Bebaskan Penyihir Itu

Pertempuran di Kota Air Merah



Pertempuran di Kota Air Merah

0Setelah 2 hari berlayar, rumah-rumah di pedesaan dan lahan pertanian mulai muncul di padang hijau yang tampak sunyi, dan tembok pertahanan kota Kota Air Merah secara berangsur-angsur mulai terlihat.     
0

Sebagai kota terbesar yang berada di pinggir Sungai Air Merah, populasi dan sumber daya Kota Air Merah bisa dibilang sebanding dengan Kota Raja yang lama. Jika bukan karena ada kandungan mineral di Kota Perak, leluhur keluarga Wimbledon awalnya bermaksud menjadikan Kota Air Merah sebagai ibu kota daripada Kota Fajar.     

Brian mengamati melalui teleskop sejenak dan bertanya, "Apa yang akan kita lakukan ketika kita tiba di dermaga nanti? Bagaimana kalau kita mengejutkan musuh terlebih dahulu dengan meriam kapal?"     

"Jika kita melakukan hal itu, itu bisa memancing permusuhan dengan penguasa wilayah setempat." jawab Si Kapak Besi sambil menggelengkan kepalanya. "Musuh utama kita adalah gereja. Hal-hal lain dapat kita tunda terlebih dahulu. Menurut proses diplomatik, kita seharusnya menyerahkan berkas-berkas kenegaraan terlebih dahulu kepada mereka."     

Ketika armada Tentara Pertama tiba di dermaga di pinggir kota, kekacauan besar akan segera dimulai. Gerbang Kota Air Merah langsung ditutup dengan cepat, dan jembatan gantungnya ditarik ke atas sementara para prajurit bersiaga dalam formasi barisan di luar dermaga.     

Brian mengirimkan berkas-berkasnya dan ia langsung menerima balasannya dengan cepat.     

"Orang itu mengatakan tentara Yang Mulia Roland akan diterima dengan baik oleh sang penguasa wilayah di sini, tetapi kita harus mengirim seorang utusan ke pusat kota untuk menjelaskan kondisinya terlebih dahulu. Sang penguasa wilayah tidak akan membuka pintu gerbang dan membiarkan kita masuk sampai ia memverifikasi penyebab kedatangan kita ini," lapor salah seorang prajurit.     

"Kondisi apa lagi yang ia maksud? Bukankah kita sudah menjelaskan dengan sangat jelas dalam berkas-berkas itu," kata Brian dengan kesal, "Kita hanya menentang gereja. Apakah sang penguasa di Kota Air Merah ingin membantu para bajingan gereja itu untuk melarikan diri?"     

"Apakah ini juga salah satu kebiasaan para bangsawan?" Si Kapak Besi berbalik dan menatap ke arah Trevor.     

"Hmm … benar, mereka harus bersikap demikian jika mereka adalah bangsawan," kata Trevor, "Wajar jika mereka mencurigai kedatangan kita, lagi pula, Yang Mulia Roland sendiri belum datang ke sini dan Kota Air Merah tidak berada di bawah wilayah kekuasaannya. Kita hanya perlu mengirim seorang utusan dengan status yang sesuai untuk menjelaskan kedatangan kita dengan jelas."     

"Status yang sesuai bagaimana maksudmu?"     

"Seseorang dari keluarga bangsawan terkemuka yang bisa mendapatkan kepercayaan dari sang penguasa wilayah setempat," Trevor menjelaskan lebih lanjut, "Contohnya, Keluarga Penghisap Madu di Wilayah Barat."     

Si Kapak Besi, Brian, dan Van'er saling berpandangan sambil tersipu malu. Sebelum mereka menjadi komandan dan kapten di pasukan Tentara Pertama, Si Kapak Besi berasal dari Negara Pasir, sedangkan Van'er dan Brian adalah warga sipil. Mereka tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan para bangsawan, mereka juga tidak memiliki status yang dapat membantu mereka berbicara dengan sang penguasa wilayah di Kota Air Merah.     

"Mengapa kita tidak meledakkan gerbangnya langsung dengan meriam?" kata Brian dengan jengkel, "Begitu mereka merasakan serangan kita, mereka akan tahu siapa kita sebenarnya."     

"Biar aku saja yang masuk," kata Edith, "Keluarga Kant adalah keluarga bangsawan di Wilayah Utara dan ayahku juga seorang Adipati. Aku memenuhi persyaratan untuk masuk ke sana."     

"Bagaimana kalau itu hanya tipuan mereka?" tanya Van'er dengan ragu, "Jika penguasa Kota Air Merah berkolusi dengan gereja, mereka mungkin akan menangkap Anda ketika Anda masuk dan memaksa kami untuk mundur."     

"Itu tidak akan menguntungkan mereka dan kalian tentu tidak akan mau berkompromi, bukan?" jawab Edith sambil tersenyum, "Selama penguasa Kota Air Merah masih bisa bersikap dengan bijak, ia tidak akan merencanakan tindakan yang ceroboh seperti itu terhadap seorang utusan atau ia akan membangkitkan kemarahan dan antipati dari kaum bangsawan lain jika ia sampai berbuat demikian. Sebaliknya, jika penguasa Kota Air Merah berkolusi dengan gereja, kota itu pasti sudah diblokir dalam keadaan siap perang. Namun, kelihatannya belum ada minyak panas atau api unggun yang didirikan di bagian atas tembok kota ini."     

"Aku akan pergi bersama Nona Edith," kata Tuan Eltek, "Aku pernah menjadi seorang kesatria dan aku bisa melindungi Nona Edith jika ada bahaya."     

"Aku menghargai kepedulian anda, Tuan Eltek. Tetapi aku, Mutiara Wilayah Utara, tidak membutuhkan perlindungan dari siapa pun," kata Edith dengan percaya diri.     

"Bawalah 1 tim prajurit bersama kalian." kata Si Kapak Besi. "Jika kita mendengar ada suara tembakan, kita akan memulai serangan ke dalam."     

…     

Satu jam kemudian, pintu gerbang dibuka dengan perlahan, dan jembatan gantungnya diturunkan.     

Mereka terpana ketika Nona Edith dan seorang pria paruh baya yang gemuk keluar di bawah pengawalan sekelompok kecil prajurit Tentara Pertama. Pria tua itu memakai baju zirahnya tetapi ia tampak seperti sedang mengawal Nona Edith jika dilihat dari sikap tubuh dan ekspresi wajahnya.     

"Ini adalah penguasa Kota Air Merah, Earl Delta," Edith memperkenalkan Earl Delta kepada mereka dan menambahkan, "Aku juga sudah meminta Earl Delta untuk mengirim tim patrolinya untuk mengepung gereja kalau-kalau ada pendeta dan jemaat gereja yang melarikan diri." Kemudian Edith menoleh ke arah Si Kapak Besi sambil berkata, "Ini adalah komandan pasukan Tentara Pertama milik Yang Mulia Roland, Tuan Kapak Besi, Tuan Brian dan Tuan Van'er."     

"Kapak Besi … dan apa?" Earl Delta tertegun sejenak setelah ia mendengar kalimat perkenalan yang aneh untuk pertama kalinya.     

"Lupakan saja." kata Edith sambil tertawa. "Itu hanyalah sebutan yang sering digunakan oleh Yang Mulia Roland."     

"Ehem, jadi begitu." jawab Earl Delta sambil berdeham, "Aku dengar Pangeran Roland … maksudku, Yang Mulia Roland bertindak dengan gaya yang berbeda, benar-benar tidak sama seperti orang kebanyakan. Kalau begitu … aku ucapkan selamat datang di Kota Air Merah kepada kalian. Maafkan pertanyaanku ini, apa benar Yang Mulia Roland hanya ingin memberantas para pemberontak gereja?"     

"Pria ini adalah penguasa Kota Air Merah?" Brian bertanya-tanya dengan kagum. Penguasa ini sangat berbeda dari yang dibayangkan Brian.     

"Itu benar," jawab Si Kapak Besi sambil mengangguk, "Aku rasa Yang Mulia Roland sudah menjelaskan dengan sangat jelas di dalam berkas-berkas itu, bahwa gereja berusaha menguasai Empat Kerajaan dan pemberontakan yang dilakukan oleh gereja telah menjadi kenyataan. Anda tentu sudah mendengar bencana yang terjadi di Kerajaan Everwinter dan Kerajaan Hati Serigala. Kami akan segera meninggalkan kota ini begitu kami menyingkirkan para jemaat gereja."     

"Baiklah, aku rasa kalian tidak perlu terburu-buru begitu," kata Earl Delta sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya, "Malam ini aku akan mengadakan pesta jamuan makan mewah di istana. Kuharap kalian semua bisa hadir dalam perjamuan itu."     

Meskipun Earl Delta mengundang semua orang yang ada di sana, matanya terus tertuju pada Edith Kant.     

Brian hendak menolak undangan Earl Delta, tetapi Edith langsung menerima undangan itu tanpa ragu-ragu. "Terima kasih atas undangan anda. Sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa menghadiri perjamuan itu, tetapi kami harus menyelesaikan tugas dari Yang Mulia Roland terlebih dahulu."     

"Tentu saja." Earl Delta tersenyum dengan matanya yang sipit itu.     

…     

Tentara Pertama memasuki Kota Air Merah dalam pengawalan dari para kesatria. Sambil menghindari tatapan mata Earl Delta, Brian berjalan mendekati Edith dan berbisik pelan. "Mengapa kamu mau menerima undangannya? Pria ini jelas memiliki niat lain yang tidak baik!"     

"Itu hanya komunikasi yang sudah umum di antara para bangsawan. Tidak sopan jika kita menolak undangan dari Earl Delta," jawab Edith. "Aku tidak tahu mengapa Yang Mulia Roland tidak mau ada bangsawan di dalam pasukannya, tetapi kamu mewakili Yang Mulia Roland, sehingga kamu tidak bisa menolak hal-hal seperti ini sepenuhnya. Dan kita akan jauh lebih mudah untuk memulihkan Kota Air Merah berdasarkan hubungan baik kita dengan sang penguasa setempat. Sedangkan untuk niat Earl Delta yang tidak senonoh itu kepadaku … " Edith mengerucutkan mulutnya, "Apakah ada ekspresi wajah lain yang bisa ditunjukkan oleh seorang bangsawan laki-laki kepada seorang wanita?"     

"Ehmm …" Brian menelan ludahnya dengan susah payah dan akhirnya ia menghela napas. "Jadi, kamu sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini?"     

"Sebenarnya itu tidak terlalu buruk, hanya saja sedikit membosankan untukku." Edith tertawa dengan getir. "Yah, apakah kamu tidak pernah menginginkan kehidupan sebagai seorang bangsawan?"     

"Aku …" Brian membuka mulutnya tetapi ia tidak tahu harus berkata apa.     

Tiba-tiba, terdengar suara keributan di depan rombongan mereka. Tampaknya ada seseorang yang berteriak, dan mereka bisa mendengar suara sesuatu yang jatuh ke tanah.     

"Apa yang terjadi?" teriak Earl Delta.     

Si Kapak Besi mengepalkan tangan kanannya dan berteriak, "Semua prajurit, bersiaplah! Tetap waspada!"     

Rombongan itu segera berhenti berbaris. Para prajurit langsung mengambil senapan mereka dari punggung mereka dan dengan cepat berubah formasi.     

Pada saat ini, Sylvie berteriak dari bagian tengah rombongan dengan keras. "Awas! Ada kekuatan sihir di depan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.