Bebaskan Penyihir Itu

Menyerahkan Jabatan Paus (Bagian I)



Menyerahkan Jabatan Paus (Bagian I)

0Sambil berdiri di lantai paling atas Menara Babel, Mayne mengintip melalui jendela dan melihat kota Hermes yang tertutup salju.     
0

Sejak serangan terakhir yang dilakukan sekelompok besar binatang iblis di Kota Suci Baru, keadaan sempat aman sejenak, dan salju yang turun mulai berkurang. Warga Hermes dapat menikmati istirahat sejenak dari kesibukan melawan serangan binatang iblis, dalam waktu yang sangat terbatas.     

Meskipun saat ini seharusnya menjadi saat yang membahagiakan dan patut dirayakan, Mayne tetap merasa hampa di hatinya. Selama menghadapi serangan binatang iblis, untuk membunuh satu ekor binatang iblis yang besar, dan satu binatang iblis hibrida, satu pleton prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan keluar dari tembok kota dan melawan binatang iblis itu secara langsung. Totalnya ada sembilan belas prajurit yang terluka dan dua prajurit tewas. Sedangkan dua binatang iblis yang mereka lawan kini sedang berbaring di tanah, binatang iblis itu menggeram untuk waktu yang lama sebelum para prajurit memutilasi anggota tubuh mereka. Akhirnya, para penjaga tembok kota membunuh binatang iblis itu dengan tombak. Daripada merasa takut kehilangan para prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan, serangan binatang iblis itulah yang lebih menakutkan Mayne.     

Setelah terdiam beberapa saat, Mayne menghela nafas panjang dan kembali ke tempat duduknya di samping meja. Mayne ingin membuka sebuah kitab dan membacanya dengan cermat sekali lagi.     

"Bahkan jika kamu membolak-balik kitab itu sampai rusak, hasilnya tetap tidak akan berubah." Tayfun berkata sambil berjalan ke dalam ruangan dan ia memegang dua gelas minuman hangat, lalu ia memberikan satu gelas kepada Mayne. "Yang Mulia O'Brian belum memanggil dirimu?"     

"Aku sudah mengirim permohonan untuk bertemu dengan Yang Mulia O'Brian di Area Rahasia Utama sebanyak tiga kali, tetapi masih belum ada jawaban." Mayne berkata dengan cemas. "Dan aku tidak tahu apa yang sedang dilakukan Yang Mulia O'Brian pada saat yang begitu genting …."     

"Jangan khawatir," Tayfun menyela ucapan Mayne, "Seperti katamu, kitab itu ditulis oleh Paus pertama, karena itu pasti ada kesalahan saat menulis kitab ini. Setelah lebih dari empat ratus tahun, siapa yang bisa menjamin semua yang tertulis dalam kitab itu tetap akurat?"     

"Tetapi yang ini berbeda." jawab Mayne sambil menggelengkan kepala. "Jika waktu yang diramalkan salah, ini akan menjadi malapetaka serius bagi kita! Kita telah menginvestasikan banyak kekuatan dan energi dalam menyatukan kerajaan untuk mengumpulkan semua kekuatan melawan iblis. Tetapi, jika waktu yang diramalkan jadi lebih singkat separuh, kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk membentuk kembali Pasukan Penghukuman Tuhan setelah pertempuran!"     

"Tenanglah, Tuan Mayne." kata Tayfun sambil tertawa dan perlahan ia menyeruput minuman hangatnya. "Apa yang sudah terjadi tidak bisa diubah kembali. Kita tidak bisa mengubah kenyataan bahwa kini Taring Neraka sudah muncul di hadapan kita. Tetapi mungkin ada dua alasan atas kemunculan Taring Neraka saat ini."     

"Apa alasannya?"     

"Minumlah dahulu lalu aku akan katakan," kata Tayfun sambil membelai janggutnya.     

Mayne mengambil gelasnya. Awalnya minuman ini terlihat seperti susu kambing, tetapi ketika Mayne hendak meminumnya, bau yang pedas menyengat hidungnya. "Apa yang kamu masukkan ke dalam minuman ini?"     

"Bunga dandelion." jawab Tayfun sambil menyunggingkan mulutnya. "Meskipun kamu tidak bisa meminum Air Tanah Impian secara langsung, dengan meminum minuman ini sedikit, akan bermanfaat bagi tubuhmu. Minuman ini bisa membantu melepaskan ketegangan, menenangkan saraf, dan membuat tidur lebih nyenyak."     

Dalam satu tegukan, Mayne meminum habis semuanya dan segera merasakan sensasi terbakar di tenggorokannya. Meskipun rasa gurih dari susu kambing seharusnya bisa melembutkan rasa pedas bunga dandelion, rasanya sangat tidak nyaman bagi seseorang yang jarang mengkonsumsi minuman seperti itu. Mayne terbatuk dua kali, ia menyeka mulutnya dan berkata, "Bahkan satu cangkir Air Tanah Impian tidak bisa membuat aku tertidur pulas. Bisakah kamu mulai bicara sekarang?"     

"Alasan yang pertama adalah mungkin saja Paus pertama membuat kesalahan dalam menulis kitab. Orang yang sudah lanjut usia sangat sering merasa pusing dan juga amnesia, seperti yang aku alami sendiri." kata Tayfun sambil mengangkat bahu.     

"Itu tidak mungkin." jawab Mayne sambil mengerutkan kening. "Ini menyangkut tata letak dan pengaturan organisasi Gereja, dan yang terpenting, kitab ini juga menentukan nasib umat manusia. Aku yakin Paus pertama sangat berhati-hati dalam menulis kitab ini. Apa alasan yang kedua?"     

"Alasan yang kedua adalah mungkin saja ada keadaan yang tidak kita ketahui yang telah mengubah segalanya."     

Mayne menunggu Tayfun melanjutkan kalimatnya, dan setelah ia menyadari bahwa Tayfun tidak melanjutkan kalimatnya, Mayne akhirnya bertanya kembali, "Hanya itu saja?"     

"Yah, hanya dua kemungkinan itu." jawab Tayfun.     

"Apakah ini … sebuah lelucon? Semuanya sudah berubah? Jika hanya sesederhana itu, semua usaha kita akan sia-sia! Bagaimana kamu bisa memutuskan seenaknya …."     

"Tuan Mayne!" Tayfun meninggikan suaranya. "Apa sebenarnya yang ingin kamu ketahui?! Apakah kamu ingin mengetahui cara yang ampuh untuk mengalahkan iblis? Atau apakah kamu pikir hanya kamu yang ingin mempertahankan Kota Suci Hermes dan mencegah iblis memasuki wilayah ini?"     

"…" Mayne terdiam.     

"Dalam semua pertempuran, semua orang ingin menang. Tetapi sampai sejauh ini, kita tidak bisa memastikan kemenangan dalam setiap pertempuran kita melawan Empat Kerajaan, belum lagi melawan iblis-iblis dari neraka." Tayfun berbicara dengan suara yang lebih keras, "Apakah kamu lupa ajaran Paus Tertinggi? Akibat tekanan dan ketakutan yang berlebihan itu hampir mirip. Yang harus kamu lakukan adalah menerima kenyataan dan mengerjakan semuanya sedikit demi sedikit hingga selesai, tetapi hasil akhirnya bukan kita yang menentukan.     

"Takut akan … hasil akhirnya". Jantung Mayne berdebar kencang. "Tayfun benar, aku memang takut. Takut bahwa setelah aku menjadi Paus nanti, aku tidak akan bisa melawan iblis, dan aku akan menyaksikan kehancuran umat manusia di bawah pemerintahanku."     

"Aku dulu juga sepertimu," tiba-tiba Tayfun kembali merendahkan suaranya, "Tetapi kematian Heather membuatku mengerti bahwa hasil akhir sering tidak bisa diprediksi. Bulan Iblis datang lebih awal tanpa peringatan, namun kita masih bisa menaklukkan Kerajaan Hati Serigala sebelum salju turun semakin lebat, seperti yang sudah kita rencanakan sebelumnya … kini Heather sudah mati dan keadaan juga sudah berubah. Meski begitu, kita masih tetap harus melanjutkan misi kita." Tayfun bangkit berdiri dan menghela nafas panjang, lalu ia menepuk bahu Mayne dan berjalan keluar ruangan. "Jadi … apakah selama lima atau sepuluh tahun ke depan, kamu harus tetap bertahan dengan kuat dalam misimu, bukan untuk meraih kemenangan tertentu, tetapi untuk memenuhi tugasmu bahkan jika hasil akhirnya ternyata tidak seperti yang kamu harapkan."     

Setelah Tayfun keluar dari ruangan dan pintunya ditutup, Mayne duduk sambil menatap gelas kosong yang ada di depannya dan berdiam diri.     

Mayne harus mengakui bahwa kata-kata Tayfun memang masuk akal, tetapi sekarang Mayne akan memikul tanggung jawab yang sangat berat, bagaimana mungkin dirinya tidak merasa takut?     

Tiba-tiba, seorang Ketua Hakim berjalan ke ruangan. "Tuan Mayne, Paus Tertinggi ingin bertemu dengan Anda."     

Akhirnya!     

Mayne langsung bangkit berdiri, dan ia menjawab dengan penuh semangat, "Cepat antar aku ke Area Rahasia Utama."     

…     

Tersembunyi jauh di bawah sebuah dataran tinggi, Area Rahasia Utama adalah sebuah tempat yang dingin dan sangat sunyi.     

Sambil berjalan ke aula Kuil Rahasia Utama, Mayne merasa agak bingung. Meskipun tidak ada upacara inkarnasi pada hari itu, semua lilin di aula menyala dan cahaya lilin memperlihatkan siluet berwarna oranye-kuning yang menerangi seluruh aula. Lampu gantung di atas aula tampak seperti kumpulan bintang yang gemerlapan.     

Yang Mulia O'Brian sedang duduk di atas takhta, ia diam-diam memperhatikan Mayne.     

Mayne merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia berusaha mengenyahkan kecurigaannya, dan berjalan ke atas takhta. Mayne sujud kepada Yang Mulia O'Brian sampai dahinya menyentuh lantai.     

"Bangunlah, Nak." Suara Yang Mulia O'Brian terdengar sangat lembut, dan jika Mayne tidak mendengarkan dengan saksama, pasti ia akan sulit mendengar apa yang Yang Mulia katakan.     

Mayne menegakkan tubuhnya, dan ia melihat bahwa wajah sang Paus penuh dengan guratan usia dan kelelahan, seolah-olah sang Paus tidak beristirahat untuk waktu yang lama. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda."     

"Tidak perlu." jawab O'Brian sambil tertawa, dan garis kerutan yang dalam memenuhi wajahnya selagi ia tertawa. "Aku akan segera mati."     

"Yang Mulia, Anda tidak …."     

"Tidak, dengarkan aku, nak." Yang Mulia O'Brian menyela ucapan Mayne. "Aku tahu kondisi tubuhku sendiri, dan tidak perlu dipertanyakan lagi, aku tahu waktuku akan segera habis." O'Brian berhenti sejenak dan menarik nafas dalam-dalam. "Tujuanku memanggilmu ke sini hari ini … adalah untuk menyerahkan jabatanku sebagai Paus kepadamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.