Bebaskan Penyihir Itu

Serang



Serang

0"Bergerak lebih cepat!"     
0

"Pertahankan tangan kalian agar tetap stabil. Masukkan peluru ke dalam lubang amunisi satu per satu!"     

"Rekan satu tim kalian di garis depan membutuhkan kalian untuk bertindak cepat. Kalau tidak, kalian akan memberi musuh kesempatan untuk mendekati dan membunuh kalian!"     

"Jangan melihat ke tempat lain! Tetap fokus pada pekerjaan yang sedang kalian kerjakan!"     

"Selama rekan satu tim kalian masih menembak, kalian harus tetap mengisi ulang pelurunya!"     

Di kamp militer Tentara Pertama, Brian dengan keras melatih para anggota baru, dan Nail adalah salah satu di antara sekian banyak anggota baru itu.     

Nail bukanlah seorang prajurit yang baru direkrut, melainkan veteran di Tentara Pertama. Setelah Pasukan Milisi mengalahkan binatang iblis di bawah kepemimpinan Yang Mulia, Nail bergabung dengan pasukan lagi atas rekomendasi dari Si Kepala Besi. Menurut Si Kepala Besi, jauh lebih mudah untuk menggunakan senjata api untuk melawan dan melindungi Yang Mulia dan Nona Nana daripada menghabiskan sisa hidup Nail dengan menambang di pertambangan.     

Tidak lama setelah Nail bergabung dengan Pasukan Milisi, nama mereka diubah menjadi Tentara Pertama. Di bawah kepemimpinan Pangeran Roland dan Si Kapak Besi, pasukan di mana Nail bertugas tidak hanya pernah mengalahkan binatang iblis tetapi juga pernah mengalahkan pasukan kesatria besar yang ia anggap tidak terkalahkan. Mereka berhasil mengalahkan pasukan Adipati Ryan dan bahkan mencegah pasukan Timothy menginjakkan kaki di Kota Perbatasan. Setelah kedua pertempuran itu, Nail dipromosikan menjadi pemimpin tim di Pasukan Senjata Api.     

Namun, menurut tradisi Tentara Pertama, setiap kali ada sejumlah besar calon prajurit baru yang datang, beberapa veteran akan dipilih untuk bergabung dengan pleton yang baru dibentuk. Mereka akan hidup dan makan bersama dengan para anggota baru dan menemani mereka dalam berlatih sebagai instruktur mereka. Ketika Nail pertama kali mengetahui bahwa ia telah dipilih untuk menjadi instruktur, awalnya ia tidak mau menerima posisi itu. Nail enggan meninggalkan garis depan dan teman-teman pertempurannya yang sudah akrab dengannya, tetapi memikirkan para veteran yang telah membantunya ketika ia masih menjadi anggota baru di Pasukan Milisi, ia tidak punya pilihan selain menerima tugas ini.     

Pada waktu itu, instruktur dalam pasukan Nail adalah Tuan Brian, yang sekarang sudah menjadi seorang komandan Batalion Pertama di Pasukan Senjata Api.     

Nail berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan menjadi seseorang sama seperti Tuan Brian, mengenakan medali yang dianugerahkan oleh Yang Mulia dan memberi perintah kepada hampir seribu tentara. Si Kepala Besi benar. "Pekerjaan ini jauh lebih menjanjikan daripada sekedar mengoperasikan mesin uap di penambangan."     

"Tuan, berapa lama kita harus terus berlatih seperti ini?" Seorang pria muda di pleton Nail menggerutu. "Sekarang masih turun salju."     

"Teruslah berlatih sampai kamu bisa menyelesaikan pengisian amunisi dalam waktu sekitar setengah menit dengan mata terpejam," Nail berhenti di depan pemuda itu dan berkata. "Namamu Haimon, bukan? Ingatlah kamu harus berkata 'lapor' terlebih dahulu sebelum kamu berbicara. Itu aturan di dalam pasukan Tentara Pertama!"     

"Lapor!" teriak seorang pemuda pendek yang ada di sebelah Haimon, tangan pemuda itu terus mengisi lubang amunisi sepanjang waktu, "Apakah kami akan mendapatkan telur untuk makan malam nanti?"     

Mendengar pertanyaan ini, banyak prajurit di pleton mulai menjilat bibir mereka.     

Nail tidak bisa menahan senyumnya. Nail mengerti selain pelatihan militer yang ketat selama dua minggu, pasokan makanan yang cukup juga merupakan faktor penting untuk menjaga semangat para prajurit baru dari Wilayah Utara dan Selatan dalam kondisi bersalju seperti itu. Mereka memiliki bubur gandum dan dendeng daging asin untuk makanan mereka, dan kadang-kadang mereka juga akan mendapatkan sepotong acar ikan atau bahkan telur. Namun telur hanya diberikan setelah pertempuran melawan binatang iblis atau setelah menjalani pelatihan lapangan.     

"Yah, sebaiknya kamu bertanya pada binatang iblis apakah mereka akan datang ke Kota Perbatasan hari ini." jawab Nail sambil mengangkat bahu. "Siapa namamu?"     

"Namaku Al Bitter, Tuan," jawab pemuda itu.     

"Butuh hampir setengah hari bagi kalian untuk memasukkan satu peluru. Tetangga yang tinggal di sebelah rumahku adalah seorang wanita tua, ia bahkan bisa jauh lebih gesit daripada kalian," Nail tiba-tiba berhenti tersenyum dan berkata dengan serius. "Jika kalian tidak bisa meningkatkan diri kalian ketika pelatihan hari ini selesai, aku akan menahan jatah makan kalian untuk mendapatkan bubur gandum dan dendeng daging, dan jangan berharap kalian bisa mendapatkan telur!"     

Para prajurit baru itu segera menundukkan kepala dan berusaha lebih fokus. Tidak ada yang mau dihukum seperti itu.     

Tepat pada saat itu, lonceng di tembok kota berdentang dengan cepat.     

Binatang iblis sedang menuju ke sini!     

"Berhenti berlatih!" Brian berteriak, "Semua instruktur harap bawa pasukan kalian ke area tembok kota. Bersiaplah untuk bertempur!"     

"Apakah kalian mendengar perintah Tuan Brian?" kata Nail kepada pasukan anggota baru. "Semua orang bawa amunisi kalian! Berbaris dan naik ke puncak tembok kota, seperti yang kalian lakukan saat berlatih. Posisi kita adalah bagian keempat di tembok kota. Cepat jalan!"     

"Kini para prajurit baru akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan telur untuk makan malam hari ini." pikir Nail dalam hati.     

…     

Setelah tiba di posisi mereka masing-masing, Nail melihat Pasukan Senjata Api sudah dalam posisi siap menembak. Melihat bayang-bayang gelap binatang iblis yang mendekat perlahan-lahan, Nail dengan tenang melakukan pemeriksaan terakhir dan memerintahkan pasukannya untuk mengarahkan moncong senjata mereka di sela-sela tembok kota.     

Entah bagaimana Nail merasa agak kecewa. Nail sendiri merasa ia bisa memberikan serangan kepada binatang iblis itu dengan menggunakan senapan mesinnya.     

Peluru-peluru itu dimasukkan ke dalam lubang amunisi satu per satu kemudian diletakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh para prajurit yang ada di depan. Ada satu atau dua orang yang bertanggung jawab untuk pengisian peluru di belakang setiap prajurit. Jika perlu, para veteran bisa menembakkan lima peluru dalam satu kali tembakan. Senjata baru ini memang jauh lebih kuat daripada senjata api yang sebelumnya digunakan.     

"Lihat! Para penyihir sudah tiba di sini!" bisik Haimon.     

"Mereka begitu … cantik." gumam Al Bitter. "Sebelum aku datang ke sini, aku hanya mendengar tentang para penyihir dari gereja dan aku berpikir mereka pasti jelek dan mengerikan."     

"Hanya itu yang kamu perhatikan?" dengus Haimon. "Apakah kamu tidak ingat ada penyihir yang membawa sebuah pedang raksasa? Gadis itu bahkan bisa membelah dan membunuh tubuh binatang hibrida iblis. Oh! Andai saja aku memiliki kekuatan seperti gadis itu."     

"Jika itu benar-benar kekuatan iblis …."     

"Diamlah kalian!" teriak Nail. "Nona Nana juga seorang penyihir. Menurut kalian, apa Nona Nana juga iblis?" Lalu Nail merendahkan suaranya dan berkata, "Nona Nana adalah seorang malaikat bagi kota kita. Kekuatan yang dimiliki Nona Nana sama seperti kekuatan para dewa, mengerti? Jika kalian berani mengatakan hal seperti itu di depan veteran Tentara Pertama, aku yakin kalian pasti akan habis dipukuli. Sekarang fokuslah untuk mengisi amunisi. Kita tidak sedang berlatih!"     

Setelah meneriaki kedua pemuda cerewet itu, Nail melirik ke arah binatang iblis yang bergerak maju, "Binatang iblis ini terlihat hampir sama dengan binatang yang datang sebelumnya. Tampaknya pertempuran ini akan mudah … tunggu dulu, apa itu?"     

Tampaknya ada sesosok raksasa di antara bayangan hitam itu, sesuatu seperti Monster Iblis berkulit penyu, tetapi tampaknya jauh lebih besar dan bergerak lebih cepat.     

Ketika binatang iblis itu semakin dekat, Nail hanya bisa melongo menatapnya. Itu adalah binatang iblis raksasa yang belum pernah dilihat oleh Nail! Taringnya yang besar tampak lebih tebal dari tubuh manusia dewasa, seperti sabit yang mencuat ke atas! Keempat kakinya tampak seperti pilar batu, bergerak menendang lapisan salju dengan mudah seperti menginjak mentega. Setiap langkah binatang iblis itu membuat bumi bergetar. Tembok kota yang tingginya lebih dari empat meter bahkan masih lebih rendah dari rahang monster itu. Jika binatang itu menabrak dinding, tembok kota ini mungkin akan hancur berkeping-keping!     

Ada pasukan artileri!     

Tidak diragukan lagi, senjata api memiliki pengaruh yang sangat terbatas pada monster raksasa seperti itu, dan hanya peralatan besar milik pasukan artilerilah yang mampu menghentikannya! Meriam 152 mm baru yang ditempatkan pada bagian keenam tembok kota adalah peralatan artileri paling kuat yang mereka miliki saat ini.     

Pada saat itu, para prajurit baru mulai berteriak ketakutan, "Ya Tuhan! Lihat! Monster apa itu?!"     

"Ya Dewa kasihanilah kami! Apakah itu iblis yang datang dari neraka?!"     

"Tutup mulut dan fokuslah pada tugas kalian!" Nail berteriak sambil menelan ludahnya lalu ia melihat meriam baru di bagian keenam tembok kota. Larasnya yang memantulkan cahaya keperakan perlahan berbalik dan mengarah kepada monster raksasa itu.     

Kemudian nyala api terlihat ditembakkan ke udara, dan suara meriam itu menggelegar dan menembakan peluru dengan keras!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.