Bebaskan Penyihir Itu

Sang Ayah dan Putrinya



Sang Ayah dan Putrinya

0Edith sudah menunggu di aula ketika Adipati Calvin masuk ke Istana Hutan Giok.     
0

"Putriku sayang …." kata Calvin sambil menyambut putrinya itu.     

Edith langsung menyela sambutan dari ayahnya dengan ketus. "Mengapa ayah datang terlambat? Aku sudah menulis surat kepada ayah sejak 1 bulan yang lalu, dan memberitahu ayah untuk bekerja sama dengan Tentara Pertama dalam menyusun dan mempersiapkan perang. Kita harus memenuhi semua permintaan bantuan dari mereka semampu kita."     

"Benar, aku langsung memberi tahu Earl Haier di Kota Lembah Dalam, kemudian aku mengirim kepala pelayan kita untuk mengurus masalah ini. Apa itu masih belum cukup?" tanya Adipati Calvin dengan posisi kedua tangan yang masih terangkat di udara.     

"Huh, tentu saja." jawab Edith sambil melipat kedua tangannya di depan dada, "Akan lebih baik lagi jika ayah datang ke sini secara langsung. Selain itu, perang melawan gereja ini sangat penting. Kita harus menganggap perang ini dengan serius."     

"Tetapi itu adalah wilayah kekuasaan Earl Haier …." jawab Calvin.     

"Oh ayolah ayah, gelar dan kekuasaan para bangsawan akan segera menghilang, dan ayah masih mempermasalahkan tentang wilayah kekuasaan dan hak feodal. Aku pikir ayah bisa lebih tegas memutuskan sesuatu setelah meredam pemberontakan yang dilakukan oleh keluarga Hawes dan Keluarga Lista."     

Adipati Calvin merasa malu dan berkata, "Aku pikir putriku paling tidak mau memeluk Ayahnya dan mengatakan bahwa ia merindukan Ayahnya, daripada berbicara tentang urusan politik bahkan sebelum kita sempat duduk."     

"Benarkah itu?" jawab Edith sambil tertawa. "Jadi Ayah tidak kehilangan kesabaran di ruang kerja, dan tidak menyebutku sebagai anak bodoh, dan mengatakan bahwa aku adalah anak yang tidak tahu berterima kasih yang telah 'menggigit' tangan orang yang telah memberi aku makan. Kalau aku tidak salah, Ayah juga hendak menghancurkan sesuatu tetapi tidak jadi karena benda itu sangat mahal."     

Adipati Calvin langsung tersedak ludahnya sendiri. "Ayah tidak …."     

"Sialan, siapa yang memberitahu semua ucapanku itu kepada Edith?" pikir Calvin.     

Sebelum Calvin bisa menemukan alasan untuk berdalih, Edith sudah berjalan ke arahnya dan memeluknya. "Selamat datang di Kota Lembah Dalam, ayah. Apa Ayah sudah puas sekarang?"     

Kemarahan Calvin langsung mereda seketika. Perasaan Calvin campur aduk selagi ia membelai rambut putri kesayangannya itu.     

Terkadang Calvin tidak tahu bagaimana Edith bisa menjadi seorang wanita yang sangat berbakat dan cantik seperti ini. Edith adalah buah cinta Calvin dengan mendiang istri pertamanya, tetapi kepribadian Edith sangat berbeda dari ibunya dan juga Calvin sendiri. Calvin hampir meragukan apakah Edith adalah putrinya kandungnya jika bukan karena kemiripan wajah yang Edith miliki dengan mendiang ibunya.     

Namun, ketika Edith dan Calvin berpelukan, ia merasa bahwa mereka memang memiliki hubungan darah sebagai ayah dan anak. Edith masih tetap Mutiara Wilayah Utara yang dibesarkan dari tangan Calvin sendiri.     

Setelah beberapa saat, Edith mendorong ayahnya sambil berkata, "Ayah sangat bau. Aku sarankan ayah sebaiknya mandi dulu. Aku bawa sebuah sabun wangi dari Kota Tanpa Musim Dingin. Cobalah sabun wangi ini. Sabun wangi ini jauh lebih baik daripada mandi dengan bunga Cassia."     

"Tidak perlu terburu-buru soal itu." jawab Calvin sambil melihat ke sekelilingnya. "Oh ya, di mana Earl Haier? Kenapa Earl Haier tidak ikut menyambut ayah di aula?"     

"Aku menyuruh Earl Haier untuk kembali ke kediamannya di pinggir kota." jawab Edith.     

"Apa?" Calvin menatap putrinya dengan terkejut.     

Edith mengangkat bahu dan menjelaskan, "Earl Haier tidak peduli dengan perintah Yang Mulia atau perintah ayah. Jika aku tidak tiba di sana tepat waktu, Earl Haier mungkin bisa membuat pasukan Yang Mulia kesulitan. Tidak semua orang dapat dengan jelas melihat situasi mereka sendiri saat ini. Beberapa dari bangsawan itu mungkin tidak memiliki keberanian untuk membuka mata atau pikiran mereka untuk menerima kenyataan. Untuk menghadapi orang-orang seperti itu, aku tidak ingin membuang waktuku sedetik pun. Sebaiknya aku segera mengusir Earl Haier dari sini."     

"Apa Earl Haier mau menyerahkan istananya dan kotanya begitu saja?" tanya Calvin.     

"Tentu saja tidak, tetapi aku memiliki Tentara Pertama." jawab Edith sambil tersenyum. "Dan Tentara Pertama pernah menaklukkan Kota Raja dalam 1 hari, jadi menurut ayah, apa yang bisa dilakukan oleh belasan pasukan kesatria milik Earl Haier untuk menghadapi Tentara Pertama?"     

"Aku tidak tahu apakah ini hanya sekedar perasaanku saja atau bukan, tetapi rasanya Edith telah banyak berubah dalam 2 bulan terakhir ini. Senyum di wajahnya tampak lebih tulus, bukan senyum palsu yang sering Edith tampilkan di depan umum. Dan kedua matanya kini berbinar-binar, aku sudah bertahun-tahun tidak pernah melihat Edith sebahagia ini sejak ia beranjak dewasa," pikir Calvin dalam hati.     

Calvin menyadari bahwa Edith kini mencintai hidupnya yang sekarang. Setidaknya Edith terlihat lebih bahagia di sini daripada di Wilayah Utara.     

Perubahan itu membuat Calvin merasa sedikit iri, sekaligus merasa galau.     

Mungkin seperti yang dikatakan Edith sebelumnya, sebagai bangsawan mereka memang kehilangan sebagian hak istimewa mereka setelah kehilangan status kebangsawanan, tetapi hal itu juga membebaskan mereka dari tanggung jawab wilayah kekuasaan mereka.     

Sekarang ada masa depan yang lebih cerah terbentang di hadapan Edith. Edith bisa pergi ke tempat lain selain Wilayah Utara dan menjalani kehidupan yang berbeda.     

Setelah kembali ke ruang kerja, Calvin minum 2 cangkir teh hitam dan menghela napas. "Jadi sekarang kita hanya perlu tinggal di sini dan menunggu kedatangan Yang Mulia Roland?"     

Edith membuka buku catatannya dan berkata, "Tidak juga, ada banyak hal yang harus kita lakukan sambil menunggu kedatangan Yang Mulia. Kita perlu mengirimkan semua bahan-bahan, seperti makanan, kuda-kuda, pakaian, obat-obatan herbal, dan semua keperluan lainnya untuk persiapan perang ke Kota Lembah Dalam. Dan aku sudah menerima sebuah surat rahasia baru dari Yang Mulia. Yang Mulia mengatakan bahwa batangan-batangan besi dan batangan-batangan tembaga harus dikirim ke sini juga. Semakin banyak yang kita kirim, itu akan semakin bagus."     

"Tampaknya Yang Mulia ingin menjarah seluruh kekayaan alam di Wilayah Utara," pikir Calvin dalam hati. "Apa kamu benar-benar percaya bahwa Yang Mulia Roland bisa mengalahkan pasukan gereja?"     

"Yang Mulia Roland mungkin tidak bisa menyerang Kota Suci Hermes dan mengalahkan gereja sepenuhnya. Tetapi itu bukan masalah besar baginya untuk menghentikan gereja memasuki wilayah di Bukit Angin Dingin." kata Edith. "Yang paling dibutuhkan oleh Yang Mulia saat ini adalah waktu."     

"Waktu?" tanya Calvin dengan bingung.     

"Ayah belum pernah melihat pabrik senjata yang dimiliki Yang Mulia Roland di Kota Tanpa Musim Dingin, jadi ayah tidak akan mengerti seberapa kuat kekuatan militer di Kota Tanpa Musim Dingin," kata Edith sambil memandang ayahnya, "Dan tidak peduli siapa kita, baik kesatria, tentara bayaran, Pasukan Penghakiman atau jemaat gereja, semua orang tidak akan berdaya di hadapan sebuah peluru. Pabrik Yang Mulia terus-menerus memproduksi peluru-peluru ini. Selain itu, hanya perlu beberapa menit untuk mengajarkan orang biasa bagaimana cara menggunakan senjata api itu dan pelurunya untuk membunuh musuh. Setelah mendapatkan pelatihan selama 1 bulan, semua orang biasa itu dapat menjadi seorang prajurit dan pergi ke medan perang untuk membunuh musuh. Dan dalam 3 bulan, mereka sudah bisa bergabung menjadi anggota pasukan Tentara Pertama yang tidak terkalahkan itu."     

"Jadi … apa maksud pembicaraanmu ini?" tanya Calvin yang semakin kebingungan.     

"Ayah, kecepatan produksi peluru jauh lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan manusia. Peluru ini berbeda dari pedang dan baju zirah. Seorang pandai besi yang memiliki 10 pekerja sekalipun hanya dapat membuat 10 set baju zirah dan 30 buah pedang dalam 1 tahun. Tetapi 1 pabrik senjata Yang Mulia dapat menghasilkan ribuan peluru dalam 1 hari. Setelah menggantikan peran para kesatria berpedang, mereka dapat memberikan peluru kepada mereka yang ingin menjadi seorang pejuang. Keesokan harinya, peluru ini bisa dikirim ke semua penduduk. Dan 1 bulan kemudian, jumlah peluru itu dapat mengubah seluruh kota ini menjadi sebuah kota hantu.     

Calvin membuka mulutnya tetapi ia tidak tahu harus berkata apa.     

"Aku maklum jika ayah tidak percaya padaku. Bagaimanapun, hal-hal ini mungkin terdengar sedikit tidak masuk akal. Tetapi aku melihat bagaimana cara Tentara Pertama menghadapi musuh-musuh mereka dengan mataku sendiri ketika aku berpartisipasi dalam Operasi Cabut Gigi yang dilaksanakan Tentara Pertama," kata Edith dengan pelan, "Jadi Yang Mulia pasti akan memenangkan pertempuran ini cepat atau lambat asalkan Tentara Pertama dapat terus mempertahankan garis pertahanan. Tiga bulan kemudian, Kota Tanpa Musim Dingin akan melatih sekelompok prajurit baru dan menghasilkan senjata yang mereka butuhkan. Tetapi kelompok Pasukan Penghakiman yang baru mungkin tidak dapat secepat itu untuk belajar bagaimana cara memegang pedang mereka dalam waktu yang begitu singkat."     

"…" Setelah terdiam beberapa saat, Calvin berkata, "Yah, Ayah tentu percaya dengan yang kamu katakan. Tetapi mengapa kamu tidak membalas surat-surat Ayah jika kamu memiliki penilaian yang sangat baik terhadap Yang Mulia? Maksud ayah … bagaimana jika kamu menikah dengan Yang Mulia Roland?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.