Bebaskan Penyihir Itu

Sang Pencabut Nyawa



Sang Pencabut Nyawa

0Ayt tidak mampu bergerak sama sekali karena ketakutan. Ayt tidak berdaya menatap monster raksasa itu, yang sekarang juga menoleh ke arah dirinya. Ayt bisa dengan jelas melihat lendir yang menetes dari taring monster itu.     
0

"Tenanglah. Aku tidak akan memakanmu." Binatang itu tiba-tiba berbicara dalam bahasa manusia dengan suara serak, dan membuat Ayt berteriak ketakutan.     

Ayt kembali dikejutkan ketika ia melihat seorang gadis melompat turun dari punggung burung raksasa itu. Gadis itu berjalan menuju ke arah Si Bukit Perunggu, ia membalikkan tubuhnya dan memeriksa kondisi Si Bukit Perunggu. Gadis itu berkata kepada binatang itu, "Pria ini masih hidup. Maggie, kirim pria ini kepada Nana."     

"Baik, owwh!" Burung raksasa itu tampaknya mengerti apa yang dikatakan gadis ini. Lalu binatang itu meraih Si Bukit Perunggu dengan cakarnya dan terbang lagi. Binatang itu mengepakkan sayap raksasanya dan menciptakan angin kencang, dan membuat Ayt tidak bisa membuka matanya. Ketika terpaan angin dan salju itu akhirnya berhenti, Ayt memicingkan matanya ke arah tembok kota tetapi ia tidak melihat apa-apa sama sekali - seolah-olah semua yang terjadi itu hanyalah mimpi.     

"Tidak, ini bukan mimpi … gadis itu masih di sini!" pikir Ayt.     

Ayt bisa melihat samar-samar sosok gadis itu dalam kegelapan. Memang tidak ada cahaya terang di sekitar mereka, tetapi pupil mata gadis itu memancarkan cahaya berwarna keemasan yang aneh, seperti bintang di malam hari.     

"Kamu … kamu adalah …."     

"Aku datang untuk membantumu." jawaban gadis itu membuat Ayt semakin tercengang.     

"A … apa?" Ayt merasa ini lebih tidak masuk akal daripada sebuah mimpi. "Kamu di sini untuk membantuku?"     

"Benar. Yang Mulia Roland yang mengutusku ke sini." gadis itu berjongkok, ia mengeluarkan sebuah pedang panjang dari tubuh mayat-mayat yang sudah bergeletakkan di tanah dan mengayunkan pedangnya, kelihatannya ia sama sekali tidak peduli dengan kenyataan bahwa pedang itu berlumuran darah.     

Ayt diliputi perasaan mual. Ayt muntah dua kali tetapi ia tidak bisa memuntahkan apa pun kecuali cairan asam lambung. Saat itu, di luar tembok kota, terdengar suara teriakan orang-orang. Binatang itu baru saja menakuti musuh - tetapi sekarang setelah mereka melihat binatang itu pergi, dan mereka tidak tahu apa yang baru saja terjadi di atas tembok kota, musuh mulai bergerak untuk menyerang lagi.     

"Diutus oleh 'Yang Mulia' … maksudmu Pangeran Roland dari Kota Perbatasan?" tanya Ayt terkesiap.     

"Memangnya ada Roland yang lain selain dia?" tanya gadis berambut hitam itu, ia mulai menyatroni senjata-senjata lain dari mayat-mayat itu. Ayt segera memalingkan kepalanya melihat pemandangan yang menjijikan itu.     

"Tetapi setidaknya dibutuhkan waktu tiga hari untuk sampai ke sini dari Kota Perbatasan … bagaimana Yang Mulia bisa mengetahui tentang pemberontakan keempat keluarga bangsawan di sini secepat itu?" Ayt menelan ludah dan kembali bertanya, "Dan binatang yang tadi itu …."     

"Burung raksasa itu bukan binatang buas, tetapi penyihir yang datang ke sini untuk menyelamatkanmu." kata gadis berambut hitam itu. "Aku tidak punya waktu untuk menjawab semua pertanyaanmu. Sebaiknya kamu diam saja."     

Karena tidak ada senjata api yang menembaki musuh saat ini, musuh dapat dengan mudah muncul di atas tembok kota. Ketika obor sudah menerangi tempat itu lagi, musuh terkejut ketika mereka melihat hanya seorang gadis yang sedang berdiri di hadapan mereka.     

Suara tawa gadis itu memecah kesunyian malam.     

Ayt segera menyadari apa arti tawa gadis itu.     

"Tetap waspada. Jangan beri kesempatan kepada gadis ini untuk mengelabui kita."     

"Jangan khawatir, Tuanku. Kami akan membantu Anda membereskan gadis ini, tetapi nanti …."     

"Setelah aku selesai bermain-main dengan gadis itu, aku akan menyerahkannya kepada kalian."     

"Hm … baiklah, aku tidak keberatan."     

"Cepat berlindung di belakangku!" kata Ayt kepada gadis berambut hitam itu sambil berjuang untuk bangkit berdiri, tetapi apa yang terjadi selanjutnya membuat Ayt tercengang.     

Sebuah cahaya berwarna perak tampak melesat dan tawa gadis itu langsung sirna.     

Tubuh sang pemimpin musuh dipotong menjadi dua bagian oleh pedang panjang milik gadis itu. Perisai dan baju zirah pria itu tidak bisa menghentikan tebasan pedang gadis itu sama sekali. Malah, musuh bahkan tidak sempat melihat ketika pedang gadis itu menyerangnya.     

Ketika dua potongan tubuh musuh itu jatuh ke tanah dan darahnya menyembur keluar ke mana-mana, seringai yang ada di wajah para musuh itu langsung sirna seketika.     

Namun, serangan itu baru permulaan saja.     

Gadis berambut hitam itu mengambil satu langkah ke depan dan menebaskan pedangnya. Sebelum Ayt bisa melihat dengan jelas gerakan pedangnya, Ayt mendengar suara daging yang tercabik dan suara tulang-tulang yang patah.     

Ketiga pria itu tidak punya waktu untuk bereaksi karena perut mereka semua sudah terbelah.     

Isi perut mereka terburai dan jatuh bercampur dengan darah ke tanah.     

"Kamu …" Ayt membuka mulutnya sedikit tetapi ia tidak bisa mengucapkan apa-apa.     

Gadis berambut hitam itu balas menatap Ayt dan berkata, "Pergilah temukan temanmu yang masih hidup dan berkumpulah di atas tembok benteng. Seseorang akan menjemput kalian nanti." Setelah mengucapkan kata-kata itu, gadis itu langsung melompat turun dari tembok.     

"Tembok benteng ini tingginya lebih dari 9 meter!" Ayt berusaha menahan semua rasa sakit di tubuhnya, ia merangkak untuk memanjat ke dekat dinding dan melihat ke bawah tembok. Ayt melihat kerumunan musuh di sana berubah menjadi serpihan daging. Gadis itu membunuh semua orang yang ditemuinya ke mana pun ia pergi. Dengan bebas gadis itu berlarian di antara kerumunan musuh, senjatanya bergerak dengan lancar di tangannya. Gadis itu dengan mudah memotong seluruh tubuh musuh yang berani berdiri di depannya, dan gerakan pedang gadis itu seperti sedang menuai gandum.     

Dalam waktu kurang dari lima belas menit, semua musuh sudah berhasil dibunuh.     

Musuh belum pernah melihat lawan yang begitu sengit dan tangguh seperti itu, yang menyerang lebih cepat dari serigala salju dan lebih kuat dari beruang. Menghadapi pedang gadis berambut hitam itu, tidak ada orang yang sempat bereaksi, menghindar, atau bahkan bertarung melawan gadis itu. Para bangsawan segera mundur dan serbuan musuh langsung lenyap, hanya karena menghadapi serangan satu orang gadis.     

Gadis berambut hitam itu mengikuti kerumunan musuh yang melarikan diri sepanjang jalan, ia meninggalkan jejak darah di belakangnya. Saat melihat semua pemandangan ini, Ayt jatuh terduduk dengan lemas ke tanah dan keringat dingin membasahi punggungnya.     

Gadis itu seorang penyihir?     

Penyihir atau bukan, persetan semuanya … yang penting … aku masih hidup!     

*******************     

Istana Longsong dikepung oleh para kesatria milik keempat keluarga bangsawan. Satu lusin api unggun yang dipasang mengelilingi istana menerangi tempat itu.     

Setelah pertempuran siang dan malam, lantai dua istana Longsong sudah berhasil ditaklukkan. Keluarga Penghisap Madu sekarang bersembunyi ke bagian paling atas istana Longsong dan mereka pasti sedang menderita kelaparan dan ketakutan di sana.     

Jacques Medde memandangi istana Longsong yang megah itu dan ia mulai merasa bersemangat.     

Setelah ayahnya meninggal, Jacques Medde melakukan perjalanan jauh ke Kota Raja hanya untuk mewarisi gelar Earl yang diberikan oleh Raja Timothy, tetapi sekarang Jacques memiliki kesempatan yang lebih baik lagi.     

Raja Timothy menyebutkan dalam surat rahasia itu bahwa jika Jacques bisa merebut Benteng Longsong untuknya, pasukan Raja akan datang ke sini saat Bulan Iblis berakhir untuk menaklukkan sang pangeran pemberontak, Roland Wimbledon. Begitu pangeran pemberontak itu disingkirkan, Timothy mungkin akan membiarkan Jacques Medde tetap memerintah di Wilayah Barat.     

Jika digabungkan dengan wilayah kekuasaan milik Earl Keluarga Penghisap Madu, Jacques akan memiliki tanah dan wilayah kekuasaan yang lebih luas sekaligus mendapatkan gelar sebagai Adipati!     

"Adipati Jacques Medde. Itu nama yang luar biasa!" pikir Jacques.     

"Istana Longsong itu juga akan menjadi tempat tinggalku selanjutnya."     

"Tuanku, pleton keenam telah kembali," seorang kesatria datang dan melaporkan kepada Jacques, "Dan mereka mengatakan mereka mendengar lebih sedikit bunyi senjata api yang dikeluarkan musuh. Apakah sudah waktunya bagi kita untuk mengirim pasukan kesatria berbaju zirah ke lantai paling atas?"     

Jacques Medde mengangguk dan berkata, "Pergi dan laksanakan."     

Pasukan kesatria berbaju zirah khusus dikembangkan untuk melawan serangan senjata api musuh. Selama pertempuran, 3 atau 4 prajurit membentuk sebuah tim - 2 dari mereka akan memegang perisai yang terbuat dari kayu berlapis besi, yang bisa menutupi semua anggota tubuh mereka, dan perisai itu memiliki lubang untuk membidik dan menembak musuh. Untuk membuat perisai seperti ini dalam jumlah besar, Jacques membuat keputusan sulit untuk menghancurkan dan membuat perisai itu dari bahan 12 baju zirah kesatria biasa. Tentu saja, perisai berlapis besi tebal itu juga memiliki kelemahan. Karena beratnya, perisai berlapis besi itu sulit untuk dibawa dan seluruh tim harus bergerak secara perlahan. Dengan demikian, pasukan ini akan dengan mudah menjadi sasaran empuk bagi musuh.     

"Untungnya, Keluarga Penghisap Madu tidak bisa bertahan lagi." Jacques mencibir dalam hati. "Tidak disangka mereka bisa bereaksi dengan cepat dan menarik sebagian prajurit dan kesatria mereka kembali ke istana sebelum pasukan keempat keluarga tiba di istana, dan kini mereka hanya memiliki hampir seratus orang kesatria untuk melindungi diri mereka. Tidak mungkin Keluarga Penghisap Madu bisa bertahan dalam pertempuran ini lebih lama.     

"Mungkin perlu beberapa hari lagi sebelum Pangeran Roland menerima berita penyerangan ini." pikir Jacques dengan penuh percaya diri.     

"Jika aku mengirim kepala Petrov Hull sebagai hadiah kepada Roland Wimbledon, aku ingin tahu seperti apa reaksi sang pangeran?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.