Bebaskan Penyihir Itu

Bengkel Alkemis Kota Raja



Bengkel Alkemis Kota Raja

0Aula Pemurnian yang terletak di timur Kota Raja adalah tempat favorit yang paling disukai Retnin.     
0

Aula itu adalah sebuah tempat yang selalu penuh vitalitas dan kesibukan, tempat ini sering dipenuhi dengan para murid dan pekerja magang yang terus-menerus memindahkan bahan-bahan kimia secara bolak-balik. Retnin bisa melihat uap yang membumbung dari berbagai wadah kaca dan mencium bau belerang dan larutan asam. Kadang-kadang, Retnin juga bisa mendengar suara wadah kaca yang pecah, biasanya disertai dengan teriakan marah dari para alkemis.     

Meskipun Retnin dipromosikan menjadi salah satu dari 3 Kepala Alkemis sejak 2 tahun lalu dan ia memiliki ruang alkimianya sendiri, ia lebih suka berada di Aula Pemurnian yang selalu tampak sibuk dan penuh inspirasi. Sama seperti Aula Pemurnian, di mana berbagai jenis orang berkumpul dan berbaur, alkimia adalah proses mencampur berbagai macam hal menjadi satu. Meski demikian, hanya ada sedikit orang - seperti halnya kaca kristal dan bubuk mesiu, yang dapat membedakan diri dari para alkemis biasa dan berprestasi dengan gemilang.     

Pesona alkimia terletak pada proses pemurniannya, di mana pasir putih keabu-abuan dan arang berwarna hitam bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hal yang sama juga berlaku bagi orang-orang. Bengkel Alkemis Kota Raja menerima sejumlah besar peserta magang baru setiap tahunnya, tetapi hanya sedikit dari mereka yang mampu menonjolkan diri dari peserta lain dan menjadi alkemis terkemuka. Retnin adalah salah satu dari sedikit alkemis yang terkemuka itu. Dibutuhkan waktu 34 tahun bagi Retnin untuk beralih dari seorang pekerja magang menjadi Kepala Alkemis. Meskipun sekarang Retnin hampir berusia 50 tahun, dan hanya memiliki 1 kaki, ia sudah merasa puas dengan pencapaian hidupnya, karena ia telah mempelajari ilmu-ilmu yang berharga yang diturunkan dari para orang bijak yang pernah menjadi gurunya.     

Satu-satunya hal yang membuat Retnin gelisah adalah insiden yang belakangan ini terjadi di Kota Raja.     

Insiden terbesar adalah soal pergantian raja. Setelah Pangeran Roland mengeksekusi mati Timothy, ia pasti akan menjadi Raja yang baru. Berita ini seharusnya memang tidak mengganggu ketenangan di Bengkel Alkemis Kota Raja. Mereka harus tetap bertanggung jawab atas produksi alkimia siapa pun yang menjadi rajanya. Namun, Retnin tidak yakin apakah mereka dapat menghindari masalah ini begitu Pangeran Roland mengetahui bahwa para alkemis inilah yang telah memberi Timothy bubuk mesiu sebagai bahan amunisi untuk pertempuran yang terjadi tempo hari.     

Kota Raja secara bertahap kembali pulih dan beraktifitas seperti biasa. Namun fakta bahwa sang pangeran telah mengunjungi Asosiasi Perkumpulan Peramal terlebih dahulu dari pada mengunjungi Bengkel Alkemis Kota Raja membuat Retnin merasa ada firasat buruk.     

"Apakah kamu masih merasa khawatir tentang kunjungan Yang Mulia Roland ke Asosiasi Perkumpulan Peramal itu?" tanya sebuah suara di samping Retnin. "Tidak biasanya kamu duduk di sini sambil merenung dan mengerutkan kening."     

Mendengar suara itu, Retnin tahu orang yang berbicara itu pasti salah satu dari Kepala Alkemis yang lain. Retnin berbalik dan melihat Rayleigh, yang seluruh rambutnya juga sama putihnya seperti rambutnya sendiri, lalu ia duduk di sebelah Retnin. "Menurutmu, apa yang sedang direncanakan oleh Yang Mulia Roland?"     

"Yang Mulia menganggap orang-orang yang hanya peduli dengan bintang-bintang itu hanya sekedar membuang-buang uang saja. Apa lagi yang bisa Yang Mulia pikirkan selain itu?" Rayleigh berkata dengan sembrono. "Sayang sekali Yang Mulia tidak jadi menutup Asosiasi Perkumpulan Peramal itu. Para peramal itu seharusnya tidak dinobatkan sebagai orang-orang bijak. Mereka seharusnya sudah diberhentikan sejak lama."     

Sebagai dua asosiasi akademi terbesar di Kerajaan Graycastle, Bengkel Alkemis telah menyewa beberapa mata-mata untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang dikerjakan oleh Asosiasi Perkumpulan Peramal. Bengkel Alkemis bisa mengetahui tujuan kunjungan Yang Mulia Roland ke Asosiasi Perkumpulan Peramal itu, tetapi mereka tidak tahu persis apa yang telah dikatakan Kepala Peramal itu kepada Yang Mulia Roland, sehingga membuat Yang Mulia berubah pikiran untuk menutup tempat itu.     

"Apakah kamu khawatir kalau Bengkel Alkemis juga akan ditutup?" Rayleigh menepuk pundak Retnin dengan keras. "Jangan lupa keuntungan yang kita hasilkan untuk Kota Raja! Begitu batas produksi kaca kristal dan parfum semakin tinggi, uang yang akan kita hasilkan mungkin bisa mengisi seluruh kamar Yang Mulia! Bagaimana mungkin Yang Mulia bisa menolak bisnis yang sangat menguntungkan seperti itu dan menutup Bengkel Alkemis kita?"     

"Tetapi kita telah memproduksi bubuk mesiu itu untuk Timothy." jawab Retnin.     

"Lalu kenapa? Memangnya kita bisa menolak perintah Raja Timothy pada waktu itu?" sahut Rayleigh sambil mendengus. "Siapa pun yang punya otak, seharusnya mengetahui bahwa bukan kita yang harus disalahkan. Selain itu, Yang Mulia sendiri juga membuat banyak senjata api yang menggunakan bubuk mesiu. Aku yakin Yang Mulia pasti mendapatkan formula bubuk mesiu itu dari Boer, si pengkhianat. Dengan begitu, kita sebenarnya telah berkontribusi untuk kemenangan Yang Mulia. Mungkin Yang Mulia bahkan akan memberikan kita hadiah jika kita memberikan formula lanjutan bubuk mesiu itu."     

"Yah … semoga saja begitu." jawab Retnin sambil mengangguk, ia merasa sedikit lega. Seperti yang dikatakan Rayleigh, Bengkel Alkemis Kota Raja adalah asosiasi yang menghasilkan keuntungan terbesar bagi kota ini. Semoga Yang Mulia berhalangan dan tidak jadi mengunjungi Bengkel Alkemis ini setelah pertempuran itu usai.     

Ketika Retnin baru hendak menginstruksikan sekelompok alkemis, salah seorang muridnya berlari ke aula. Murid itu berseru dengan napas terengah-engah. "K … Kepala Alkemis, Yang Mulia sudah tiba di sini!"     

"Apa? Di mana Yang Mulia?" seru Retnin dengan panik.     

Mendengar seruan Retnin, semua orang yang ada di aula terdiam, mereka semua kini menatap ke arah murid itu.     

"Yang Mulia ada atas halaman, ia ada di udara!" sahut murid itu sambil menelan ludah. "Yang Mulia turun dari langit!"     

Retnin dan Rayleigh saling berpandangan dengan heran. "Panggil Kepala Alkemis Archer ke sini. Kalian semua, ikuti aku untuk menyambut kedatangan Yang Mulia."     

"Baik, Tuan!" jawab murid-murid itu.     

…     

Sebuah balon udara raksasa melayang di udara di luar halaman Bengkel Alkemis. Para prajurit yang bersenjatakan senjata api mengelilingi halaman itu. Setelah mereka memeriksa tempat itu dengan saksama, dan memastikan bahwa semuanya aman, balon raksasa itu mulai mendarat dengan perlahan ke halaman.     

"Balon udara itu pasti alat transportasi yang digunakan oleh Yang Mulia untuk mengunjungi Asosiasi Perkumpulan Peramal bersama para penyihir itu," bisik Rayleigh ke telinga Retnin. "Aku tidak menyangka benda itu bisa benar-benar menerbangkan orang."     

"Yah, apa pun benda itu Yang Mulia sudah tiba di sini." jawab Retnin dengan tenang. Retnin meraih bahu Rayleigh dan berkata, "Tidak masalah apa pun anggapan kita terhadap Yang Mulia secara pribadi, tetapi kamu harus menunjukkan rasa hormat dalam kunjungan resmi seperti ini. Yang Mulia Roland adalah Raja Kerajaan Graycastle, sekali pun ia masih belum dinobatkan menjadi raja. Bersikaplah yang sopan."     

"Jangan khawatir. Aku tahu bagaimana harus bersikap dengan pantas." jawab Rayleigh sambil tersenyum.     

Setelah keranjang balon udara itu mendarat dengan selamat, seorang pria muda berambut abu-abu dengan wajah berseri-seri mendatangi mereka di sertai pengawalan para pengawal. Yang Mulia Roland tidak mengenakan mahkota atau apa pun di kepalanya, ia juga tidak mengenakan jubah kerajaan yang megah, dan tidak memegang tongkat kerajaan di tangannya. Penampilan Yang Mulia Roland tidak semegah rumor yang beredar selama ini, namun setiap gerakan Yang Mulia tampak sangat agung dan bermartabat. Di sebelah Yang Mulia berdiri seorang pria tua yang mengenakan jubah panjang, yang tampaknya familiar di mata Retnin.     

"Yang Mulia, selamat datang di Bengkel Alkemis Kota Raja." kata ketiga Kepala Alkemis itu sambil membungkuk, diikuti oleh semua alkemis-alkemis muda lainnya.     

Roland tersenyum. "Ayahku sering membicarakan tentang kalian ketika aku masih di Kota Raja. Ayahku mengatakan baik kaca kristal dan parfum adalah produk alkimia yang sangat populer di sini, semua produk itu bahkan telah dijual ke Fjords. Produk-produk ini telah membawa keuntungan besar bagi istana. Jadi, aku telah membangun bengkel alkimiaku sendiri setelah ayah mengirimku ke Kota Perbatasan."     

"Pfftt …" Rayleigh hampir tertawa ketika mendengar kata-kata ini, sedangkan Retnin masih bisa menahan diri dan berhasil menyembunyikan rasa bangganya. "Itu pasti bukan bisnis yang mudah untuk dikelola, Yang Mulia. Setiap bengkel alkimia membutuhkan sejumlah besar uang untuk bisa terus beroperasi."     

"Benarkah? Tetapi aku tidak perlu menginvestasikan banyak uang untuk bengkel alkimiaku. Kalian tentu mengetahui bahwa Kota Perbatasan tidak banyak memiliki sumber daya. Awalnya, aku hanya bisa melakukan beberapa percobaan di sebuah pondok kayu. Tetapi sekarang aku sudah bisa menghasilkan berbagai macam produk, termasuk kaca kristal dan juga parfum." kata Roland sambil melanjutkan dengan santai, "Jadi aku bertanya-tanya, ke mana uang yang selama ini mengalir untuk membiayai Bengkel Alkemis kalian."     

"Yang Mulia, apa … apa maksud perkataan Anda itu?" perasaan Retnin tersentak.     

"Ini adalah Kepala Alkemisku, Tuan Kyle Sichi," jawab Roland sambil menunjuk ke orang tua yang berdiri di sebelahnya. "Tuan Kyle Sichi akan memeriksa dan mengevaluasi produk yang kalian hasilkan. Jika tidak ada inovasi dalam beberapa tahun terakhir, aku mungkin akan menutup Bengkel Alkemis ini. Lagi pula, Kota Raja baru saja mengalami peperangan, dan aku yakin dibutuhkan banyak uang untuk membangun kembali kota ini."     

Para alkemis itu tampak gusar dengan komentar Roland.     

"Yang Mulia, aku tidak bisa menerima hal itu!" Rayleigh sangat marah sehingga ia tidak bisa menahan diri lagi dan ia bangkit berdiri untuk menentang ucapan Roland.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.