Bebaskan Penyihir Itu

Hancurnya Geng Penumpah Darah



Hancurnya Geng Penumpah Darah

0Perasaaan Si Gigi Ular langsung menciut.     
0

"Lepas … kan … " tenggorokan Si Gigi Ular tercekat karena rasa takut. Si Gigi Ular membuka mulutnya tetapi suara yang keluar terdengar serak dan pelan.     

"Maksudmu 'lepaskan ia'? Baiklah!" Pria itu menendang kursi yang ada di bawah kaki Si Bunga Matahari, tubuh gadis itu langsung menegang. Tali itu ternyata diikat di leher Si Bunga Matahari. Si Bunga Matahari menendang-nendang dengan kalut, tangan di belakang punggungnya mengepal dan ia bisa melepaskan ikatan tangannya, tetapi tidak satu pun hal ini yang bisa menolong dirinya melepaskan ikatan yang ada di lehernya.     

Si Cakar Macan bergegas maju untuk menolong Si Bunga Matahari, tetapi kepalanya dipukul dari belakang dengan sebatang kayu dan ia jatuh ke lantai.     

"Jika kami tidak menunggu kalian pulang, aku pasti sudah membunuh gadis ini sejak tadi." kata salah satu anak buah Kanas sambil mencibir. "Alasan yang bagus, diare?! Kalian mungkin tidak tahu, tetapi kami punya banyak orang untuk mengawasi gerak-gerik kalian. Kami tahu anjing kampung seperti kalian tidak bisa disiplin. Kami tahu kami harus memberi kalian pelajaran untuk memastikan kalian mematuhi peraturan di Geng Penumpah Darah!"     

"Itu adalah kesalahanku!" Si Gigi Ular berlutut. "Tolong lepaskan temanku! Si Bunga Matahari bahkan tidak pernah keluar dari ruangan ini!"     

"Pelacur kecil ini sudah berbohong padaku," kata anak buah Kanas sambil mengangkat bahu. "Gadis ini bersumpah kalian hanya sedang mencari tempat untuk buang air besar. Bahkan meski 2 giginya telah patah, gadis ini masih tetap tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Untuk apa aku biarkan gadis ini tetap hidup? Supaya gadis ini bisa membalas dendam kepadaku suatu saat nanti?"     

"Mereka ingin membunuh kami semua!" Si Gigi Ular tiba-tiba menyadari sesuatu. Si Gigi Ular berjuang untuk mengangkat kepalanya, ia melihat perjuangan Si Bunga Matahari semakin lemah dan tubuhnya mulai terkulai. Si Gigi Ular memaksakan dirinya untuk tidak memandang ke arah temannya, melainkan memperhatikan belati yang tergantung di pinggang anak buah Kanas. Pria itu hanya berjarak 3 meter dari Si Gigi Ular. Jika Si Gigi Ular bisa bergegas dan merebut belati itu ….     

Tiba-tiba, tali yang mengikat leher Si Bunga Matahari terputus.     

Si Bunga Matahari jatuh ke lantai dan tidak bergerak.     

"Apa-apaan ini …" anak buah Kanas mengerutkan kening, tetapi sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, darah menyembur dari lehernya, dan darahnya terciprat ke wajah Si Gigi Ular.     

Si Gigi Ular menatap pemandangan yang ada di depannya.     

Sementara itu, terdengar suara keributan dari luar ruangan itu.     

"Berhenti! Ini adalah wilayah Geng Penumpah Darah!"     

"Ada … ada orang yang masuk ke tempat ini!"     

"Oh! Tanganku!"     

"Sialan! Cepat keluar dan bunuh gadis itu!"     

"Gadis itu mon … monster! Tolong …!"     

Para anak buah Kanas saling memandang dan mengeluarkan senjata mereka. Sebelum mereka bisa melarikan diri, sebuah sosok terbang ke dalam pondok dan merobohkan kedua pria yang ada di depannya.     

Kemudian Si Gigi Ular melihat si penyerang itu - seorang wanita berambut hitam yang rambutnya diikat kuncir kuda. Wanita itu mengenakan gaun panjang berwarna hitam dan matanya berwarna keemasan. Si Gigi Ular merasakan darahnya membeku ketika wanita itu melirik ke arahnya.     

"Jatuhkan senjata kalian, letakkan tangan di atas kepala dan berlututlah. Jika kalian masih ingin hidup." Wanita itu mengulurkan 3 jarinya. "Aku akan menghitung sampai 3. Siapa pun yang tidak mengikuti instruksiku akan mati."     

"Tiga."     

Suasana hening beberapa detik sebelum akhirnya terdengar seseorang berteriak, "Ya ampun, kemampuan bertarung seperti itu … gadis ini pasti bernilai sekitar 100 keping emas!"     

"Semuanya, ayo serang!"     

"Tangkap gadis itu dan bos pasti akan memberikan kita hadiah!"     

"Tangkap gadis itu hidup-hidup!"     

"Lupakan saja. Kalian semua lebih baik mati." Gadis itu mengangkat sebuah pedang raksasa berbentuk aneh dan menyerbu kerumunan anak buah Kanas. Si Gigi Ular tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Pedang itu terbuat dari besi cor, dan apa pun yang disentuh pedang itu langsung hancur. Wanita berambut hitam itu bergerak dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga bubuk racun dan busur panah anak buah Kanas nyaris tidak bisa melukai dirinya. Senjata anak buah Kanas yang selama ini terlihat efektif tidak bisa mengenai wanita itu sama sekali. Kerumunan itu tidak bisa melarikan diri dari kejaran wanita berambut hitam itu, apalagi untuk melawan wanita itu.     

"Lindungi temanmu, nak," sebuah suara terdengar di telinga Si Gigi Ular tetapi ia tidak bisa melihat siapa-siapa.     

Si Gigi Ular menelan ludah dan ia merangkak ke samping Si Bunga Matahari dengan panik. Si Gigi Ular meletakkan tangannya ke lubang hidung Si Bunga Matahari untuk memeriksa apakah masih ada napas.     

Si Bunga Matahari mengembuskan udara hangat sedikit … ia masih hidup!     

Si Gigi Ular merasa ia ingin menangis, ia merasa lega karena dirinya dan temannya bisa selamat, dan hal itu membuat emosinya sedikit terguncang.     

Pengumuman itu ternyata benar. Orang-orang ini telah diutus oleh sang pangeran untuk melenyapkan para pemimpin geng! Sekarang Si Gigi Ular dan teman-temannya punya harapan!     

Si Gigi Ular membungkuk ke arah Si Bunga Matahari, tangisnya pecah tidak tertahankan lagi.     

…     

Ketika ada lebih banyak tentara berseragam cokelat yang bergegas masuk ke ruangan, pertarungan itu akhirnya berakhir.     

Semua anggota Tikus yang masih hidup disuruh berdiri dalam sebuah barisan dan keluar dari ruangan satu per satu.     

"Kepalaku sakit," kata Si Cakar Macan sambil menggosok belakang kepalanya. "Benjolan di kepalaku sangat besar."     

"Bersyukurlah kamu tidak dipukuli sampai mati." sahut Si Gigi Ular dengan berlinang air mata.     

"Apa yang terjadi?" Si Bunga Matahari memijat lehernya yang tampak memar. "Aku pikir aku pasti akan mati."     

"Aku akan memberitahu kalian setelah kita keluar dari sini," jawab Si Gigi Ular sambil menggelengkan kepalanya. Si Gigi Ular takut jika ia menceritakan kejadian itu sekarang, ia pasti akan menangis lagi.     

"Giliranmu berbaris." Penjaga di pintu menaruh lengan Si Gigi Ular ke belakang punggungnya.     

Si Gigi Ular tidak melawan, dan ia mengikuti penjaga itu dengan patuh keluar dari ruangan. Seorang wanita berjubah putih berdiri di halaman, sebuah pemandangan yang kontras dengan wanita bergaun hitam tadi. Wajah wanita berjubah putih ini ditutupi kerudung, hanya sehelai rambut pirang ikal yang terlihat dari dalam kerudungnya.     

"Kamu boleh pergi setelah menjawab pertanyaan dari sang penguasa wilayah."     

"Baik," jawab Si Gigi Ular dengan patuh, ia terkagum-kagum dengan kehebatan pasukan ini.     

"Apakah kamu pernah melakukan pembunuhan?" Suara wanita berjubah putih itu terdengar manis dan menyenangkan, seolah-olah suaranya berasal dari dunia lain. "Bagaimana dengan pemerkosaan? Pernah melakukan perampokan?"     

Tiba-tiba Si Gigi Ular menyadari sesuatu - wanita berjubah putih ini yang sudah berbicara di telinganya tadi!     

"Aku tidak pernah melakukan semua perbuatan itu." kata Si Gigi Ular.     

"Baiklah." sahut wanita berjubah putih sambil mengangguk. "Tunggulah di alun-alun untuk mendapatkan makan malammu dari Yang Mulia Pangeran."     

Si Gigi Ular berhenti setelah melangkah 2 langkah. Si Gigi Ular mengumpulkan keberaniannya dan bertanya, "Apakah Anda seorang penyihir?"     

"Benar." Si Gigi Ular tidak menyangka wanita berjubah putih itu akan menjawab pertanyaannya, tetapi yang mengejutkan dirinya, penyihir itu bersedia memberikan jawaban.     

"Orang-orang itu adalah anak buah Kanas," Si Gigi Ular bicara sambil menggigit bibirnya. "Kanas tidak berada di sini selama 4 hari. Kanas pasti bersembunyi di suatu tempat bersama dengan Bos Penumpah Darah! Bos Penumpah Darah adalah kepala gengnya! Tolong jangan biarkan mereka lolos!"     

"Jangan khawatir. Mereka tidak akan lolos." Wanita berjubah putih itu tersenyum dan berkata dengan penuh percaya diri.     

…     

"Maksudmu … Yang Mulia Pangeran yang telah mengutus para penyihir itu untuk melenyapkan para pemimpin geng Tikus?" Si Cakar Macan terbelalak dengan tatapan tidak percaya.     

"Tidak hanya para penyihir tetapi juga banyak prajurit," Si Gigi Ular menceritakan kisah aneh yang baru saja ia saksikan. "Dugaanku benar - para penyihir itu diterima di wilayah kekuasaan Yang Mulia. Mereka bisa muncul di depan umum tanpa merasa khawatir, dan bahkan bisa bertarung dengan orang lain." Si Gigi Ular berhenti sejenak, kemudian ia melanjutkan dengan penuh semangat, "Jika Paper benar-benar dikirim ke sana, ia pasti menjalani kehidupan yang baik."     

"Sepertinya kamu ingin pergi ke sana dan bertemu dengan Paper," kata Si Bunga Matahari sambil mengerutkan mulutnya. "Para penyihir adalah orang-orang berbakat dan mungkin kamu akan sulit bertemu dengan Paper. Kamu mungkin akan membuat Paper malu jika kamu pergi menemuinya."     

"Oh …" Si Gigi Ular tertegun sejenak. Si Gigi Ular menyadari apa yang dikatakan Si Bunga Matahari memang benar. Si Gigi Ular hanyalah seorang Tikus, bahkan jika ia bisa selamat melewati musim dingin ini, identitasnya akan tetap sama. Paper menjalani kehidupan yang sangat berbeda sekarang, kehidupannya kini sudah tidak sebanding dengan kehidupan Si Gigi Ular.     

"Jangan terlalu dipikirkan." kata Si Cakar Macan sambil menepuk bahu Si Gigi Ular. "Lihat, sudah waktunya kita makan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.