Bebaskan Penyihir Itu

Manusia Dan Penyihir Luar Biasa



Manusia Dan Penyihir Luar Biasa

0Ketika Agatha terbangun dari tidurnya lagi, ia sudah sendirian di kamar. Tirai jendela di kamarnya tertutup rapat, membuat ruangan itu terasa sangat sunyi.     
0

Mungkin dengan pertimbangan bahwa Agatha tidak terbiasa dengan lingkungan barunya, seseorang telah meletakkan lilin di samping bagian depan tempat tidur Agatha, dan lilin itu menyala dengan api berwarna oranye.     

Agatha memperhatikan lilin itu untuk waktu yang lama, lalu ia menyadari bahwa tidak ada setetes lilin pun meleleh karena terbakar. Lilin itu sepertinya bisa menyala selamanya tanpa meleleh sama sekali.     

"Api itu mungkin diciptakan dari kekuatan sihir," pikir Agatha.     

Selimut yang menyelimuti tubuh Agatha terasa begitu lembut sehingga ia pikir selimut ini mungkin terbuat dari bahan berkualitas tinggi yang diisi dengan bulu yang hangat dan ringan. Perlakuan mereka terhadap Agatha sama baiknya dengan perlakuan yang ia terima di Kota Suci Taquila, dan semua hal ini membuat Agatha sulit mempercayai bahwa ada tempat tidur dan kamar tidur yang sangat nyaman di wilayah yang ia sebut Tanah Barbar ini.     

Agatha mencoba menggerakkan jari-jarinya dan menyadari bahwa sebagian besar kekuatan fisiknya mulai pulih kembali. Agatha turun dari tempat tidur. Agatha berusaha mengeluarkan kekuatan sihirnya, dan hawa dingin meluap keluar dari jari-jarinya dengan cepat. "Tampaknya pangeran itu tidak melakukan sesuatu yang buruk kepadaku. Pangeran itu telah melepaskan Batu Pembalasan Tuhan untuk memberiku kebebasan." Lalu Agatha berjalan ke jendela dan membuka tirainya sedikit. Di luar benar-benar gelap. Tidak ada bintang, ataupun bulan. Seluruh bumi tampaknya ditelan oleh kegelapan dan hanya tampak beberapa cahaya kecil yang bersinar dari kejauhan. Agatha bisa mendengar suara angin yang bertiup menderu di luar di samping jendela, dan sesekali ia bisa melihat salju yang turun lewat jendela.     

Sepertinya sekarang sedang musim dingin dan ini merupakan musim yang baik untuk kebangkitan para penyihir. Di Taquila, malam seperti di kota ini bahkan tidak ada karena seluruh kota setiap hari mengalami musim dingin. Api unggun terbakar sepanjang malam di jalan-jalan. Dahulu ketika Agatha sedang melihat seluruh kota Taquila dari atas menara, kota itu tampak terang benderang oleh cahaya yang bersinar seperti bintang, dan cahaya itu melambangkan harapan dan masa depan yang baik. Orang-orang memanjatkan doa di sekitar api unggun, mereka mengumpulkan kekuatan sihir dan berusaha menjaga kedamaian di seluruh dunia. Setiap kali ada seorang penyihir yang mengalami kebangkitan, nasib seluruh keluarganya juga akan berubah. Mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan atau pakaian lagi.     

Agatha membuka jendela di kamarnya. Angin dingin tiba-tiba berhembus ke dalam kamar dan meniup tirainya. Lilin yang ada di dalam kamar Agatha pun langsung padam tertiup angin. Kamar Agatha tiba-tiba diselimuti kegelapan. Ketika mata Agatha sudah bisa menyesuaikan pandangan dalam kegelapan, ia bisa melihat cahaya putih samar yang terpantul oleh salju yang menumpuk di atap rumah-rumah kota ini. "Dilihat dari bangunannya, tempat ini memang tidak terlalu besar, dan sesuai dengan nama 'Kota Perbatasan' yang disebut oleh si pangeran."     

Orang-orang biasa akan membeku hanya dalam beberapa jam jika mereka berada di luar dalam cuaca yang dingin seperti ini. Tetapi Agatha tidak takut kedinginan karena tubuhnya bisa secara otomatis mengeluarkan rasa dingin yang membuatnya tidak nyaman. Terakhir kali Agatha merasa kedinginan adalah pada saat ia belum mengalami kebangkitan. Tetapi sekarang, Agatha sudah hampir lupa seperti apa rasanya kedinginan.     

Percakapan sebelumnya bersama para penyihir di kota ini masih melekat dalam pikiran Agatha saat ia menutup matanya.     

Pusat Persatuan Penyihir kini sudah tidak ada dan para penyihir dianggap sebagai jelmaan iblis. Karena itu manusia kini memburu para penyihir dengan bantuan Batu Pembalasan Tuhan … Menurut buku harian itu, Alice dan Natalia berhasil melarikan diri dari Dataran Subur. Tetapi jika mereka berdua gagal menghentikan semuanya, Pusat Persatuan Penyihir bisa dianggap sudah gagal total.     

Apa yang sebenarnya terjadi waktu itu? Mengapa dua orang Penyihir Transenden bisa dikalahkan oleh manusia biasa?     

Agatha merasa tidak nyaman memikirkan hal itu.     

"Apa kamu tidak merasa kedinginan?" tanya seseorang dari belakang Agatha.     

Agatha terkejut. Agatha berbalik dan melihat ada seorang gadis yang duduk di samping tempat tidurnya dalam kegelapan. Wajah gadis itu benar-benar tersembunyi di balik gelapnya malam. Gadis ini seperti hantu yang muncul dengan tiba-tiba. Pintu kamar Agatha masih tertutup pada saat itu, tetapi ia tidak mendengar ada langkah kaki sebelum gadis ini masuk ke kamarnya.     

"Jika kamu mau menutup jendelanya, aku akan menyalakan lilinnya lagi," kata gadis itu.     

Sudah jelas, gadis ini pasti seorang penyihir.     

Tetapi sekarang sudah tengah malam. Apa yang gadis ini lakukan di kamar Agatha malam-malam begini?     

Agatha mengangguk tanpa berkata apa-apa. Agatha menutup jendelanya dan diam-diam ia mengeluarkan lapisan es tipis dan keras yang menutupi seluruh kulitnya. Gadis itu tidak melakukan sesuatu yang berbahaya, namun ia membuka laci pertama meja rias lalu mengeluarkan sebuah batu api untuk menyalakan lilin. Dalam cahaya lilin, Agatha bisa melihat gadis itu lebih jelas. Gadis itu memiliki rambut ikal emas yang indah dan alis panjang yang membuat matanya terlihat tegas. Rasanya Agatha belum pernah melihat gadis ini sebelumnya.     

"Senang bertemu denganmu … Ups maksudku… Ini pertemuan kita yang kedua kalinya," kata gadis itu, "Namaku Nightingale."     

Apakah maksud Nightingale … ia tadinya bersembunyi di dalam kerumunan itu sebelumnya? "Apakah ini kemampuanmu?" Agatha mengerutkan kening dan bertanya kepada Nightingale, "Apakah kamu juga salah satu penyihir yang mengalami Kebangkitan Tertinggi?"     

Bahkan jika Nightingale adalah salah satu dari penyihir Kebangkitan Tertinggi yang terhormat, tetap saja itu tidak sopan karena masuk ke kamar Agatha tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.     

"Ah, kamu bicara tentang evolusi …" jawab Nightingale sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sepintar Anna. Anna bisa menyelesaikan buku Teori Ilmu Pengetahuan Alam dalam waktu singkat. Kepalaku bisa meledak begitu aku membaca mengenai formula-formula dan teori-teori itu. Mungkin aku tidak seberuntung itu untuk bisa berevolusi dalam kehidupan ini."     

Agatha tampak linglung sesaat karena ia tidak mengerti hampir setengah perkataan Nightingale. Terus terang, Agatha tidak menyangka 'Penyihir Mula-Mula' bisa mengatakan sesuatu seperti itu. Selain itu, dari ekspresi wajah Nightingale, gadis itu tampaknya tidak sedang merendahkan dirinya sendiri. "Apakah itu yang disebut si pangeran … ilmu pengetahuan?"     

"Buku yang kamu sebutkan barusan, bolehkah aku membaca buku itu?"     

"Tentu saja. Kamu boleh membaca buku itu asalkan kamu bergabung dengan Persatuan Penyihir dan bersumpah untuk setia kepada Yang Mulia." jawab Nightingale sambil mengangkat bahu.     

"Aku bekerja untuk melayani manusia biasa?" Agatha menatap Nightingale dan berkata perlahan setelah beberapa saat, "Aku pikir aku sudah cukup aneh, tetapi ternyata kamu lebih gila dariku."     

"Aku aneh? Gila katamu?" Nightingale memiringkan kepalanya dan bertanya, "Mengapa kamu berkata begitu?"     

"Di Kota Suci Taquila, sebagian besar penyihir memperlakukan manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan sihir sebagai pelayan, orang rendahan, atau sebagai … sarana untuk bereproduksi." Agatha berkata dengan perlahan, "Tetapi aku sendiri tidak berpikir demikian. Meskipun manusia biasa itu bodoh, mereka tidak putus asa. Mereka tidak berbeda jauh dari penyihir dalam segala aspek selama mereka diajari untuk belajar dan berpikir. Karena itu, banyak penyihir yang berpikir bahwa aku sangat aneh karena aku telah mengalokasikan sebagian bisnis di menaraku untuk dikelola manusia. Namun, aku tidak menyangka kamu lebih gila daripada aku karena kamu bersumpah setia kepada manusia biasa dan menerima perintah dari mereka."     

"Yang Mulia Roland tidak menganggap kami sebagai pelayannya," Nightingale mengerutkan bibirnya dan berkata, "Aku tidak tahu konsep pemikiran macam apa yang kamu miliki mengenai kesetiaan, tetapi kenyataannya Yang Mulia telah menolong para penyihir yang tertindas oleh Gereja, Yang Mulia memberi kami kekuatan yang baru, dan mengizinkan para penyihir hidup berdampingan dengan rakyatnya di Wilayah Barat. Kami bersatu untuk melawan Gereja dan binatang iblis, serta melawan iblis-iblis di masa yang akan datang."     

"Tetapi manusia adalah makhluk gagal!" Agatha tidak bisa menahan suaranya yang melengking. "Empat ratus tahun yang lalu … bukan, mungkin delapan ratus atau sembilan ratus tahun yang lalu, dunia ini dikuasai oleh manusia dan penyihir. Pada saat itu, manusia hidup hampir di seluruh Wilayah Fajar. Namun, ketika iblis menyerang, kami menderita kekalahan besar sehingga kami hanya berhasil menjaga Dataran Subur saja."     

"Oh?" Nightingale mengangkat alisnya. "Benarkah itu?"     

"Kalian bilang catatan sejarah selama empat ratus atau lima ratus tahun yang lalu sudah hilang terkubur bersama reruntuhan," lanjut Agatha, "Menurut catatan Pusat Persatuan Penyihir, Pertempuran Besar Ketiga akan segera terjadi, tetapi kalian malah tidak tahu apa-apa tentang iblis! Di bagian barat Tanah Barbar itu ada Laut Bergejolak. Jadi di mana lagi kalian bisa melarikan diri? Hanya dengan membangun kembali Pusat Persatuan Penyihir, menyatukan para penyihir dan meningkatkan evolusi Kebangkitan Tertinggi dengan bantuan ilmu pengetahuan, kita bisa mengambil kesempatan terakhir ini untuk menghentikan serangan iblis!"     

"Mengapa kamu terus mengatakan hal itu?" tanya Nightingale.     

"Apa maksudmu?" balas Agatha.     

"Empat ratus tahun sudah berlalu, bukan?" Banyak hal yang telah berubah dalam waktu selama itu. Tetapi mengapa kamu masih terikat oleh pemikiran-pemikiran lama?" kata Nightingale sambil menghela nafas. "Yang Mulia berkata, manusia bisa mengalahkan iblis saat hendak meninggalkan kamarmu. Kamu juga mendengarnya, bukan? Yang Mulia berusaha menyatukan semua orang, termasuk para penyihir. Yang Mulia ingin menyatukan setiap manusia di benua ini, Yang Mulia mengatakan padaku bahwa orang-orang yang bersatu di seluruh negeri adalah kelompok yang terkuat yang tidak mudah dikalahkan."     

"Omong kosong …" Agatha hendak menyangkal ucapan Nightingale saat ia tiba-tiba terdiam. "Nightingale tampaknya sangat yakin seolah-olah ia bisa melihat hasil peperangan yang akan datang. Bisakah dalam waktu empat ratus lima puluh tahun segalanya bisa begitu berubah? Apakah pangeran berambut abu-abu itu benar-benar memiliki kemampuan luar biasa sehingga ia bisa membuat manusia memiliki kekuatan yang sama seperti para penyihir?"     

"Kamu sepertinya baru menyadari hal itu," Nightingale tersenyum dan berkata, "Kita masih punya banyak waktu, jadi mengapa kamu tidak membuka hatimu dan melihat semuanya dengan mata kepalamu sendiri?"     

Kali ini, Agatha terdiam untuk waktu yang lama. "… Aku tahu kamu tidak menyukaiku."     

Nightingale tidak menyahut.     

"Para penyihir dari Perkumpulan Pencari Taquila dulu juga tidak menyukaiku, setelah mereka mengetahui bahwa aku telah menunjuk sekelompok manusia sebagai asisten untuk melakukan eksperimen di menara," kata Agatha. "Sudah jelas, kamu tidak menyukaiku, tetapi mengapa kamu mengatakan semua hal ini kepadaku?"     

"Aku tidak membencimu selama kamu bisa berhenti bersikap arogan dan memperlakukan Yang Mulia dengan baik. Mengenai pertanyaanmu …" Nightingale terdiam sejenak dan melanjutkan, "Itu karena Yang Mulia mengatakan bahwa ia tidak ingin kamu selalu merasa diabaikan dan kesepian sepanjang waktu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.