Bebaskan Penyihir Itu

Realita Dan Ilusi



Realita Dan Ilusi

0Selagi Nightingale berjalan mengikuti Roland ke kantornya, ia bergumam kepada sang pangeran, "Aku telah gagal melindungimu …."     
0

"Tidak, kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik," jawab Roland sambil menggelengkan kepalanya. "Coba kamu pikir, mengapa si pembunuh memilih ruang aula dari semua ruangan yang ada di istana ini? Karena Shio tahu aku dilindungi oleh seorang penyihir yang sangat kuat, dan jika Shio tidak memancingmu keluar dengan pembunuhan berantai itu, ia tidak akan memiliki kesempatan untuk masuk ke istana. Semakin banyak pengaturan yang harus Shio buat, maka akan semakin lemah serangannya, dengan begitu ia baru bisa menyerangku dengan belati kecilnya."     

"Tetapi pembunuh itu hampir berhasil menjalankan aksinya." balas Nightingale.     

"Pembunuhan itu tidak bisa dianggap sukses jika Shio tidak berhasil membunuhku di sana, dan kehadiranmu di aula semakin memperkecil kemungkinan itu." sahut Roland sambil tertawa. "Apa yang bisa Shio lakukan jika aku tidak memiliki kamu sebagai pelindungku? Shio akan terus menunggu dengan sabar untuk mendapatkan kesempatan agar ia bisa meluncurkan serangan itu, akan ada peluang lain lagi untuk menyerangku selama ia masih tetap berada di dalam istana. Ini menunjukkan bahwa kamu sudah melindungi aku dengan sangat baik. Bahkan, semakin aman wilayah kita, keselamatanku juga akan semakin terjamin."     

"Yang Mulia bukan sedang menghiburku dengan omong kosong belaka …" Nightingale merenung. "Yang Mulia benar-benar berpikir demikian." Nightingale merasa ada perasaan hangat yang mengalir di seluruh tubuhnya, dan perasaan bersalah yang Nightingale rasakan mulai mereda. "Aku mengerti. Tetapi kamu tidak boleh membiarkan Kilat dan Maggie lolos begitu saja kali ini!"     

"Eh, memangnya apa yang mereka lakukan?" tanya Roland.     

"Ketika aku tidak ada, mereka seharusnya berada di sisimu untuk menjagamu dari musuh yang bersembunyi!" kata Nightingale. "Seperti situasi hari ini, pembunuh itu seharusnya tidak akan bisa menyakitimu sama sekali jika Kilat ada di sana untuk melindungimu."     

"Anak itu hanya sedikit lebih aktif …."     

"Tidak bisa begitu! Wendy dan Gulir juga pasti akan setuju denganku jika mereka ada di sini. Jika kita tidak mengajarkan Kilat dan Maggie untuk memahami apa kesalahan mereka, kejadian hari ini akan terulang lagi suatu saat nanti!"     

"Oh …" Pangeran merenung sebentar sambil mengelus-elus dagunya. "Aku mengerti. Aku akan menghukum mereka berdua dengan melarang mereka pergi ke luar sampai mereka menyelesaikan 3 set latihan komprehensif untuk pelajaran matematika, fisika dan kimia. Bagaimana menurutmu?"     

Nightingale menarik napas dalam-dalam. "Latihan komprehensif … pelajaran matematika kelihatannya masih cukup mudah, tetapi pelajaran fisika dan kimia bahkan lebih menakutkan daripada ilmu pengetahuan alam. Membaca halaman pertama saja sudah bisa membuat orang mengantuk, terutama mempelajari rumus-rumus dan diagram-diagram aneh itu, yang sama sulitnya dengan mempelajari mantra-mantra sihir dalam cerita-cerita legenda." Jika Nightingale sendiri yang harus mengerjakan latihan komprehensif itu, ia mungkin tidak akan pernah bisa keluar dari istana lagi. Namun, Nightingale sendiri yang menyarankan agar Kilat dan Maggie dihukum, dengan demikian, rasanya tidak pantas jika ia membatalkan ucapannya sendiri. Sambil mengeraskan hatinya, Nightingale mengangguk dan menyetujui ide itu. "Itu ide yang bagus. Dengan begitu, Kilat dan Maggie pasti akan menyadari kesalahan mereka."     

…     

Pertemuan lanjutan dengan para bangsawan pada sore hari berlangsung dengan lancar, Nightingale berjaga di belakang Roland sampai hari mulai senja. Susunan kerangka kerja dan gelombang kandidat pertama untuk para pekerja di Balai Kota Kedua akhirnya sudah selesai.     

Petrov Hull diangkat sebagai Kepala Eksekutif di Wilayah Longsong. Selain mengawasi Balai Kota Kedua, Petrov juga merangkap sebagai Menteri Keuangan, sementara ayahnya, Earl Hull, menjabat sebagai Menteri Pembangunan. Karena itu, Petrov bisa dianggap sebagai salah satu orang yang mendapatkan kepercayaan paling besar di antara para bangsawan Benteng Longsong. Bahkan Nightingale sendiri terkejut dengan keputusan itu. Memang, Yang Mulia tidak menyalahkan percobaan pembunuhan itu kepada Keluarga Penghisap Madu, dan menurut kebiasaan standar para bangsawan, hal ini bisa dianggap sebagai tindakan yang adil dan sebagai bentuk pengampunan dari Yang Mulia kepada Keluarga Penghisap Madu.     

Kementerian yang lain akan dipimpin oleh beberapa orang yang memiliki keahlian menonjol dari kalangan bangsawan yang lebih rendah. Orang-orang ini sebelumnya adalah para baron atau kesatria, yang biasanya tidak memenuhi persyaratan untuk duduk di tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. Para bangsawan kecil ini sangat tersentuh oleh keputusan Yang Mulia untuk menghapus kriteria yang membatasi keterlibatan mereka di kursi pemerintahan, dengan begitu, mereka dengan rela hati menyatakan bersedia untuk melayani Yang Mulia seumur hidup mereka.     

Meskipun janji yang mereka ucapkan terdengar tulus, Nightingale tidak yakin situasinya bisa berubah total, apalagi jika Timothy atau gereja sampai merebut Wilayah Barat, kemungkinan besar orang-orang ini akan segera melupakan sumpah dan janji yang pernah mereka ucapkan.     

Sebelum pertemuan itu dibubarkan, Yang Mulia berulang kali menekankan ada 2 macam prinsip ketenagakerjaan - tenaga kerja dari setiap keluarga bangsawan dapat dimanfaatkan untuk bekerja dalam kementerian, tetapi proporsinya tidak boleh melebihi dari 30 persen, dan data diri mereka harus dilaporkan ke Balai Kota Kedua sebelumnya. Poin penting lainnya adalah, tidak peduli apakah tenaga kerja dari keluarga bangsawan itu dimanfaatkan atau tidak, upah semua pekerja akan tetap dibayar oleh Balai Kota Kedua, dan setiap kepala menteri yang berani menahan uang itu akan dihukum berat sebagai koruptor.     

Nightingale benar-benar tidak tertarik mendengar isi pertemuan ini, dan ia menguap berulang kali selagi mendengarkan pertemuan itu, ketika Nightingale melihat Maggie terbang kembali ke istana sambil membawa Passi di punggungnya, semangatnya langsung menyala kembali.     

Setelah jamuan makan malam selesai, beberapa orang mengikuti Rene Medde ke kediaman Shio, tempat tinggal itu berupa sebuah vila biasa yang terletak di pojok istana, dan bagian dalam vila itu terlihat sangat bersih, sehingga tidak ada selembar kertas pun yang ditemukan. Rupanya, Shio sudah mempersiapkan diri dan ia telah melenyapkan semua bukti-bukti yang bisa menyeretnya ke penjara sebelum ia bertindak.     

"Shio sering menghabiskan waktunya untuk bekerja di istana, dengan demikian kita hanya perlu merekonstruksi apa yang ia lakukan di malam hari." kata Roland kepada Summer. "Aku harus mencari tahu semua yang Shio lakukan di vila ini sejak pertama kali ia menghubungi Maans sampai dengan hari ini. Setiap aktivitas yang terjadi di vila ini sangat penting."     

Passi mengeluarkan kekuatan sihirnya untuk menghubungkan kekuatan sihir Maggie dan Summer bersama-sama.     

Mendapatkan sejumlah besar kekuatan sihir dari Maggie, Summer mulai menciptakan kembali ilusi aktivitas Shio setiap malam dengan rinci. Shio seolah-olah hidup kembali. Terkadang Shio duduk merenung di dekat perapian, dan sesekali ia tampak menuliskan sesuatu di kertas. Semua tampilan ilusi ini juga digambar oleh Soraya sebagai arsip.     

Pada hari yang keempat, Shio duduk seperti biasa di dekat perapian, tetapi kali ini ia sedang menggenggam sebuah lambang di tangannya.     

"Tunggu dulu … kurasa aku pernah melihat lambang itu sebelumnya." Roland terdengar agak terkejut. "Gambarlah lambang itu untukku." kata Roland kepada Soraya.     

Dengan menggunakan Pena Ajaib, Soraya menggambar lambang itu dengan cepat di kertas. Lambang itu kira-kira seukuran ibu jari, dan bagian luarnya terbuat dari permata yang dipoles menjadi bentuk kancing. Sebuah gambar yang terdiri dari gambar menara dan tombak, diukir di kedua sisi lambang itu - ini adalah lambang khas milik keluarga kerajaan!     

"Mungkinkah Shio adalah orang suruhan Timothy?" tanya Nightingale.     

Roland mengerutkan kening tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan tampaknya ia merenung cukup lama sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil berkata, "Tidak, ini adalah sebuah kenang-kenangan dari Raja Wimbledon III."     

"Maksudmu … ayahmu?" Rene tampak sangat terkejut.     

"Bukankah raja sudah …. karena Pangeran Pertama, Pangeran Gerald …" Petrov sama terkejutnya dengan Rene sehingga ia terbata-bata.     

"Ketika aku masih kecil, aku pernah melihat lambang ini di meja kerja ayahku dan aku bahkan bertanya kepadanya lambang apa itu. Ayahku berkata bahwa setiap permata mewakili seorang pejuang yang setia kepada keluarga kerajaan, karena itu semakin banyak permata yang ada, maka akan semakin stabil takhta seorang raja di kerajaan itu." sahut Roland sambil menghela nafas panjang. "Dari penampilannya, Shio adalah orang suruhan yang ditempatkan oleh ayahku di samping Adipati Ryan, dan membantu Ryan untuk memantau perkembangan yang terjadi di seluruh Wilayah Barat."     

"Kalau begitu, mengapa Shio ingin membunuh Anda?" tanya Rene.     

"Kemungkinan besar, Timothy menemukan daftar pemilik lambang-lambang permata itu dan memerintahkan pembunuhan ini … bagi para pejuang ini, lambang itu berarti segalanya, dan karena itu setiap perintah yang dikeluarkan oleh anggota keluarga kerajaan harus dilaksanakan."     

"Jadi itu sebabnya …" Nightingale melirik pemandangan ilusi yang menampilkan Shio - pemuda itu sedang mengamati lambang di tangannya untuk waktu yang lama dan akhirnya ia melemparkan lambang itu ke dalam perapian. Ekspresi di wajah Shio tampak sedih, dan pada saat yang bersamaan, wajahnya juga terlihat sedikit lega. Mungkin, bagi Shio, perintah itu juga berarti sebuah kebebasan untuknya.     

Setelah memahami dengan jelas alasan di balik tindakan Shio, Roland tampaknya belum merasa lega. Dengan wajah muram, Roland menatap percikan api perapian yang ada di ilusi dan ia tidak mengalihkan pandangannya untuk waktu yang lama.     

…     

Saat malam hari, setelah Summer sudah tidur, Nightingale diam-diam menyelinap ke kamar Roland.     

Sejak Nightingale diperingatkan oleh Wendy untuk tidak menyelinap ke kamar Yang Mulia, ia sudah tidak pernah melakukannya lagi, sampai saat ini. Upaya percobaan pembunuhan itu telah menyebabkan gelombang emosi yang menakutkan bagi Nightingale, dan tanpa kehadiran Wendy dan Anna di sini, Nightingale merasa sedikit lebih bebas dan tidak terkekang.     

Sambil memperhatikan wajah Roland yang sedang tertidur lelap, Nightingale keluar dari dalam Kabut dan diam-diam ia berjalan ke samping tempat tidur sang pangeran. Nightingale membungkuk dan mencium kening Roland.     

"Maafkan aku, Yang Mulia, aku tidak bisa menahan perasaanku lagi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.