Bebaskan Penyihir Itu

Pertempuran di Kota Raja (Bagian I)



Pertempuran di Kota Raja (Bagian I)

0"Yang Mulia, ada satu peleton musuh yang berjaga di daerah dermaga," Kilat, yang bertanggung jawab untuk memantau situasi musuh melaporkan hasil pantauannya kepada Roland. "Ada sekitar 100 prajurit, dan kalau dilihat dari seragam mereka, tampaknya mereka Pasukan Milisi."     
0

"Hanya 100 prajurit?" Roland sedikit terkejut. Roland memang sudah memperkirakan bahwa Timothy akan mengerahkan pasukannya ke dermaga di daerah terpencil ini - armada besar itu pasti akan menarik perhatian orang ketika mereka melewati Kota Air Merah dan Kota Perak. Meskipun kapal uap milik Roland jauh lebih cepat dari pada kapal layar biasa, dan bisa menempuh jarak dari Kota Raja ke Kota Perbatasan dalam waktu 5 hari, di mana seharusnya jarak dari kedua kota itu biasanya ditempuh dalam 7 hari, kapal milik Roland masih tidak secepat kurir pembawa pesan yang bisa terus-menerus berganti kuda dan melakukan perjalanan darat sepanjang waktu. Belum lagi jika menggunakan merpati pembawa pesan - jika mata-mata Timothy menggunakan merpati untuk menyampaikan hasil pantauan mereka, Timothy pasti akan menerima berita itu dalam 2 atau 3 hari.     

Yang tidak disangka oleh Roland adalah Timothy hanya mengerahkan 100 prajurit untuk mempertahankan area dermaga Kota Raja. Roland sudah menduga bahwa pertempuran pertama akan terjadi di sekitar dermaga itu. Roland mengantisipasi bahwa para pemanah, para penembak senjata, dan bahkan alat pelontar batu sudah ditempatkan di sepanjang kedua sisi sungai untuk mencegah pasukan Roland mendarat di pantai dengan sukses. Inilah sebabnya Roland ingin membangun sebuah kapal perang khusus di sungai pedalaman tepat pada waktunya untuk melancarkan serangan musim semi ini. Efisiensi transportasi air jauh lebih tinggi daripada melalui darat, tetapi kerugiannya adalah pasukan Roland harus turun di dermaga dan dengan demikian, mereka dapat dengan mudah disergap oleh musuh. Jika pasukan Roland bisa menyerang dari seberang pantai, mereka akan mampu menangani setiap serangan musuh dengan mudah dan menciptakan titik pendaratan yang aman.     

Sepertinya Timothy akan segera kehilangan 'keberuntungan besar' yang ia miliki ketika pasukan Roland mendarat di dermaga. Dari sudut pandang Roland, rasanya tidak mungkin Timothy bisa mengetahui tentang kekuatan angkatan laut milik Roland yang memiliki meriam kapal 152 mm.     

Selagi Roland memikirkan hal ini, ia memberi isyarat kepada Sylvie. "Apakah pasukan milisi itu membawa Pil Berserk?"     

Sylvie menggunakan kemampuan Mata Sihirnya dan mengamati musuh yang ada di depan mereka. "Aku tidak melihat apa pun yang terlihat seperti pil. Beberapa dari prajurit itu bahkan tidak bersenjata. Tetapi … ada sesuatu yang aneh di dalam tanah."     

"Di dalam tanah?" tanya Roland.     

"Mereka telah mengubur sesuatu di dalam tanah … ada juga beberapa benda seperti itu yang mereka kubur di area dermaga." kata Sylvie sambil mengerutkan alisnya untuk mengamati dengan lebih cermat. "Itu pot-pot tanah liat dan tong-tong kayu … mereka mengisi pot dan tong itu dengan bubuk berwarna abu-abu gelap."     

"Itu bubuk mesiu?!" seru Nightingale dengan syok.     

"Yah, itu masuk akal," kata Roland, ia berusaha bersikap setenang mungkin. "Pasukan Milisi itu hanyalah umpan untuk menarik perhatian kita. Dengan memberikan kita kesempatan palsu untuk menguasai dermaga, Timothy akan menyalakan bubuk mesiu dan meledakkan kita semua yang ada di sana."     

Sebenarnya dalam hati Roland, ia tidak setenang itu. Strategi Timothy ini mirip dengan perang ranjau darat di zaman kuno dan ini memang sebuah taktik yang bagus. Meskipun Roland sudah mengetahui rencana Timothy lebih awal, pasukan Roland masih harus mendarat di pantai - setelah membuat pilihan untuk melakukan perjalanan lewat sungai, Roland tetap harus menyeberangi dermaga itu, dan tampaknya Timothy juga menyadari hal ini. Timothy mungkin berharap untuk mengalahkan Roland dengan sebuah serangan mendadak daripada bertarung secara langsung. Jika Sylvie tidak ada, Roland pasti sudah masuk ke dalam perangkap Timothy.     

Solusi untuk membereskan masalah ini masih mudah untuk dilakukan. Karena Timothy tidak memiliki metode modern untuk menyalakan bubuk mesiu itu, ia pasti harus mengerahkan orang-orang di dekat tong-tong itu untuk menyalakan apinya. Dengan begitu, yang harus dilakukan Roland hanyalah melenyapkan orang-orang ini. Biar bagaimana pun, Roland juga memerlukan dermaga itu, jika tidak, ia tidak akan bisa menurunkan meriam dan amunisinya ke pinggir pantai.     

Melalui pengamatan Sylvie yang cermat, Roland dapat menemukan 2 titik di mana musuh berkumpul untuk menyalakan bubuk mesiu itu. Satu titik terletak di gubuk di tepi dermaga, di mana ada sebuah pipa besi panjang yang terhubung ke tong berisi amunisi terdekat. Titik peledakan lainnya terletak di gudang penyimpanan barang di dermaga. Kedua tempat itu memiliki ciri yang sama - ada tabir berwarna hitam yang terbentuk dari Batu Pembalasan Tuhan dari liontin yang dipakai oleh para prajurit musuh.     

Setelah berdiskusi dengan Si Kapak Besi, Roland dengan cepat membuat sebuah rencana penyerangan.     

Pertama, Nightingale akan menyelinap ke gudang penyimpanan di dermaga, diam-diam Nightingale akan membunuh orang-orang yang ada di sana, dan ia akan berjaga di sana untuk berjaga-jaga jika ada prajurit musuh lain yang masuk ke gudang dan menyalakan bubuk mesiu itu. Kemudian, Roland akan menggunakan pasukan artileri untuk menghancurkan gubuk yang ada di tepi dermaga. Tidak ada masalah jika serangan ke gubuk itu menyebabkan bubuk mesiunya menyala - selama dermaga itu tetap utuh.     

*******************     

Sambil bersandar di tembok kota di sisi barat Kota Raja, Kesatria Berhati Baja - Weimar, mengangkat teleskopnya dan mengamati pergerakan di Sungai Air Merah.     

Sungai yang panjang dan tipis itu bagaikan selembar pita emas yang berkilauan yang menembus dataran berwarna cokelat dan putih, yang sebagian besar saljunya sudah mencair dan memperlihatkan warna hijau cerah yang berasal dari rumput-rumput yang baru tumbuh. Ini adalah bukti bahwa hal-hal yang ada di bumi kini kembali hidup. Pemandangan seperti ini selalu menyenangkan untuk dilihat. Satu-satunya hal yang merusak pemandangan indah itu adalah kepulan asap berwarna hitam yang membumbung di langit tepat di atas sungai itu.     

Itu adalah armada milik sang pangeran pemberontak, Roland Wimbledon.     

Weimar tidak pernah menyangka bahwa sang pangeran benar-benar berani menyerang Kota Raja.     

Meskipun Weimar merasa tindakan sang pangeran sangat menggelikan, tetapi ia juga merasa sedikit kagum atas keberanian sang pangeran.     

Sejak Kota Raja dibangun lebih dari 200 tahun yang lalu, kota ini tidak pernah diserang. Begitu musuh melihat tembok-tembok kota yang menjulang tinggi dan megah, keberanian musuh untuk menyerang akan surut dengan sendirinya. Tidak semua orang memiliki keberanian untuk bertarung ketika mereka melihat dengan jelas bahwa musuh mereka memiliki keunggulan yang mutlak.     

Setidaknya, Timothy Wimbledon jelas tidak memiliki keberanian seperti itu.     

Sementara orang yang memiliki keberanian itu adalah musuhnya, sungguh sayang sekali.     

Namun, Kesatria Weimar telah bersumpah untuk tetap setia kepada Timothy. Sebagai Kesatria Penjaga dari Kota Raja, Weimar telah dipercaya dan ia bertanggung jawab untuk mempertahankan Kota Raja, dan ia harus tetap memenuhi tugasnya sampai akhir.     

"Tuan, armada sang pangeran pemberontak itu sudah sampai di sini!" Seorang pengawal berlari ke benteng sambil berteriak.     

"Diamlah, aku sudah melihat armada itu sejak tadi." Weimar meletakkan teleskopnya dan meludah ke tanah. "Sampaikan perintahku bahwa kavaleri pertama dan kedua naik ke atas kuda mereka dan tunggu perintahku di belakang gerbang kota, sementara tentara bayaran akan mengikuti dari belakang kavaleri. Katakan pada mereka untuk tidak gentar ketika bubuk mesiu itu diledakkan. Tangki pemanas minyak juga akan kita bakar, meskipun aku ragu musuh bisa sampai ke sisi tembok kota ini."     

Para kesatria yang berkumpul di dekat Weimar semuanya langsung tertawa ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkannya.     

Menurut rencana Timothy, setelah membiarkan pasukan milik pangeran pemberontak menduduki dermaga, bendera akan dinaikkan di sepanjang tembok kota. Pada saat itu, bubuk salju yang terkubur di dekat dermaga akan dinyalakan, hal itu pasti akan mengacaukan dan menghancurkan formasi pasukan musuh secara drastis. Kemudian, gerbang kota akan dibuka bagi pasukan kavaleri untuk meluncurkan serangan mereka, dan pada akhirnya mereka akan memenangkan pertempuran ini.     

"Orang-orang desa dari Wilayah Barat itu mungkin percaya bahwa Kota Raja sebanding dengan kota termegah mereka, Benteng Longsong." Kesatria Bulu Besi yang bernama Scar ikut menimpali. "Kupikir kamu bisa menghemat kayu bakar dan membawa mayat mereka pulang sebagai pengganti kayu bakar."     

"Kita tetap harus berjaga-jaga." "Bodoh sekali," pikir Weimar dalam hati, "Bahkan jika minyak mendidih atau alat pelontar batu tidak efektif dalam pertempuran ini, kita masih harus berjuang mati-matian demi Yang Mulia Timothy. Meremehkan musuh hanya karena musuh dianggap terlalu lemah untuk masuk ke Kota Raja itu adalah tindakan yang bodoh - dengan mentalitas semacam ini, Scar pasti akan dikeluarkan dari tim kesatria kota oleh Timothy cepat atau lambat."     

Weimar memantau melalui teleskopnya sekali lagi, ia melihat kapal yang paling depan terpisah dari sisa armada di belakangnya dan menuju ke dermaga sendirian. Bagian atas kapal itu mengepulkan asap berwarna hitam yang bisa terlihat dari jauh, sementara tidak ada dayung yang tampak di kedua sisi kapal itu. Weimar tidak mengerti bagaimana cara kapal itu beroperasi. Tetapi itu tidak penting. Tidak peduli betapa anehnya kapal itu, kapal itu tidak akan bisa naik ke pantai dan bertempur.     

Kapal itu berangsur-angsur mengurangi kecepatannya dan merapat di dermaga di seberang pantai.     

"Apa yang sedang mereka lakukan?" Scar mengernyitkan alisnya. "Apakah mereka berniat turun di seberang pantai? Jangan bilang 100 pasukan milisi kita sudah membuat sang pangeran pemberontak itu ketakutan?"     

Weimar juga merasa terkejut. Biasanya, ketika musuh melihat bahwa pertahanan dermaga itu seolah-olah tidak dijaga, musuh akan mencoba untuk menguasai dermaga secepat mungkin. Weimar membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tetapi pada saat itu, nyala api menyembur dari bagian depan kapal aneh itu.     

Nyala api berwarna oranye kemerahan itu tampak seperti fajar yang sedang merekah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.