membawa anak-anak itu ke biara. Wendy adalah salah satu dari anak-anak yang melarikan diri dari biara."     

"Gereja memiliki pasukan dan wilayah kekuasaannya sendiri. Para pejuang gereja yang terkuat adalah Pasukan Penghukuman Tuhan. Para prajurit ini adalah monster-monster yang kehilangan akal sehat mereka dan memiliki kekuatan tidak terbatas dan mereka hampir sekuat Penyihir Luar Biasa. Dan jumlah mereka sangat banyak. Selain itu, mereka mungkin juga memiliki sejumlah penyihir yang kuat, itulah sebabnya aku menyegel kemampuanmu dengan Batu Pembalasan Tuhan untuk sementara." jawab Roland, "Berdasarkan yang kamu sampaikan kepada kami … selama ini kami mengira bahwa gerejalah yang mendirikan Kota Suci Taquila, gerejalah yang berperang melawan iblis, dan gereja juga yang meninggalkan reruntuhan di dalam Hutan Berkabut itu."     

Agatha membuka mulutnya tetapi ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Bagaimana mungkin sebuah organisasi yang terdiri dari manusia biasa bisa mengambil alih eksperimen rahasia terpenting yang menjadi milik Pusat Persatuan Penyihir, lalu mereka memburu penyihir sebagai balasannya, dan membangun Pasukan Penghukuman Tuhan untuk menambah kekuasaan mereka? Tiba-tiba Agatha merasa kepalanya sakit. Jadi Pasukan Penghukuman Tuhan tidak lenyap, tetapi malah jatuh ke tangan organisasi manusia yang membenci para penyihir! Apa yang dilakukan anggota Pusat Persatuan Penyihir lainnya selama ini!?     

Wendy pasti merasakan apa yang dirasakan Agatha, karena ia dengan lembut mendorong Agatha untuk kembali berbaring di tempat tidur, dan ia berkata dengan lembut, "Mari kita sudahi saja untuk hari ini. Tidurlah yang nyenyak. Tidurlah dengan tenang dan nanti kita akan mengetahui semua yang perlu kita ketahui."     

Kemudian, Agatha merasakan sesuatu yang longgar di pergelangan kakinya, borgol besi berisi Batu Pembalasan Tuhan sudah dilepaskan oleh Anna. Lalu kerumunan itu meninggalkan kamar Agatha satu per satu, dan pria berambut abu-abu itu adalah orang terakhir yang meninggalkan kamarnya.     

Ketika pintu kamar Agatha sudah tertutup, ia mendengar suara seseorang yang berkata dengan tegas.     

"Kamu salah mengenai satu hal — manusia biasa mampu mengalahkan iblis."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.