Bebaskan Penyihir Itu

Langkah Ketiga Pembangunan Kota



Langkah Ketiga Pembangunan Kota

0Setelah belajar dan bereksplorasi selama 2 minggu, Barov mengadakan sesi rapat pleno pertama di aula istana pada akhir bulan pertama musim semi di tahun baru atas permintaan Yang Mulia. Selain para pemimpin dari semua departemen, beberapa bangsawan Benteng Longsong juga diundang ke sesi rapat pleno tersebut, sehingga jumlah hadirin yang datang berjumlah 65 orang.     
0

Barov tahu proses pembelajaran itu sendiri juga merupakan sebuah evaluasi. Setelah bekerja sebagai Gubernur Balai Kota selama 1 tahun, Barov sekarang dapat dengan mudah membedakan mana bangsawan yang kompeten dengan bangsawan yang hanya bisa bersolek dan malas. Itulah sebabnya setengah dari para bangsawan itu gagal dalam ujian penilaian.     

Seperti Yang Mulia katakan sebelumnya, Yang Mulia telah menawarkan para bangsawan biasa ini sebuah kesempatan untuk 'naik ke dalam sebuah kereta ekspres', tetapi kenyataannya memang cukup kejam. Orang-orang yang tidak dapat mengimbangi perubahan akan secara alami tersingkir seiring berjalannya waktu. Barov juga memiliki pemikiran yang sama. Apakah Yang Mulia iblis atau dewa, itu tidak mengubah fakta bahwa wilayah kekuasaan Yang Mulia kini telah menghadirkan suasana yang sama sekali berbeda dari yang ada di kerajaan lain. Jika ini adalah sebuah era yang baru, Barov akan dengan senang hati menyelami era baru ini bersama sang pangeran.     

Topik utama rapat pleno hari ini adalah mengenai pemungutan suara terakhir tentang tindakan penyatuan Kota Perbatasan dan Benteng Longsong yang akan diberlakukan setelah pembangunan kota baru selesai. Barov juga perlu memberitahukan hal ini kepada para bangsawan di Benteng Longsong mengenai isi kebijakan itu. Barov telah mempersiapkan momen ini untuk waktu yang lama, dan sekarang akhirnya tiba saatnya untuk menyampaikan isi kebijakan itu.     

Semua hadirin diberi sebuah buku tipis dengan huruf emas yang tercetak di sampulnya, buku itu berjudul Dasar Hukum Kerajaan. Buku itu berisi undang-undang yang dirancang dan ditambahkan oleh Yang Mulia sendiri. Barov bisa tahu hanya dari judulnya bahwa Yang Mulia memiliki sebuah ambisi besar, dan ia juga yakin sang pangeran memiliki kemampuan untuk membuat kota-kota di luar Wilayah Barat berkembang sama seperti Kota Perbatasan.     

"Mari kita mulai." Pangeran Roland yang duduk di ujung meja panjang, menginstruksikan kepada Barov untuk memulai rapatnya sambil mengangguk.     

"Baik, Yang Mulia." Barov berdeham dan mulai bicara. "Mungkin kalian semua telah mendengar bahwa kita akan membangun sebuah kota baru di Wilayah Barat. Buku yang dibagikan kepada Anda berisi kebijakan penyatuan wilayah yang akan diberlakukan di wilayah kekuasaan Yang Mulia setelah pembangunan kota baru selesai. Jangan ragu untuk membuka dan membaca isi buku itu, atau Anda dapat mendengarkan presentasi yang sebentar lagi akan aku sampaikan. Jika Anda memiliki pertanyaan, silahkan bertanya, Yang Mulia akan menjawab semua pertanyaan Anda."     

Suara gemerisik kertas bergema di aula ketika semua hadirin membuka buku itu. Barov membuka sampulnya, dan melihat ke halaman pertama yang terbuat dari kertas halus berkualitas tinggi.     

"Hal pertama yang Anda lihat sekarang adalah rangkuman isi buku ini, yang berisi struktur dan institusi di wilayah yang baru …."     

"Pasal Satu: Yang Mulia Roland Wimbledon berhak mengatur semua hak dan kewajiban sehubungan dengan wilayah yang berada di bawah yurisdiksinya."     

"Pasal Dua: Balai Kota memegang otoritas tertinggi di wilayah kekuasaan Yang Mulia, yang akan menangani semua hal yang berkaitan dengan wilayah itu di bawah pengawasan Yang Mulia Roland Wimbledon."     

"Pasal Tiga: Setiap orang yang masuk ke wilayah kekuasaan Yang Mulia Roland Wimbledon berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui berbagai cara. Balai Kota memiliki kewajiban untuk menjamin penyediaan status itu setidaknya dalam 3 cara yang berbeda kepada publik."     

"Pasal Empat: Setiap individu yang sudah mendapatkan status kewarganegaraan, tidak boleh didiskriminasi berdasarkan jenis kelamin atau status mereka sebelumnya, baik orang merdeka, buruh dan petani, pembantu, atau budak. Setiap penduduk di wilayah Yang Mulia memiliki hak atas perlindungan yang sama dan mendapatkan bantuan hukum yang sama, dan memiliki kewajiban hukum untuk membayar pajak, mempertahankan wilayah dan melayani di kemiliteran."     

"Pasal Lima: Setiap bangsawan akan diperlakukan sama sebagai penduduk biasa dan tidak akan lagi mendapatkan perlakuan istimewa berdasarkan gelar mereka. Gelar bangsawan akan menjadi suatu gelar kehormatan tanpa kekuasaan eksekutif bagi yang bersangkutan, dan gelar itu dapat diwariskan sesuai dengan hukum yang berlaku."     

"Pasal Enam: Setiap penduduk memiliki hak untuk mendapatkan bantuan perlindungan jiwa, bantuan keamanan, dan bantuan pribadi dari Yang Mulia Roland Wimbledon."     

"Pasal Tujuh: Setiap penduduk berhak untuk mendapatkan pendidikan, kebebasan bekerja dan kebebasan untuk menikah."     

"Pasal Delapan: Interaksi komersial dan perdagangan bebas boleh dilakukan di wilayah Yang Mulia Roland Wimbledon, asalkan kegiatan itu dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku."     

"Pasal Sembilan …."     

Barov menelusuri halaman itu dengan jarinya sambil menjelaskan setiap pasal satu per satu. Beberapa kode etik yang disusun oleh para bangsawan biasanya merugikan warga sipil. Bahkan orang merdeka di kota itu dipandang sebagai subyek untuk dieksploitasi oleh para bangsawan besar. Sungguh hal yang langka bahwa undang-undang yang dibuat oleh Yang Mulia Roland mencakup begitu banyak hak dan perlindungan bagi warga sipil. Sang pangeran mungkin merasa yakin bahwa mereka hanya bisa memenangkan pertempuran di hari kiamat nanti dengan bantuan dari seluruh rakyat.     

Barov tidak peduli dengan siapa yang akan Yang Mulia andalkan untuk Pertempuran Besar di masa depan. Bagi Barov, bangsawan dan warga sipil sama saja. Barov hanya ingin untuk melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tugas-tugas dari Yang Mulia dan tetap memegang kekuasaan yang sekarang ia miliki. Dahulu ketika masih di Kota Raja, Barov telah dipromosikan dari Asosiasi Perkumpulan Peramal ke Kementerian Keuangan, dan ia melayani sebagai asisten Bendahara Kerajaan pada waktu itu. Barov pikir ia akan segera berada di tingkat otoritas tertinggi di Kerajaan Graycastle, lalu ia menyadari penantiannya selama 10 tahun untuk memenuhi ambisinya ternyata sia-sia. Barov harus mematuhi perintah Raja Wimbledon III untuk menemani Pangeran Roland ke Kota Perbatasan hanya berdasarkan janjinya kepada Raja di masa lalu, dan juga karena kekecewaannya karena telah sia-sia menunggu selama bertahun-tahun. Namun, Barov tidak pernah menyangka mimpinya yang telah lama ditunggu-tunggu selama ini entah bagaimana akan menjadi kenyataan dengan cara yang berbeda.     

Barov memang belum pernah melihat iblis sungguhan, tetapi ia tahu betul kekuatan dan kemampuan para kesatria berbaju zirah selama ini. Jika Yang Mulia bisa mengalahkan pasukan kesatria dengan begitu mudah, ia pasti bisa menyapu semua musuh-musuhnya di seluruh Kerajaan Graycastle. Pada akhirnya nanti, sang pangeran akan naik takhta dan menjadi penguasa negara, dan Barov akan menjadi tangan kanan Raja. Jika Bendahara Kerajaan yang lama masih hidup di masa depan, akan seperti apa wajahnya nanti saat ia melihat Barov?     

…     

Karena sebagian besar isi buku itu telah dibacakan kepada para hadirin secara umum sebelumnya, tidak ada orang yang terkejut mendengar penjelasan Barov. Namun, ketika Barov membacakan bagian yang menetapkan larangan perdagangan manusia dan penghapusan perbudakan, para bangsawan itu mulai berkasak-kusuk sendiri. Semua pasal-pasal lainnya langsung dilupakan begitu saja dan tidak ada orang yang mengajukan pertanyaan.     

Tidak ada bangsawan yang mempertanyakan pasal tentang reformasi kaum bangsawan. Para bangsawan biasa ini memang tidak mendapat banyak manfaat dari wilayah mereka karena sebagian besar tanah mereka berada di daerah terpencil, sehingga mereka tidak terlalu peduli tentang apa yang disebut kekuasaan feodal dan kekuatan legislatif. Selain itu, setelah 2 minggu mempelajari banyak hal baru, banyak dari mereka yang telah berencana untuk menjual tanah mereka ke Balai Kota dan menggunakan hasilnya untuk memulai bisnis baru, seperti membangun pabrik mesin atau membangun pabrik bahan kimia.     

Rapat pleno itu dimulai sejak pagi hari dan tidak berhenti sampai sore. Semua orang fokus pada presentasi yang dibacakan Barov. Ketika tiba waktunya makan siang, para pelayan meletakkan makanan di atas meja agar para hadirin bisa makan sambil membaca buku Dasar Hukum Kerajaan. Barov minum banyak air hari itu. Meskipun tenggorokan Barov sakit karena ia terus berbicara sepanjang hari, ia dengan senang hati menjelaskan setiap detail pasal-pasal itu kepada para hadirin.     

Akhirnya, mereka memasuki topik diskusi terakhir, yang merupakan satu-satunya pasal dalam Dasar Hukum Kerajaan yang membutuhkan kajian dan pendapat dari semua orang. Pasal ini membahas mengenai lambang bendera dan nama untuk kota yang baru.     

Aula istana segera dipenuhi riuh perdebatan.     

Barov meminta semua orang untuk menuliskan sebuah nama dan desain yang ideal untuk lambang bendera tersebut. Para hadirin harus meletakkan pilihan mereka di atas meja dan mereka memilih yang terbaik dari semua pilihan itu.     

Setelah melakukan beberapa putaran pemungutan suara, lambang bendera dan nama untuk kota yang baru akhirnya mencapai kesepakatan.     

Desain lambang bendera didasarkan pada lambang keluarga Kerajaan Graycastle. Pola dasarnya bergambar pistol dan menara, di atasnya ada sebuah gambar pentagram besar dengan 3 pentagram yang lebih kecil di bagian bawahnya. Pentagram yang besar mewakili Yang Mulia Roland Wimbledon, sedangkan pentagram-pentagram yang lebih kecil masing-masing mewakili Balai Kota, para prajurit, serta Persatuan Penyihir.     

Sedangkan untuk nama kotanya, mereka sepakat memilih nama 'Kota Tanpa Musim Dingin'.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.