Bebaskan Penyihir Itu

Harapan Wendy



Harapan Wendy

0Wendy bangun dan menyadari bahwa hujan akhirnya sudah berhenti setelah sepanjang malam mengguyur kota.     
0

Wendy menguap dan ia turun dari tempat tidur. Saat Wendy membuka jendela, aroma manis tanah yang basah tercium dan masuk ke dalam kamarnya. Setelah hujan turun, taman itu kini berwarna hijau cerah dan Wendy bisa melihat tetesan-tetesan air hujan yang jatuh dari daun zaitun yang ada di dekat jendela. Sinar matahari pagi yang lembut menyinari rumput basah yang memantulkan cahaya berwarna-warni.     

Sebuah hari yang baru telah dimulai.     

Setelah mengenakan pakaian dalam dan mantelnya, Wendy kembali ke samping tempat tidur dan menepuk pipi Nightingale sambil berkata, "Waktunya bangun."     

Nightingale mendengus pelan, dan ia kembali membenamkan wajahnya ke bantal.     

Hanya pada saat-saat seperti ini, Nightingale baru memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya, dan tidak bersembunyi di dalam Kabut. Wendy tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu aku akan sarapan duluan."     

Telinga Nightingale bergerak sedikit, tetapi Wendy tahu Nightingale mendengar ucapannya.     

Dengan perlahan Wendy menutup pintu dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh diri sebelum ia menuju aula untuk menikmati sarapan.     

Para juru masak selalu bangun pagi-pagi sekali karena mereka harus menyiapkan makanan untuk semua orang sebelum matahari terbit. Kayu bakar yang ada di dalam tungku bisa terus menyala untuk waktu yang lama, jadi tidak perlu khawatir makanannya akan menjadi dingin. Jika Wendy ingin makan sesuatu, ia bisa mengambil mangkuk dan sendok, lalu mengambil makanannya sendiri di dapur. Yang Mulia mengatakan cara makan seperti itu disebut sebagai 'prasmanan' dan sepertinya Yang Mulia terbiasa makan dengan cara seperti ini, tetapi bagi Wendy, kehidupan seperti ini bisa dibilang sangat mewah.     

Di Asosiasi Persatuan Penyihir dahulu, Wendy tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti ia bisa makan sebanyak yang ia mau. Saat itu, mereka masih cukup beruntung jika mereka memiliki makanan yang cukup. Yang lebih sering terjadi, mereka sering kekurangan makanan dan rasa makanannya bahkan lebih tidak enak lagi.     

Tetapi sekarang, ada 3 atau 4 hidangan hanya untuk sarapan setiap harinya, seperti bubur, roti bakar, dendeng ikan, dan telur goreng.     

Meskipun Wendy telah tinggal di istana ini selama hampir 1 tahun, ia masih merasakan kepuasan dan kebahagiaan yang luar biasa setiap kali ia makan makanan yang lezat ini.     

Di saat yang bersamaan, Wendy juga merasa sangat berterima kasih kepada seseorang yang telah membawa semua kemewahan ini kepada para penyihir dan membiarkan saudari-saudarinya menjalani kehidupan yang bebas dan nyaman di sini.     

Ketika Wendy mengambil mangkuknya di ruang makan, tidak ada seorang pun di aula, hanya ada beberapa piring bekas yang ditaruh di atas meja panjang. Jelas, Wendy bukan orang pertama yang menikmati sarapan ini. Persatuan Penyihir belum pernah menetapkan waktu untuk bangun pagi secara serentak, jadi semua orang bisa datang dengan bebas untuk menikmati sarapan masing-masing. Kilat dan Maggie selalu jadi 2 orang pertama yang meninggalkan istana, diikuti oleh kelompok lain termasuk Anna, Agatha, Lucia, dan penyihir lainnya. Wendy biasanya bangun di jam-jam antara kedua kelompok itu.     

Dan Nightingale selalu menjadi orang terakhir yang bangun pagi.     

Hal ini karena Yang Mulia sendiri suka tidur larut malam. Ketika tidak ada hal yang mendesak untuk dilakukan di pagi hari, Yang Mulia biasanya akan bangun saat hari sudah siang untuk mengurus urusan pemerintahan. Dan Nightingale mengikuti jam tidur Yang Mulia.     

Nightingale pernah menjadi orang yang paling disiplin dan tepat waktu di Asosiasi Persatuan Penyihir, ia selalu terjaga setiap kali mendengar ada gerakan kecil.     

Namun, Wendy tidak menganggap sikap Nightingale saat ini sebagai sesuatu yang buruk.     

…     

Setelah sarapan, Wendy pergi ke lantai pertama Gedung Penyihir. Gedung ini telah diubah menjadi sebuah kantor untuk Persatuan Penyihir.     

Ring berjalan ke arah Wendy begitu ia masuk. "Kak Wendy, kamu sudah di sini!"     

"Halo, Nona Wendy."     

"Selamat pagi, nona-nona." balas Wendy.     

Dua wanita muda lain dari Balai Kota membungkuk kepada Wendy. Mereka telah lulus dari lembaga pendidikan yang awalnya didirikan oleh Tuan Karl Van Bate. Mereka adalah mantan teman sekelas Anna dan Nana dan mereka berdua tidak memiliki prasangka buruk terhadap penyihir. Gadis yang lebih tua bernama Mutiara dan gadis yang lebih muda bernama Si Kelinci Abu. Bersama Ring, mereka bertiga membentuk tim pekerja pertama di Persatuan Penyihir.     

Tentu saja, karena Ring masih berusia di bawah 14 tahun, ia hanya menjadi pekerja tambahan untuk mengisi posisi yang kosong saat ini.     

Lagi pula, pekerjaan di sini sangat mudah, dan pekerjaan ini bisa dianggap sebagai pendidikan tambahan untuk menambah wawasan Ring.     

Dengan bantuan dari kedua gadis lainnya, pekerjaan untuk mengorganisir Persatuan Penyihir ini akhirnya bisa berjalan dengan baik.     

"Selamat pagi." jawab Wendy sambil mengangguk, lalu ia duduk di samping meja. "Bagaimana penjualan jilid pertama untuk 'Buku harian penyihir'?" tanya Wendy.     

"Buku itu sangat populer," jawab Mutiara sambil tersenyum, "Dan orang-orang menyukai kisah malaikat kecil yang ada di Kota Perbatasan, terutama para prajurit dari Tentara Pertama. Mereka datang untuk membeli buku itu hampir setiap hari. Minggu ini kita sudah hampir menjual lebih dari 60 buku dalam 1 hari. Jika penjualan terus berjalan baik seperti ini, kita dapat menjual 1.000 buku yang pertama kali kita cetak hanya dalam waktu 2 minggu."     

Mendengar hal itu, Wendy sedikit terkejut. Lagi pula, buku itu sebenarnya dicetak hanya sebagai sarana hiburan bagi publik, 'Buku harian penyihir' tidak bisa memberi makan orang atau membantu mereka menjadi lebih cerdas dalam pelajaran, tetapi kenyataannya, buku itu bisa terjual dengan harga tinggi. Itu sungguh luar biasa.     

Ide pembuatan buku ini awalnya diprakarsai oleh Yang Mulia.     

Sebagai sebuah kisah trilogi dengan plot yang rumit dan alur cerita yang mengharukan, 'Buku Harian Penyihir' telah mendapatkan tanggapan yang sangat positif dari penduduk Kota Tanpa Musim Dingin. Jadi, Yang Mulia memutuskan untuk mengikuti kisah drama itu dan mengilustrasikan kisah kehidupan para penyihir dalam bentuk gambar komik untuk dijual di pasar serba ada. Tetapi buku ini tidak seperti drama, kali ini semua karakter utama dalam cerita itu mengisahkan para penyihir dari Persatuan Penyihir, dan disajikan dalam bentuk gambar-gambar yang indah. Buku itu juga memiliki dialog, membuat para pembaca buku itu merasa seolah-olah mereka sedang menonton sebuah pertunjukan drama dari buku.     

Karakter utama dari jilid pertama 'Buku Harian Penyihir' adalah Nana Pine.     

Gadis berusia 15 tahun itu sudah sangat terkenal di Kota Perbatasan, ia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit dan rasa sakit yang diderita orang, serta memiliki daya tarik yang manis. Tidak ada orang yang bisa membenci seorang gadis yang seperti malaikat itu. Ditambah dengan sikap Yang Mulia yang selalu mendukung para penyihir, dan juga kesaksian-kesaksian yang diceritakan oleh para prajurit Tentara Pertama yang pernah disembuhkan oleh Nana, kini ia bahkan lebih populer daripada Anna.     

Setelah Wendy memutuskan untuk membuat alur ceritanya, Soraya melukis gambarnya satu per satu dan menjilid buku itu. Buku komik itu dijual seharga 5 keping perak per buku. Sebenarnya, para pengungsilah yang paling perlu mengetahui tentang para penyihir, tetapi banyak pengungsi yang masih belum bisa membaca dan mereka tidak tertarik membeli buku komik yang sangat bagus yang seharga separuh upah mereka selama 2 minggu. Jadi, pertama-tama, pembeli potensial buku komik itu adalah para penduduk lokal dan pengusaha yang datang ke kota ini untuk berbisnis.     

Para penduduk lokal dapat menyebarkan cerita dari buku komik itu melalui hubungan mereka sehari-hari dengan para pendatang baru dan para pengusaha dapat membawa buku itu ke setiap kota di seluruh kerajaan.     

Setelah melihat kenyataan bahwa 'Buku harian penyihir' bisa menjadi sangat populer, Wendy merasa terinspirasi.     

Wendy tidak sabar untuk mengambil pena dan kertas, dan mulai memikirkan isi jilid komik yang berikutnya.     

"Apakah kamu sudah mempertimbangkan isi cerita untuk jilid yang selanjutnya?" tanya Ring dengan penasaran.     

"Sudah aku pikirkan, Yang Mulia berkata Gema yang akan menjadi karakter utama dari jilid komik berikutnya," jawab Wendy sambil tersenyum, "Bagaimana menurutmu judul untuk buku ini, 'Putri Bulan Perak dari Wilayah Selatan - Tempat di mana terdapat Pasir Berputar dan Gunung Berapi'?"     

"Wow! Judulnya saja sudah luar biasa!" seru Ring sambil berdecak kagum.     

"Ketika Yang Mulia merebut kembali Wilayah Selatan, kamu bisa pergi ke kota kelahiran sang putri untuk melihat padang pasir yang luas itu." kata Wendy.     

"Kerennn!" seru Ring kegirangan.     

Ini adalah pekerjaan Wendy, ia harus menyebarkan cerita tentang para penyihir dan membuat semua orang mengetahui siapa para penyihir yang sesungguhnya.     

'Buku harian penyihir' hanyalah sebagian kecil dari misi yang diemban oleh Wendy.     

Gema telah berkenalan dengan anggota Rombongan Bunga Bintang, dan semua aktor itu memuji Gema untuk lantunan musiknya yang sangat menyentuh perasaan.     

Evelyn telah membuka sebuah kedai minuman di sebelah Penginapan Gunung Suci, ia menawarkan minuman keras campuran dengan rasa yang unik.     

Si Burung Kolibri juga sudah bergabung dengan Balai Kota dan ia menjadi wakil menteri dari Kementerian Konstruksi, dan ia juga merupakan seorang petugas penyihir yang kedua di Balai Kota setelah Gulir.     

Semua penyihir bekerja sangat keras untuk turut serta membangun Kota Tanpa Musim Dingin. Pada saat yang sama, mereka juga membuat orang-orang menerima keberadaan mereka dan memperlakukan para penyihir dengan layak.     

Wendy merasa bahwa hari yang pernah dijanjikan oleh Yang Mulia kini sudah nyaris menjadi kenyataan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.