Bebaskan Penyihir Itu

Jarak Menuju Tuhan (Bagian II)



Jarak Menuju Tuhan (Bagian II)

0Lukisan yang pertama dari keempat lukisan di bawah memiliki warna yang paling mencolok.     
0

Lukisan itu menggambarkan sebuah takhta yang dibangun dengan banyak pedang dan tulang-tulang, dan jendela berwarna merah darah yang panjang dan tiang hitam yang tinggi ada di belakangnya. Tampaknya jendela dan tiang itu menjadi bagian dari sebuah istana. Jika Zero benar-benar menyatukan alam sadarnya ke dalam lukisan itu, ia bahkan bisa melihat sebuah kota di luar jendela dengan menara yang tidak terhitung banyaknya. Yang paling menarik perhatian Zero adalah Gerbang Batu yang mengawasi seluruh kota - jika menara di sekitarnya adalah bangunan perumahan di Kota Suci Hermes, maka Gerbang Batu itu setidaknya berukuran 5 kali lebih tinggi dari Menara Babel gereja, yang besarnya benar-benar di luar nalar manusia.     

Yang lebih sulit dipercaya adalah bagian dalam gerbang itu berwarna hitam, seolah-olah ada kain besar dan halus yang menutupi bagian tengahnya. Namun, ketika Zero melihat lebih dekat, sepertinya ada kedalaman yang tidak terukur di dalam kegelapan itu … semakin lama Zero menatap kegelapan itu, semakin ia merasa tidak nyaman.     

Zero hanya memusatkan perhatiannya pada jendela merah itu untuk sementara waktu dan ia segera mengalihkan pandangannya ke arah takhta.     

Kali ini, Zero tidak melihat ada seorang penguasa yang duduk di takhta itu.     

Hal-hal yang dilihat Zero dalam benaknya terkadang bisa berubah. Misalnya, terkadang Zero bisa melihat seorang prajurit berbaju zirah yang duduk di atas takhta itu, kepalanya ditutupi dengan ketopong berwarna hitam yang menakutkan, hanya memperlihatkan cahaya merah samar melalui rongga mata sang prajurit. Namun, pemandangan seperti itu cukup jarang terlihat, dan biasanya takhta itu selalu kosong.     

Menurut catatan sejarah rahasia, lukisan ini menggambarkan kota tempat iblis berasal dan kemunculan iblis yang pertama - yaitu di sudut Barat Laut Kerajaan Fajar.     

Zero setuju dengan teori ini. Warna merah darah dan menara hitam dalam lukisan itu sangat mirip dengan lingkungan pemukiman iblis, dan ketopong prajurit yang duduk di takhta menunjukkan iblis yang berbeda-beda. Satu-satunya bagian yang aneh adalah bahwa tubuh iblis itu persis seperti manusia biasa, dan tidak terlihat seperti tubuh yang kuat dan mengerikan seperti Iblis Mengerikan atau Penguasa Neraka yang dicatat dalam Kitab Suci. Dengan demikian, ada banyak spekulasi tentang identitas prajurit yang duduk di takhta itu. Beberapa Paus percaya bahwa mereka adalah lambang sumber kejahatan, sementara penyihir lain berpikir bahwa mereka adalah anggota iblis yang menjaga rahasia Kerajaan Allah.     

Lukisan yang kedua jauh lebih misterius.     

Lukisan itu memiliki beberapa konten warna, yang sepertinya terus bergerak. Setidaknya dalam penglihatan Zero yang terbatas, ia belum pernah melihat ada pemandangan dalam lukisan itu yang sama 2 kali.     

Kali ini, Zero melihat air.     

Air berwarna biru muda beriak ke belakang menyapu 3 tengkorak manusia besar, tengkorak itu benar-benar berlubang, tetapi entah bagaimana air itu bisa ditahan di luar tubuh tengkorak oleh semacam penghalang yang tidak terlihat. Seolah-olah tengkorak raksasa itu adalah lonceng yang biasa ada di samping pelabuhan, dan Zero merasa seperti berada di sebuah kapal dan melihat keluar melalui jendela - hanya saja jendela-jendela ini membentang di seluruh dinding kapal.     

Zero dengan cepat terpikat oleh pemandangan aneh yang ada di depannya … Zero sedang berdiri di perbatasan antara air dan langit, dengan separuh tubuh bagian bawahnya berada di dalam air, dan separuh tubuh bagian atasnya mengambang di atas. Zero bisa melihat sinar matahari yang cerah dan awan tipis di atasnya, tetapi kakinya terbungkus di dalam air. Di bawah cahaya matahari, Zero bisa dengan jelas melihat warna air berubah dari biru muda menjadi warna hijau terang, kemudian berubah lagi menjadi hijau gelap, seolah-olah airnya jadi semakin dalam.     

Tiba-tiba, pemandangan di depan Zero mulai bergetar, dan ia merasakan dunia bergetar di bawahnya dan ia merasa hampir jatuh. Tanpa sadar Zero hampir mencoba membuka matanya tetapi ia berhenti pada detik terakhir. "Ini tidak nyata," kata Zero dalam hati. "Tuhan sedang memberi aku sebuah pertanda."     

Air dengan cepat naik dan hampir menenggelamkan langit di atas kepala Zero.     

Atau, mungkin airnya tidak naik, tetapi Zero yang tenggelam ke bawah.     

Tidak lama kemudian, segala sesuatu di luar jendela ditutupi oleh air, dan Zero bahkan bisa melihat seekor ikan merah berenang di dekat tengkorak manusia itu. Pertama, hanya ada sedikit ikan yang terlihat, tetapi kemudian ikan-ikan itu semakin banyak, dan gerombolan ikan itu mengelilingi penghalang yang tidak terlihat seperti sebuah pita merah. Air berangsur-angsur berubah warna dari hijau gelap menjadi hitam, sampai pemandangan itu diselimuti kegelapan total dan benar-benar menghilang.     

Zero keluar dari lukisan itu dengan napas terengah-engah. Ini adalah pertama kalinya Zero mengalami penglihatan yang begitu jelas, dan ketika kegelapan menutupi penglihatannya, ia merasa seperti hendak tersedak. Namun, Zero tidak menemukan petunjuk yang berguna - menurut buku sejarah rahasia gereja, isi lukisan kedua memang selalu berubah-ubah. Beberapa orang mencatat ada yang melihat bola mata raksasa, yang lain melihat gunung berapi memuntahkan lahar dan asap berwarna kuning, dan yang lain melihat jurang maut yang memancarkan cahaya redup. Tidak ada orang yang pernah melihat hal yang sama.     

Zero beristirahat sejenak dan ia mengalihkan perhatiannya ke arah lukisan yang ketiga.     

Namun, masih tidak ada apa-apa di dalam lukisan itu … seperti dunia yang ada di luar bingkai lukisannya, semua tampak gelap dan sunyi senyap.     

Buku Sejarah Rahasia Gereja menyebutkan bahwa pada awal Pertempuran Besar Pertama, ada sesuatu dalam lukisan itu … tetapi catatan ini sudah sangat kuno sehingga halaman-halamannya sudah sobek-sobek dan pada dasarnya tidak terbaca dengan jelas. Namun, Zero yakin bahwa 100 tahun setelah Pertempuran Besar Pertama, lukisan ini menjadi berwarna hitam dan tidak pernah menunjukkan apa pun lagi.     

Lukisan yang keempat bahkan sama sekali tidak disebutkan dalam Buku Sejarah Rahasia Gereja.     

Sulit bagi Zero untuk memahami keempat lukisan itu seolah-olah semua lukisan itu menyembunyikan sesuatu - jika bahkan satu-satunya orang yang mengetahui semua rahasia, yaitu sang Paus, tidak memiliki hak untuk mengetahui rahasia itu, maka rahasia itu juga tidak akan diketahui oleh semua orang selamanya.     

Lukisan yang keempat menggambarkan sebuah dinding.     

Itu adalah sebuah dinding batu berwarna abu-abu yang sederhana.     

Sebagian cat berwarna abu-abunya terkelupas, memperlihatkan balok-balok batu bata yang retak di bagian bawahnya. Jelas dinding ini pasti sudah berdiri di sini untuk waktu yang sangat lama. Selain dinding ini, tidak ada pemandangan yang lain yang bisa dilihat.     

Setelah menatap dan masuk ke dalam lukisan itu sebentar, Zero sudah mulai merasa kelelahan.     

Membaca pertanda dari Tuhan membutuhkan banyak energi, dan bahkan Zero tidak bisa mempertahankan kekuatannya untuk waktu yang lama.     

Zero membuka matanya untuk keluar dari bola merah berkekuatan sihir itu, dunia yang gelap dan semua lukisan raksasa itu kini menghilang, dan ia kembali ke ruangan kecil yang remang-remang.     

Zero menghela napas dalam-dalam dan ia terhuyung-huyung menuruni anak tangga, kekuatannya baru pulih kembali setelah ia menghabiskan teh hitamnya yang sudah dingin di perpustakaan.     

Meskipun Tuhan tidak memberikan respon apa pun kepadanya, kemarahan Zero yang sebelumnya karena ucapan Isabella benar-benar sudah hilang. "Isabella tidak tahu apa-apa tentang Tuhan, tetapi aku tahu."     

Zero memandang ke luar jendela ke arah sosok-sosok manusia yang sedang sibuk di bawah menara, dan perasaan berkuasanya kembali bangkit. Pengalaman Zero selama 200 tahun terakhir membuatnya mengabaikan segala sesuatu di dunia ini, tetapi kini setelah ia menjadi Paus, ia menyadari bahwa ia baru memahami sedikit tentang dunia ini. Sekarang, Zero menghadapi misteri yang sama sekali berbeda, dan kemampuan Zero untuk hidup abadi sangat sempurna untuk menjelajahi dan menyelami dunia ini.     

Zero merasakan di dalam hatinya bahwa ia adalah orang yang dipilih oleh Tuhan.     

Jika Zero bisa mendekatkan jarak menuju Tuhan, ia rela menunggu selama 400 tahun lagi, bahkan ribuan tahun sekali pun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.