Bebaskan Penyihir Itu

Ilusi (Bagian II)



Ilusi (Bagian II)

0"Jadi … begitu ceritanya!"     
0

Mayne tidak bisa mengalihkan pandangannya dari ilusi yang sedang dilihatnya, dan jantungnya berdebar dengan kencang.     

"Upacara Inkarnasi Pasukan Penghukuman Tuhan ternyata diciptakan oleh para penyihir untuk mengalahkan iblis, dan mereka dengan sukarela mengorbankan kaum mereka sendiri … berapa banyak penyihir yang akan berdiri dan menentang kekejaman Alice?"     

Hasil akhirnya ternyata di luar dugaan Mayne. Setelah beberapa menit, tidak ada satu orang pun yang berdiri untuk menentang Alice. Bahkan penyihir yang mempertanyakan upacara inkarnasi itu tidak secara terang-terangan menentang kata-kata Alice, meskipun penyihir itu mengertakkan giginya dan menggebrak meja sambil berpikir, "Ironis sekali! Setelah membunuh begitu banyak penyihir dengan tangannya sendiri, Alice masih bisa membicarakan hal ini dengan dalih untuk melestarikan kelangsungan hidup penyihir! Apakah ada hal yang lebih konyol selain ini!?"     

"Tetapi Alice tidak sepenuhnya salah," kata seorang penyihir tua. "Kita semua terlahir sebagai manusia, dan dengan demikian, jika umat manusia musnah, maka para penyihir tidak akan bisa bertahan di dunia ini juga."     

"Sebaliknya, tidak peduli berapa banyak penyihir yang dikorbankan dalam Upacara Inkarnasi, akan selalu ada penyihir baru yang terlahir untuk menggantikan mereka. Semakin banyak umat manusia, semakin banyak penyihir baru yang akan lahir." jawab Elaine sambil mengangkat bahu.     

"Apakah sudah pasti Pasukan Penghukuman Tuhan mampu mengalahkan iblis?" tanya seseorang.     

"Aku tidak tahu," kata Alice. "Sebelum kita mencobanya, tidak ada yang tahu pasti. Kekalahan kita dalam dua Pertempuran Besar sebelumnya telah menunjukkan bahwa iblis jauh lebih kuat daripada kita, dan satu-satunya cara bagi kita untuk membatasi pergerakan mereka adalah dengan menggunakan Kabut Merah. Ini berarti meskipun kita membuat sejumlah besar Pasukan Penghukuman Tuhan, belum tentu kita akan memenangkan peperangan." Alice berhenti sejenak. "Tetapi kalian nanti pasti akan terbiasa dengan bagaimana caraku melakukan sesuatu."     

Elaine tersenyum dan berkata, "Bahkan jika hanya ada sedikit peluang, kita tetap harus berusaha sebaik mungkin."     

"Aku bersedia mengikuti ke mana pun Anda pergi."     

"Demi kelangsungan hidup para penyihir."     

"Aku juga, aku tidak ingin menyerah kepada Iblis."     

Semua orang berdiri dan memberi hormat kepada Alice sang Ratu Penyihir.     

Penyihir yang mengajukan pertanyaan tadi adalah orang terakhir yang berdiri, tetapi ia tetap berkata, "Semoga keputusanmu benar."     

"Jadi, sudah diputuskan." jawab Alice sambil mengangguk, sepertinya ia tidak terkejut dengan hasil perundingan ini. "Yang harus kita lakukan sekarang adalah meyakinkan anggota perkumpulan lainnya."     

"Mereka tidak perlu mendengarkan kamu," kata penyihir tua itu. "Jika kita melakukan inkarnasi tanpa ada perlawanan, para penyihir tidak bisa terus bertindak dalam posisi superior dan istimewa. Perkumpulan kita harus dibubarkan, dan masa lalu kita harus dikubur sepenuhnya."     

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk meyakinkan mereka," kata Alice dengan tegas. "Jika mereka tidak bisa menerima keputusan ini, Kota Meteor akan tetap menjalankan rencana ini sendiri, dan tatanan pemerintahan yang baru akan segera dibuat."     

Tidak lama kemudian, pemandangan ilusi itu menghilang … kegelapan menyelimuti Mayne lagi. Ketika cahaya di Ruang Ilusi ini kembali normal, Mayne menyadari punggungnya sudah basah karena keringat dingin, dan kepalanya terasa sangat pusing.     

"Anda terlihat kelelahan. Apakah aku perlu membopong Anda keluar?" tanya Zero sambil berjalan menghampiri Mayne.     

"Tidak perlu. Cepat buka gerbangnya!" kata Mayne, nafasnya terengah-engah seperti ikan di darat.     

Setelah gerbang besinya dibuka, Mayne terhuyung-huyung keluar dari Ruang Ilusi, ia menutup mulutnya seolah-olah ia hendak memuntahkan sesuatu sambil bergegas ke ruang depan, lalu ia tersungkur di hadapan Yang Mulia O'Brian.     

"Setelah Batu Ajaib diaktifkan, pemandangan ilusi itu secara otomatis akan terekam ke dalam pikiranmu, karena itu rasa pusing yang kamu alami itu wajar," kata Paus dengan perlahan. "Pertama kali aku ke Ruang Ilusi, aku juga memiliki reaksi yang sama seperti kamu. Kamu akan baik-baik saja setelah beristirahat sejenak."     

"Kenapa aku tidak bereaksi seperti itu?" tanya Zero sambil merangkul lengan sang Paus.     

"Karena kamu adalah seorang penyihir, tubuhmu sudah terbiasa dengan kekuatan sihir." jawab O'Brian sambil tersenyum. "Dalam hal daya tahan dan tenaga, para penyihir tentu jauh lebih unggul daripada manusia biasa."     

Butuh waktu lama bagi Mayne untuk menenangkan diri. "Jadi ini adalah … asal-usul Gereja?"     

"Benar. Setelah itu, Alice memimpin para penyihir dari Kota Meteor dan dua kota lainnya ke dalam pertempuran, mereka akhirnya berhasil memenangkan pertempuran, dan menetapkan sejumlah peraturan baru. Mereka menyatakan bahwa penyihir bukan lagi orang-orang yang terpilih, tetapi penyihir adalah orang-orang berdosa yang dipengaruhi oleh iblis. Peperangan melawan iblis berlangsung selama hampir seratus tahun, dan tercatat ke dalam buku-buku sejarah sebagai Pertempuran Iman."     

"Apakah Alice bisa hidup sampai selama itu?"     

Sang Paus menggelengkan kepalanya. "Tidak lama setelah Alice mendirikan Gereja, ia tewas bersama Penyihir Transenden lainnya dalam peperangan. Paus kedua menjalankan kehendak Alice dan terus memimpin Pasukan Penghukuman Tuhan ke dalam pertempuran sampai mereka benar-benar menundukkan dua kelompok penyihir lain yang menentang mereka. Sayangnya, pertempuran ini membuat ketiga kota ini hancur, dan mereka hampir kehilangan kekuasaan atas dunia. Manusia biasa yang tidak mau berpartisipasi dalam pertempuran mulai mengungsi dan menetap di selat, dan memimpin penduduk asli untuk mendirikan kota. Secara bertahap, wilayah itu kini dikenal dengan nama Empat Kerajaan."     

Entah bagaimana, O'Brian menjadi lebih bertenaga ketika ia berbicara, dan bahkan suaranya menjadi lebih jelas dan tidak lagi terdengar lemah seperti biasa.     

"Setelah itu, Gereja terus melenyapkan musuh-musuh yang tersisa dalam banyak peperangan, termasuk membunuh manusia yang tidak mendukung Kota Meteor. Tetapi tatanan dunia sudah terbentuk, dan karena kurangnya kekuatan, Gereja tidak pernah dapat menyelesaikan misi mereka untuk menyatukan seluruh benua. Semua ini berawal sejak kematian Alice si Ratu Penyihir."     

"Natalia, yang Alice anggap sebagai temannya selama ini, tidak hanya menolak rencana Alice tetapi ia juga tiba-tiba menyerang Alice dalam suatu pertemuan. Kejadian ini dicatat dalam Kitab secara lengkap." kata Paus sambil menghela nafas. "Jika Alice masih hidup, Pertempuran Iman akan berakhir lima puluh tahun lebih cepat, dan setelah Gereja menerima semua penyihir menjadi anggotanya, mereka akan dengan mudah menyatukan seluruh benua. Tidak ada yang menyangka Pertempuran Iman akan terus berlanjut sampai hari ini."     

Mayne menyeka keringat di keningnya dan berkata, "Yang Mulia, ada sesuatu yang tidak aku mengerti. Mengapa para Paus sebelumnya semuanya adalah penyihir, sementara setelah itu, Paus berikutnya adalah para manusia biasa?"     

"Zero, kembalilah ke tempatmu terlebih dahulu." kata O'Brian setelah terdiam sejenak.     

"Baik, Yang Mulia."     

Setelah Zero pergi meninggalkan mereka berdua, O'Brian berkata dengan pelan, "Itu karena mereka lemah dan juga pengecut."     

"A … apa?" Mayne terkejut, dan untuk sejenak ia merasa mungkin pendengarannya salah.     

"Tidak, nak, kamu tidak salah dengar." O'Brian tampaknya bisa menebak pemikiran Mayne. Mata sang Paus berbinar-binar, dan ia tampak lebih muda. "Untuk mengembalikan kejayaan para penyihir setelah mengalahkan iblis-iblis itu, Alice telah menetapkan bahwa posisi Paus harus dipegang oleh seorang Penyihir Luar Biasa. Tetapi jumlah Penyihir Luar Biasa sangat jarang, dan tidak mungkin mereka bisa selalu menemukan kandidat yang tepat untuk posisi itu. Karena itu, beberapa penyihir biasa yang terkemuka bertindak sebagai Paus - tetapi sifat lemah dan pengecut bisa merasuki orang seperti racun ular berbisa yang tidak pernah bisa hilang begitu muncul dalam pikiran seseorang. Seorang manusia biasa yang menjabat sebagai Uskup Agung merasa takut ditindas oleh para penyihir suatu hari nanti dan karena itu ia mengambil alih posisi sebagai Paus."     

Mata Mayne terbelalak. "Dan sejak itulah, para Paus selanjutnya adalah …."     

"Benar, kita semua adalah keturunan lemah dan pengecut yang mendapat keuntungan dari pengorbanan para penyihir." jawab sang Paus sambil menghela nafas panjang. "Tidak peduli apa pun yang terjadi, Gereja harus mengubur rahasia ini selamanya." lalu sang Paus berhenti sejenak. "Semua informasi mengenai Pertempuran Besar dicatat di Kuil Rahasia Utama. Sekarang kamu yang akan memikul tanggung jawab ini dan melanjutkan tugas sebagai Paus. Bahkan jika kamu merasa ingin menyerah … itu mungkin sebuah pilihan yang bijak."     

Setelah mengucapkan kata-kata ini, seluruh kekuatan di tubuh Yang Mulia O'Brian tiba-tiba drop, seolah-olah ia telah meletakkan sebuah beban yang berat, dan ia berbaring dan tampak tertidur di atas keretanya.     

"Menyerah? Jika aku melakukannya, siapa lagi yang akan mengambil alih posisi ini?" Tetapi sebelum Mayne bisa merenung, ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan O'Brian - kondisi fisiknya berubah menjadi lebih buruk, dan pandangan berbinar-binar di matanya beberapa saat yang lalu kini menghilang. Otot matanya melemah dengan cepat dan sinar di matanya perlahan memudar.     

"Yang Mulia, Yang Mulia O'Brian!" Mayne mengguncang-guncang tubuh sang Paus dengan panik, tetapi pandangan Yang Mulia O'Brian menatap ke langit-langit dan mulutnya terlihat sedikit bergerak, seolah-olah ia sedang menggumamkan sesuatu.     

Pada saat-saat terakhir, Mayne merasa ia mendengar Yang Mulia O'Brian berkata, "Maafkan aku, nak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.