Bebaskan Penyihir Itu

Dua Kepribadian



Dua Kepribadian

0…     
0

Salju di luar turun lebih lebat lagi. Serpihan salju yang sebesar kuku jatuh dari langit dan menyelimuti Kota Perbatasan. Serpihan salju menari-nari ditiup angin dan turun ke tanah bersama-sama, saljunya menyelimuti atap-atap rumah dengan warna putih dan ranting-ranting pohon. Pemandangan seperti ini membuat orang tidak memikirkan apa-apa selain rasa dingin.     

Namun, semakin terasa dingin, Tilly malah merasa lebih hangat.     

Tilly bersandar di kursi malas, separuh tubuhnya ditutupi selimut wol lembut, dan kakinya menjulut ke arah perapian. Peralatan untuk menghangatkan diri ini diciptakan oleh Roland. Anglo arang ditempatkan di dalam tong persegi, yang disusun sejajar dengan kursi yang dipisahkan oleh papan kayu secara horizontal. Tong api itu berbeda dengan perapian api unggun yang menyala-nyala, yang dapat menyebabkan luka bakar jika seseorang berada terlalu dekat, namun tidak memberikan hawa panas jika seseorang bergerak menjauh. Dengan meletakkan kaki di papan kayu ini, orang dapat dengan nyaman menikmati kehangatan api arang dari jarak dekat. Dan dengan tambahan selimut, seluruh tubuh akan terasa lebih hangat.     

Salju yang berputar-putar di luar jendela memberi rasa nyaman berada di dalam ruangan, dan perasaan bahagia yang tercipta ini sungguh berkesan di hati Tilly.     

Tilly harus mengakui bahwa perlakuan yang diterima para penyihir di Kota Perbatasan benar-benar berbeda sejak satu tahun yang lalu. Dapat dimengerti, para penyihir di sini tidak ingin pergi meninggalkan kota ini karena Tilly sendiri sangat menikmati tinggal di kota ini.     

Selain Tilly, Anna dan Agatha juga berada di kamar. Ini awalnya kamar tidur Anna, dan setiap kali ada waktu luang, Tilly akan membawa buku-bukunya ke kamar Anna dan berdiskusi dengan Anna untuk hal-hal yang tidak ia mengerti. Awalnya, hanya ada mereka berdua, tetapi sekarang, Agatha juga ikut bergabung dengan mereka. Anna hanya memindahkan tong api dari samping meja ke area kosong di ruangan itu dan meminta Roland untuk memasang dua buah kursi malas lagi. Mereka bertiga duduk mengitari tong api sambil bertumpu kaki, dan bersama-sama mereka bertiga mempelajari ilmu pengetahuan yang membuka pemikiran dan pemahaman mereka.     

Tentu saja, sebagian besar Tilly dan Agatha yang mengajukan pertanyaan sementara Anna menjawab pertanyaan mereka.     

"Sulit dipercaya bahwa buku ini ditulis oleh seorang manusia biasa." kata Agatha sambil menutup buku Teori Ilmu Pengetahuan Alam dan menarik napas dalam-dalam. "Semakin aku baca, semakin aku menyadari bahwa dunia ini memang seperti itu. Di tengah kekacauan ada aturan yang tersembunyi, dan semuanya bergerak sesuai dengan aturan yang sama. Jika Roland lahir di Kota Taquila, Pusat Persatuan Penyihir pasti akan menerimanya sebagai anggota, dan ada kemungkinan ia akan memiliki status yang setara dengan Penyihir Senior."     

Pada awalnya, Agatha mengajukan banyak pertanyaan mengenai isi buku itu, tetapi melalui penjelasan Anna yang terperinci, sikap Agatha terhadap Roland berubah secara drastis.     

Namun, Tilly yakin bahwa perubahan sikap Agatha ini hanya berlaku bagi Roland, sementara Agatha tetap menganggap manusia lain sebagai makhluk yang sangat menyebalkan dan bodoh.     

Ketika Tilly memikirkan hal ini, ia menghela napas panjang. Hanya Tilly yang tahu bahwa semua pengetahuan ini tidak berasal dari Roland Wimbledon semata tetapi dari pengetahuan orang lain yang tiba-tiba muncul di dalam ingatan Roland.     

Melalui hubungannya dengan Roland beberapa hari ini, serta bukti pendukung yang diberikan Sylvie, Tilly dapat memastikan hal ini. Namun, tidak mungkin Tilly bisa membuktikan bahwa ia masih Roland Wimbledon yang sama. Yang lebih mencurigakan lagi adalah Roland tidak tahu dari mana bagian memori ini berasal atau milik siapa. Sulit dipercaya bahwa ingatan ini bisa sepenuhnya terpisah dari hidup Roland selama ini, sedangkan Tilly sendiri tidak dapat melakukan hal yang sama seperti Roland. Selama Roland mengingat pengetahuan yang pernah diajarkan gurunya, ingatan-ingatan yang lain akan muncul di benaknya begitu saja.     

"Dari mana tepatnya Roland mendapatkan semua ilmu pengetahuan ini?" Agatha menghela napas dan berkata, "Aku mengira bahwa penelitian yang dilakukan manusia biasa telah berkembang pesat, tetapi setelah beberapa hari aku mengamati, tampaknya tidak ada banyak perbedaan dari empat ratus tahun yang lalu — bahkan mungkin sedikit terbelakang."     

"Aku juga tidak tahu." jawab Tilly sambil mengangkat bahu. "Bagaimanapun, ilmu pengetahuan semacam ini tidak mungkin diperoleh di istana."     

"Bagaimana perilaku dan kebiasaan Roland di masa lalu?" tanya Agatha.     

Pertanyaan ini menarik perhatian Anna sehingga ia menoleh ke arah Tilly.     

"Dulu …" Tilly merasa bimbang sejenak. "Dulu Roland adalah seorang yang sombong, pengecut, fanatik, tidak tahu apa-apa, tidak bisa apa-apa dan payah … satu-satunya kelebihan Roland adalah ia tidak pernah menggunakan statusnya sebagai pangeran untuk melakukan tindakan yang sangat jahat."     

"Oh … jadi, Roland sama saja dengan manusia lainnya?" tanya Agatha.     

"Tidak. Bahkan di antara sesama manusia, Roland bisa dianggap sebagai orang yang sangat menyebalkan." kata Tilly sambil menggerutu, "Meskipun kini Roland sudah berubah lebih baik setelah datang ke kota ini, aku masih tidak jelas dengan cara berpikirnya … Roland selalu menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya namun ia ingin orang-orang mempercayainya. Bagaimana bisa begitu?"     

Ruangan itu tiba-tiba hening.     

"Ada apa?" Tilly merasa ada sesuatu yang aneh yang terpancar di mata Anna dan Agatha.     

"Tidak … tidak apa-apa." Anna tersenyum dengan mulut rapat. "Ini pertama kalinya aku mendengar kamu berbicara tentang ini."     

Sial, Tilly baru saja menyadari bahwa dirinya bicara terlalu banyak. Ucapan seperti ini seharusnya tidak keluar dari mulutnya sebagai sekutu Roland. Mungkin karena dalam beberapa hari terakhir Tilly merasa terlalu santai. Tilly mencoba menjelaskan. "Maksudku …."     

"Tidak apa-apa, Yang Mulia tidak peduli dengan pendapat orang lain." kata Anna sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa. "Yang Mulia mungkin punya alasan sendiri untuk setiap tindakan yang dilakukannya."     

"Roland …" Tilly ragu-ragu sebentar dan bertanya, "Apa ia tidak pernah mengatakan hal ini kepadamu sebelumnya?"     

"Tidak," jawab Anna, "Aku juga belum pernah bertanya padanya. Jika Yang Mulia ingin membicarakan masa lalunya, ia pasti akan melakukannya."     

"Tepat sekali," pikir Tilly. Saat pertama kali Anna bertemu dengan Roland, ia sudah berubah, dan karena itu tidak ada artinya untuk menanyakan pertanyaan ini kepada Anna.     

"Dari perkataanmu, Roland dulunya adalah orang yang sama sekali berbeda di masa lalu?" Agatha bertanya dengan penasaran. "Dulu ada pepatah di perkumpulanku yang mengatakan bahwa semakin tidak lazim seseorang, maka akan semakin aneh kebiasaannya. Mungkin perubahan seperti ini adalah kejadian yang biasa. Selagi di istana, apakah Roland pernah melolong saat bulan purnama, atau menghabiskan waktu dengan menatap dan menghadap ke dinding?"     

"Keanehan macam apa itu?" sahut Tilly sambil menggelengkan kepalanya. "Selain sedikit eksentrik dalam cara Roland melakukan sesuatu, ia tidak berbeda jauh dari orang lain. Namun … aku pernah mendengar orang-orang berkata bahwa selama pelajaran, Roland pernah secara blak-blakan berteriak bahwa ia akan menikah dengan seorang penyihir, dan mungkin karena dari kata-katanya ini, Gerald dan Timothy terus-menerus menindasnya dengan alasan untuk mencegah Roland menjadi jelmaan iblis, sementara ayah kami sendiri juga tidak senang dengan perilaku Roland seperti itu. Sejak kejadian itu, kepribadian Roland menjadi semakin keras dan pemberontak."     

"Roland didiskriminasi karena ia ingin menikahi seorang penyihir?" Agatha mengerutkan bibirnya. "Ini adalah tujuan yang mulia di Kota Taquila. Tentu saja, jumlah orang yang berhasil melakukan perkawinan campur ini sangat kecil, karena sebagian besar penyihir tidak mau menghabiskan hidup mereka hanya dengan manusia biasa."     

"Tetapi kejadian ini berbeda dari empat ratus tahun yang lalu. Jika Roland menikah dengan seorang penyihir, itu berarti ia tidak akan memiliki keturunan untuk meneruskan garis keturunannya. Bagaimana mungkin ayah kami merasa senang dengan pemikiran seperti itu?" kata Tilly sambil menghela napas, "Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak kejadian itu. Kemungkinan besar Roland pasti sudah melupakan kata-katanya yang konyol itu."     

"Begitukah?" Anna tiba-tiba bicara, "Tetapi sampai sekarang Yang Mulia masih mau menikahi seorang penyihir."     

"Oh, Roland masih ingat? Tunggu dulu …" mata Tilly langsung terbelalak. "Maksudmu ia masih mengatakan hal itu sampai hari ini?"     

"Benar," Anna tertawa dengan lembut, "Yang Mulia sendiri yang mengatakan hal itu."     

Tilly tiba-tiba terpaku mendengar ucapan Anna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.