Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Petunjuk di Pasar



Sebuah Petunjuk di Pasar

0Ferlin berdiri di belakang istrinya dan tersenyum selagi memperhatikan Irene yang sedang mengambil beberapa potong daging dari kios penjualan daging.     
0

Ada saat-saat tertentu ketika Irene menjadi sangat serius seperti sekarang.     

"Sebenarnya … setiap potongan daging akan dihargai sesuai dengan beratnya, jadi kamu tidak perlu repot-repot dan menghabiskan banyak waktu untuk memilih potongan-potongan daging itu."     

"Nanti rasa masakannya tidak enak!" kata Irene dengan tegas. "Meskipun aku tahu kamu menyukai daging tanpa lemak, namun tanpa lemak alami, hidangan ini akan terasa hambar. Lapisan lemak daging akan menghasilkan masakan daging iga terbaik, dan lemak dagingnya juga bisa digunakan untuk menumis dan menggoreng. Karena itu aku harus memilih dagingnya dengan hati-hati."     

Ferlin tertawa terbahak-bahak. "Baiklah, santai saja. Aku akan pergi untuk membeli satu karung gandum. Antriannya cukup panjang, jadi setelah kamu selesai di sini, datanglah ke kios gandum, aku akan berada di sana.     

"Baiklah," jawab Irene tanpa menoleh.     

Ferlin menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju kios gandum di pasar serba ada.     

Sejak salju mulai turun di Kota Perbatasan, Yang Mulia Roland telah memasang pondok-pondok kayu, yang berfungsi sebagai penahan angin di sekitar pasar serba ada. Yang Mulia juga secara khusus memasang pengumuman yang berisi: meskipun saat ini sedang musim dingin, kegiatan jual beli di pasar tidak akan berhenti.     

Ini berarti selama Bulan Iblis berlangsung, Kota Perbatasan akan terus dipenuhi dengan pasokan bahan makanan secara stabil.     

Bagi penduduk kota, tindakan yang dilakukan oleh Yang Mulia ini tentu saja memberi semacam rasa tenang di hati mereka.     

Dibandingkan dengan kios penjualan daging, kios gandum jauh lebih sering dikunjungi oleh para pelanggan. Antrian panjang terbentuk di depan gerai, sementara di sekeliling antrean ada dua petugas berseragam hitam yang bertugas menjaga ketertiban di pasar. Di Kota Perbatasan, petugas ini disebut sebagai 'polisi'.     

Ferlin Eltek sudah terbiasa melihat segala macam inisiatif dan perubahan luar biasa yang dilakukan oleh Yang Mulia Roland, dan perubahan nama ini merupakan sesuatu yang menarik. Ferlin mengetahui bahwa nama 'petugas patroli' sudah terkenal sebagai gerombolan penipu dan penjahat, oleh karena itu dengan mengubah namanya menjadi polisi, hal itu akan memberi kesan yang berbeda kepada penduduk.     

"Selamat siang, Tuan Eltek." Seseorang dalam antrian mengenali dirinya dan menyapa. "Anda juga datang untuk membeli gandum?"     

"Silahkan mengantri di sini bersamaku."     

"Silahkan mengantri di tempatku, Tuan Eltek."     

"Tidak, itu tidak perlu." jawab Ferlin sambil melambaikan tangannya dan berdiri di belakang antrian. "Terima kasih."     

"Anda sangat populer di sini," Seorang pria setengah baya yang mengantri di depannya tertawa dan berkata, "Anda benar-benar mantan Kesatria Utama di Wilayah Barat."     

Ferlin sedikit terpana mendengar ucapan pria tua itu. "Anda tahu tentang masa laluku …."     

"Haha, tentu saja. Hal ini bukan rahasia di Kota Perbatasan." jawab pria itu sambil menyentuh dagunya sendiri dan menyeringai. "Putra dan putriku sangat menyukaimu. Sejak putra tertuaku yang bernama Nat, mendengar tentang latar belakang Anda, ia tidak bisa berhenti berbicara betapa ia ingin menjadi seorang kesatria sama seperti Anda."     

"Itu semua hanya masa lalu." jawab Ferlin sambil menggelengkan kepalanya. "Dan Yang Mulia tidak lagi membutuhkan para kesatria."     

"Itu karena kita sudah memiliki Tentara Pertama." jawab pria itu dengan santai. "Di masa lalu, aku tidak akan berani berbicara dengan Anda seperti ini."     

Memang, ketika Ferlin masih menjadi kesatria Adipati Ryan, kebanyakan orang biasa bahkan tidak berani memandang ke arahnya. Desas-desus tentang Ferlin biasanya mengenai kekaguman dan rasa iri dari orang-orang, tetapi yang paling sering terdengar mereka biasanya membicarakan dirinya karena rasa takut mereka terhadap Ferlin. Satu-satunya orang yang berani menatap mata Ferlin, dan yang bisa berbicara langsung kepadanya tanpa memandang statusnya adalah Irene. Mereka pertama kali bertemu di sebuah teater, dan Ferlin langsung jatuh cinta kepada Irene pada pandangan pertama.     

Setelah pasukan Adipati Ryan dikalahkan dan Ferlin menjadi tawanan di Kota Perbatasan, awalnya ia pikir dirinya hanya berganti majikan saja. Ferlin tidak menyangka akhirnya ia akan menjadi guru bagi banyak orang dan menerima penghormatan dari seluruh masyarakat.     

Bentuk rasa hormat yang ditunjukkan masyarakat pada Ferlin benar-benar berbeda dari masa lalu ketika ia masih menjadi seorang kesatria. Orang-orang tidak lagi menghindari Ferlin dan malah mendekatinya. Dibandingkan dengan rasa hormat yang ditunjukkan orang dengan cara menjaga jarak kepadanya, menjadi guru membuat Ferlin merasa lebih nyaman dan puas.     

Mungkin, aku memang tidak cocok untuk menjadi seorang kesatria.     

…     

Setelah menunggu lebih dari lima belas menit, akhirnya tiba giliran Ferlin Eltek.     

"Tolong perlihatkan kartu identitas Anda." kata sang penjual sebelum akhirnya gadis itu melihat siapa yang hendak membeli gandumnya. "Guru Ferlin?" seru gadis itu.     

"Halo, Betty." Ferlin juga merasa sedikit terkejut mengetahui gadis yang menjual gandum ini adalah mantan muridnya dari angkatan pertama. Ferlin segera bertanya dengan gembira, "Kini kamu bekerja di Balai Kota?"     

"Benar sekali," jawab Betty dengan ceria dan membungkuk ke arah Ferlin seolah-olah ia masih berada di sekolah. "Aku adalah pekerja magang di Balai Kota, dan saat ini aku bekerja di Departemen Pertanian."     

Ferlin tidak ingin membuat orang-orang di belakangnya menunggu, jadi ia buru-buru menyerahkan kartu identitasnya bersama dengan enam keping perak. "Oh ya, aku ingin membeli satu karung gandum ukuran sedang."     

"Baik!" Betty mencatat nama Ferlin dan pesanannya di buku penjualan lalu ia berteriak ke arah ruangan di belakangnya. Seorang kurir keluar dari gudang dan meletakkan satu karung gandum di atas meja. Pemeriksaan dan pemilihan barang dilarang di kios ini. Setiap karung sudah diisi sebelumnya dan diklasifikasikan sebagai karung ukuran besar, ukuran sedang atau ukuran kecil menurut beratnya. Satu karung kecil kira-kira mampu memberi makan dua orang selama satu bulan. Harga makanan sudah ditetapkan dan tingkat fluktuasi[1] sangat jarang terjadi. Kartu identitas harus ditunjukkan selama transaksi, dan volume pembelian setiap pelanggan dibatasi. Ferlin mengerti tujuan kebijakan ini diterapkan adalah untuk mencegah satu orang membeli sejumlah besar makanan untuk dirinya sendiri, yang akan menyebabkan kekurangan bahan makanan untuk orang lain yang sama-sama membutuhkan makanan.     

"Guru, jika Anda sempat, datanglah ke rumahku." kata Betty sambil mengembalikan kartu identitas Ferlin.     

"Tentu saja." jawab Ferlin sambil tersenyum. Ferlin membawa karung gandumnya dan menyingkir ke pinggir jalan sehingga orang berikutnya dapat membeli gandum. Irene masih belum datang, dan Ferlin menduga mungkin istrinya masih melihat-lihat produk lain. Kemudian Ferlin berpikir untuk menemukan sebuah tempat yang mudah dilihat dan nyaman di mana ia bisa meletakkan karungnya dan duduk untuk beristirahat.     

Saat itu, sosok berwarna biru samar melintas di depan Ferlin.     

Ferlin tersentak dan langsung menoleh secara refleks, kemudian ia merasa seluruh tubuhnya menggigil. Sosok itu adalah seorang wanita cantik dengan bentuk wajah yang sangat unik dan rambutnya yang berwarna biru adalah jenis warna rambut yang sangat langka. Wanita ini adalah tipe wanita yang tidak mudah dilupakan begitu saja oleh orang setelah orang melihatnya. Ferlin merasakan darah di seluruh tubuhnya membeku. Ini bukan karena kecantikan luar biasa yang dimiliki wanita itu, tetapi karena … Ferlin telah melihat wanita ini sebelumnya di ruang keluarga kediaman Eltek.     

Ketika Ferlin masih kecil, ia sering bertanya tentang orang yang ada di potret yang digantung di posisi paling menonjol di salah satu dinding aula kediamannya. Namun, ayahnya selalu diam dan tidak menjawab. Orang yang ada di dalam potret itu adalah seorang wanita, tetapi potretnya digantung lebih tinggi daripada potret leluhurnya yang lain. Hanya sekali, ketika sedang mabuk, ayahnya menyebut siapa wanita yang ada di dalam potret itu.     

Jika tidak salah ingat, wanita dalam potret itu adalah … pendiri Keluarga Eltek.     

Bagaimana … mungkin?!     

"Maaf membuatmu menunggu." Suara Irene menyentak Ferlin dari pikirannya yang sedang bingung. "Aku pergi untuk memilih beberapa telur, dan juga membeli sepotong kecil mentega. Apakah kamu sudah membeli gandumnya?"     

"Ya …," jawab Ferlin tetapi pikirannya masih memikirkan wanita berambut biru itu.     

Saat kembali ke rumah, Ferlin terus terbayang akan sosok wanita itu di pikirannya. "Mengapa aku melihat leluhur Keluarga Eltek ketika aku sedang berada di Kota Perbatasan?"     

Setelah merenung untuk waktu yang lama, Ferlin memutuskan bahwa ia harus kembali ke Benteng Longsong.     

Ketika Ferlin memberi tahu Irene tentang rencananya ini, Irene mengerutkan kening. "Bukankah kamu sudah memutuskan hubungan dengan keluargamu? Mengapa kamu ingin kembali ke sana?"     

"Uh … karena," kata Ferlin ragu-ragu, "Untuk mengurus beberapa hal."     

"Kamu hendak mengurus hak warismu?" tanya Irene sambil memiringkan kepalanya. "Pasti bukan karena itu. Atau karena … ada seorang wanita?"     

"Uh," jawab Ferlin. "Itu tidak mungkin!"     

"Tetapi dari matamu aku tahu bahwa kamu sedang berbohong." Irene mendorong Ferlin ke kursinya dan menatap Ferlin dengan serius. "Kamu berjanji padaku untuk menjadi kesatria pelindungku, dan aku percaya bahwa kamu tidak akan mengingkari janji ini. Itulah sebabnya aku sekarang merasa sangat penasaran … apa hal yang tidak bisa kamu ceritakan padaku? Ingatkah kamu ketika kita masih tinggal rumah pertanian di pinggir Benteng Longsong, kita sudah berjanji untuk tidak merahasiakan apa pun satu sama lainnya?"     

Ferlin menatap mata Irene yang bening dan indah. Tentu saja Ferlin ingin berbagi semuanya dengan Irene dalam segala keadaan dan dalam segala hal. Meskipun mengalami begitu banyak kesulitan bersama, Irene tidak pernah berubah dan selalu mencintai Ferlin.     

Ferlin menarik nafas dalam-dalam dan memeluk Irene. Dengan suara lembut, Ferlin memberitahu Irene tentang apa yang dilihatnya di pasar tadi.     

"Jadi, begitu." Setelah mendengarkan ceritanya, Irene menganggukkan kepalanya. "Pergilah jika memang kamu ingin mengetahui siapa wanita itu."     

"Kamu … percaya padaku?" Jika dipikir kembali, bahkan Ferlin sendiri tidak bisa mempercayai kisah yang tidak masuk akal ini dengan mengatakan bahwa leluhurnya mungkin masih hidup.     

"Tentu saja aku percaya." jawab Irene sambil mengedipkan matanya. "Karena kali ini, kamu tidak memalingkan wajahmu dariku."     

[1] Naik turunnya harga     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.