Bebaskan Penyihir Itu

Lapisan Ajaib Soraya



Lapisan Ajaib Soraya

0 "Selamat pagi, Nona Soraya!"     
0

Ketika Soraya masuk ke pabrik sepeda, Jilly menghampirinya sambil berkata, "Kamu datang pagi sekali."     

Hal ini membuat Soraya merasa agak malu karena semalam ia tidur larut malam setelah bermain kartu bersama Si Bulan Misteri dan Lily yang membuatnya bangun setengah jam lebih siang dari biasanya. Ketika Wendy tidak ada, semua orang menjadi agak malas … kecuali Anna dan Agatha. Baik sedang bekerja ataupun belajar, mereka berdua selalu memberikan contoh yang baik untuk para saudari-saudari lainnya, terutama Agatha. Agatha selalu datang lebih awal dan ia terus bekerja sampai larut malam.     

Soraya bertanya pada Jilly, "Apakah bahan-bahannya sudah siap?"     

"Semua sudah siap, ikutlah denganku," jawab Jilly.     

Sebagai mantan siswa angkatan pertama yang sudah lulus, Jilly langsung menjadi asisten Soraya setelah ia dinyatakan lulus. Pekerjaan utama Jilly adalah memberi tahu Soraya mengenai apa saja yang harus dikerjakan pada jadwal hariannya. Setahun yang lalu, Soraya tidak akan pernah menyangka bahwa orang-orang biasa dan para penyihir bisa bekerja sama dengan harmonis seperti ini.     

"Apakah itu sepeda yang sudah jadi?" Soraya bertanya karena ia tiba-tiba menyadari bahwa pabrik itu tampak agak berbeda hari ini. Mesin uapnya tidak sedang beroperasi dan semua orang sedang berdiri dan menatap deretan sepeda-sepeda baru.     

"Benar, ini adalah produk dari pembuatan kelompok pertama," kata Jilly sambil tersenyum. "Totalnya ada 20 buah sepeda. Semua sepeda ini tidak mudah untuk dibuat, terutama bagian rantai dan rodanya. Jumlah produk jadi masih kurang dari 50%." kata Jilly.     

"Pekerjaan ini memang tidak mudah," pikir Soraya. Pabrik ini dibangun sejak musim gugur tahun lalu, tetapi sejak saat itu, pabrik ini telah mengalami berbagai masalah, seperti peralatan yang tidak siap, kekurangan pekerja dan sebagainya … pabrik ini jelas kurang diprioritaskan jika dibandingkan dengan pabrik perakitan mesin uap dan pabrik bahan kimia yang ada di sebelah pabrik sepeda. Kedua pabrik itu beroperasi dalam 3 shift dan orang-orang terus bekerja setiap saat. Namun, pabrik sepeda hanya beroperasi di siang hari. Suatu kali, Jilly pernah mengeluhkan bahwa temannya yang bekerja di pabrik kimia, memiliki upah 3 kali lipat lebih banyak dari pada upahnya, tetapi Jilly bahkan belum pernah melihat 1 sepeda pun dibuat di pabrik ini.     

Sekarang Jilly akhirnya bisa membeli sebuah sepeda untuk dirinya sendiri.     

Selagi Soraya berjalan ke kantornya, ia melihat bahwa lantainya sudah ditutupi dengan lapisan kertas putih yang berukuran sekitar 40 meter persegi. Kertas putih ini membuat tampilan seolah-olah ada hamparan salju di lantai.     

"Maaf merepotkanmu, bagian yang perlu kami proses hari ini adalah ban dalam," Jilly menjelaskan kepada Soraya kemudian ia membungkuk sebagai tanda terima kasih.     

"Baiklah," jawab Soraya sambil mengangguk, "Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu yang lain."     

"Baik, tolong panggil aku jika kamu memerlukan bantuan." jawab Jilly sambil tertawa. "Aku ada di dekat pintu."     

Melihat Jilly pergi dengan penuh semangat, Soraya menyadari bahwa gadis itu tidak sabar untuk menaiki sepeda miliknya.     

Soraya tersenyum dan menggelengkan kepalanya selagi ia melepas sepatunya dan menginjak lantai yang beralaskan kertas putih itu.     

Pekerjaan Soraya biasanya memang mengecat ban dalam, ban luar dan kerangka sepeda berdasarkan permintaan pabrik. Kecepatan pengecatan Soraya jauh lebih cepat daripada kecepatan hasil produksi pabrik, jadi ia masih memiliki banyak stok persediaan yang sudah ia cat sebelumnya. Mengingat kekuatan sihir memang bisa bertumbuh setiap harinya, maka akan sia-sia jika kekuatan Soraya tidak digunakan setiap hari juga, jadi Soraya datang ke pabrik setiap 3 hari sekali untuk menyelesaikan pekerjaan mengecatnya.     

Soraya ingat warna ban dalam itu harus dicat juga dan ia mengangkat tangannya untuk mengeluarkan Pena Ajaib miliknya.     

Sebagai bahan pelapis yang mengandung gas, lapisan itu harus ringan, lunak, cukup elastis dan tahan terhadap suhu tinggi. Dari pengalaman sebelumnya, Soraya memilih metode pengecatan dengan berbahan krim pencukur untuk mengerjakan pekerjaannya. Setelah melakukan ratusan pengetesan, Soraya menemukan bahwa lapisan cat bercorak nuansa langit terlalu lembek dan lapisan bernuansa gelombang air terlalu tahan panas. Ketika Soraya sedang mengumpulkan bahan-bahan untuk menciptakan lapisan pelapis untuk mengecat ban dalam sepeda, ia melihat ada sisa-sisa serutan kayu yang ditinggalkan oleh tukang kayu dan akhirnya ia menemukan bahan baku yang ideal untuk menciptakan lapisan pelapis catnya.     

Tidak seperti Lucia, Soraya tidak dapat menguraikan bahan-bahan itu menjadi bahan dasar kemudian mencampurnya sesuka hati dengan bahan lain. Soraya harus memahami karakteristik bahan dengan cara melukisnya terlebih dahulu dan ia tidak dapat mengingat ribuan bahan dengan berbagai karakteristik bahan itu masing-masing. Karena itu, cara yang paling mudah bagi Soraya untuk mengingat semua bahan dan karakteristiknya adalah dengan membuat kartu panduan warna. Soraya akan memilih lapisan warna yang sesuai dari kartu panduan warna itu bila diperlukan.     

Tentu saja, karena cat yang digunakan untuk mengecat ban dalam dan ban luar sepeda adalah warna yang umum, Soraya dapat mengecatnya tanpa berpatokan pada kartu panduan warna itu.     

Pena Ajaib milik Soraya perlahan-lahan memanjang menjadi 6 meter saat Soraya berdiri di tengah-tengah penanya. Sebenarnya, Pena Ajaib itu bisa memanjang hingga 10 meter, tetapi dalam kondisi itu, Pena Ajaibnya bisa dengan mudah lepas kendali saat sedang melukis. Jadi, Soraya lebih suka menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggambar dengan menggunakan ukuran kuas yang lebih kecil untuk memastikan kualitasnya dengan baik.     

…     

Dalam waktu 2 jam, kertas putih seluas 40 meter persegi itu telah dilapisi dengan serutan-serutan kayu. Tentu saja, serutan kayu itu bukan serutan kayu asli. Sama seperti lapisan baja yang pernah Soraya lukis, lapisan itu bukan terbuat dari baja asli, tetapi dari bahan yang mudah pecah seperti kaca. Semakin tebal lapisannya, maka akan semakin keras permukaannya seperti batu, namun di saat yang bersamaan lapisan itu tetap lentur dan fleksibel.     

Di dalam lapisan serutan kayu itu, Soraya mengukir namanya sebagai tanda tangannya. Ini adalah sebuah tradisi di kalangan para seniman. Awalnya, Soraya menandatangani lukisannya di sudut kanan bawah lapisan yang dibuatnya, tetapi Soraya menyadari bahwa setelah lapisan itu dipotong dan dibentuk sesuai kebutuhan, tanda tangannya hanya akan muncul di bagian dalam. Jadi, Soraya memutuskan untuk menandatangani hasil karyanya di bagian mana saja. Dengan begitu, tidak peduli bagaimana hasil pekerjaannya dipotong, orang selalu bisa melihat tanda tangannya. Pada awalnya, Soraya merasa panik ketika Yang Mulia menyadari bahwa ia membubuhkan tanda tangan pada setiap hasil karyanya. Soraya pikir ia pasti akan dihukum, tetapi sebaliknya, Yang Mulia malah memuji Soraya sebagai penemu 'watermark'[1].     

Meskipun Soraya tidak mengerti apa arti dari 'watermark' yang disebut Yang Mulia, ia masih merasa bahagia selama beberapa hari sesudahnya setelah dipuji oleh Yang Mulia, dan Soraya memutuskan untuk terus membubuhkan tanda tangannya di setiap hasil karyanya.     

Setelah pengecatan itu selesai, proses selanjutnya adalah membakar kertas itu di satu sisi lapisan untuk mendapatkan bahan baku untuk ban dalam. Kemudian kertas itu akan dikirim ke ruang pemotongan untuk dipotong menjadi lembaran-lembaran yang akan dilas ke ban dengan besi panas. Semua tugas ini dilakukan oleh para pekerja profesional, dan Soraya hanya perlu menyiapkan bahan baku ini untuk mereka.     

Lukisan yang Soraya buat hari ini hampir menghabiskan sepertiga kekuatan sihirnya dan mengingatkannya akan betapa pentingnya berlatih setiap harinya. Pelatihan ini akan sangat meningkatkan kekuatan sihirnya. Di masa lalu, beban pekerjaan ini pasti akan membuat Soraya kelelahan, tetapi sekarang setelah ia selesai bekerja di pabrik, Soraya masih memiliki energi dan kekuatan untuk pergi ke Tambang Lereng Utara sendirian.     

Setelah memasuki area pengunungan, ada beberapa orang penjaga yang ditempatkan dalam setiap 100 meter serta ada bunker dan menara pengawas yang didirikan di pintu masuk. Bahkan istana sang pangeran pun tidak dijaga dengan ketat oleh begitu banyak penjaga.     

Ketika Soraya memasuki halaman, para prajurit memberi hormat padanya. Soraya melihat Anna benar-benar sedang fokus memotong beberapa bagian-bagian aneh seperti biasa. Melihat Anna, Soraya tiba-tiba merasa agak malu pada dirinya sendiri dan pada saat yang bersamaan, ia juga merasa kagum pada Anna yang sangat berbakat dan sangat pekerja keras. Anna juga merupakan penyihir yang paling disayang oleh Yang Mulia.     

"Hai, Soraya, kamu sudah tiba." Lucia mendongak dan tersenyum ketika ia mendengar kedatangan Soraya.     

Anna juga meletakkan bagian-bagian yang sedang dipegangnya dan ia melambaikan tangan ke arah Soraya. "Aku minta tolong, ada beberapa kabel tembaga yang perlu dicat dengan lapisan pelapis," kata Anna kepada Soraya.     

"Baik, tidak masalah." jawab Soraya sambil tersenyum dan ia berjalan menghampiri Anna dan Lucia.     

[1] Tanda air     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.