Bebaskan Penyihir Itu

Interogasi



Interogasi

0"Skors tanpa digaji dan penahanan selama 15 hari jika tidak ada kerugian lebih lanjut yang disebabkan oleh kesalahan si prajurit. Pemecatan dan pengadilan, jika kesalahan si prajurit membuat kerugian, Yang Mulia," jawab Si Kapak Besi.     
0

"Benar sekali. Kamu telah menghafal semuanya dengan baik. Lakukan apa yang baru saja kamu katakan itu." Karena tidak ada pengadilan militer saat ini, Roland harus menangani kasus-kasus pelanggaran serius yang terjadi dalam pasukan dengan tangannya sendiri. Dalam kasus ini, kelalaian Danny tampaknya tidak begitu serius untuk diadili. "Mengingat perang besar yang akan datang setelah ini, pertama-tama kita akan menahan Danny selama 5 hari dan sisa hukumannya akan dilanjutkan saat kita sudah kembali ke Kota Tanpa Musim Dingin."     

"Baik, Yang Mulia." jawab Si Kapak Besi.     

"Kamu tidak perlu khawatir tentang reaksi para prajurit lain. Hukuman ini akan memberikan contoh yang baik dan memberi tahu mereka bahwa semua orang akan dikenakan hukuman jika terbukti melanggar peraturan, terlepas dari seberapa besar kontribusinya terhadap pasukan kita." kata Roland. "Tentunya, kita juga tidak akan melupakan jasa yang telah Danny lakukan untuk pasukan kita. Jika ada seseorang yang bertanya kepadamu, katakan saja bahwa aku memiliki alasan tersendiri."     

Bahkan, Roland juga menyadari bahwa ia juga ikut bertanggung jawab atas perilaku prajuritnya yang salah. Meskipun Roland telah menciptakan regu penembak jitu yang terdiri dari 50 orang, ia tidak memisahkan penembak jitu yang berbakat dan berpengalaman dari para prajurit Batalion Senjata biasa. Roland hanya menginstruksikan mereka semua untuk bertindak sebagai satu kesatuan dan menembak dengan senapan dari jarak yang lebih jauh, dengan tujuan untuk menghentikan musuh yang mencoba diam-diam masuk ke area bunker.     

Namun, Danny sebenarnya bertindak lebih seperti seorang penembak jitu profesional. Danny memilih posisinya dan menembak berdasarkan pengamatannya sendiri untuk melenyapkan musuh-musuh yang menjadi ancaman terbesar bagi pasukannya. Roland telah berpikir untuk membentuk regu penembak jitu secara khusus, namun regu seperti itu membutuhkan persyaratan yang lebih tinggi dalam hal senjata, amunisi, apalagi untuk anggota timnya. Pada saat yang sama, Roland juga harus mengawasi para penembak jitu itu untuk memastikan bahwa mereka semua bekerja secara proaktif dan produktif.     

Mungkin, Roland akan membuat beberapa perbaikan sistem untuk regu penembak jitu setelah perang ini berakhir.     

"Oh ya, Yang Mulia, komandan gereja yang ditangkap telah mengungkapkan beberapa … informasi penting." kata Si Kapak Besi. "Informasi itu mengenai Pasukan Penghukuman Tuhan."     

"Informasi apa itu?" tanya Roland.     

"Mereka mengatakan prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan tidak bisa bertarung sendiri. Mereka hanya bisa menyelesaikan misi setelah seorang komandan memerintahkan mereka untuk melakukan misi tersebut."     

Roland menoleh. "Benarkah itu? Apa ada informasi lainnya?" Ashes sudah pernah memberitahu Roland tentang hal itu, itulah sebabnya Roland berani membawa pasukannya ke Wilayah Utara dan memprovokasi gereja untuk menyerang terlebih dahulu. Jika prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan bisa bertarung secara independen, beberapa orang dari mereka saja sudah cukup untuk menyebabkan kerusuhan di seluruh wilayah kerajaan Roland.     

"Seorang komandan pasukan gereja bisa merupakan orang biasa atau bahkan Penyihir Suci, dan posisi mereka tidak bisa diubah begitu mereka sudah ditunjuk." kata Si Kapak Besi. "Setiap anggota baru Pasukan Penghukuman Tuhan akan menghadiri upacara untuk mengikrarkan kesetiaan mereka kepada gereja. Salah seorang komandan gereja mengakui bahwa ia pernah menghadiri upacara semacam itu 1 kali."     

Roland segera berkata, "Bawa aku ke tempat mereka. Oh ya, panggil juga Nona Agatha ke sini."     

…     

Roland bertemu dengan 4 orang tawanan yang dikurung secara terpisah di penjara bawah tanah.     

Kota Lembah Dalam memang terasa sangat sejuk dan menyegarkan di atas tanah. Namun, suasana di penjara bawah tanah terasa sangat dingin dan lembab. Keempat tawanan itu ditutup matanya, pakaian mereka basah kuyup, dan tangan mereka terikat di belakang. Meskipun kelihatannya mereka tidak terluka parah, mereka semua tampak menggigil. Sepertinya, Si Kapak Besi telah menerapkan beberapa teknik interogasi yang unik, yang konon, beberapa orang mungkin hanya bisa bertahan selama 1 hari saja.     

Namun para komandan gereja ini bukanlah para tahanan biasa. Kesetiaan mereka terhadap gereja membuat mental mereka sangat kuat.     

"Hanya 2 orang yang di sebelah kanan yang mau berbicara." kata Si Kapak Besi dengan pelan. "Salah satunya adalah Hakim Agung gereja, sementara yang satunya lagi adalah seorang pendeta di Kota Suci Hermes. Dua orang lainnya menolak untuk memberi tahu kami apa pun. Tentu saja, mereka tidak tahu jika teman-teman mereka sudah mengaku."     

Karena Roland tidak begitu paham dengan institusi dan hierarki gereja, ia langsung bertanya kepada Si Kapak Besi, "Siapa orang yang pernah menghadiri upacara di mana Pasukan Penghukuman Tuhan mengucapkan janji setia mereka? Bawa orang itu ke ruang interogasi."     

Si Kapak Besi segera menyeret pendeta itu ke sebuah ruangan kecil yang ada di sebelah selnya. Si Kapak Besi menyiramkan air dingin ke kepalanya untuk menyadarkan tahanan itu. "Farat, aku punya beberapa pertanyaan lagi untukmu."     

Farat mulai menggigil dan cara bicaranya terdengar pelan, "Aku sudah memberitahumu … semua yang aku ketahui. Tolong bunuh saja aku sekarang." Suara pendeta itu terdengar sangat lemah seolah-olah ia sedang sangat kesakitan.     

"Ceritakan tentang upacara untuk Pasukan Penghukuman Tuhan yang pernah kamu hadiri."     

Farat tidak menanggapi pertanyaan itu, ia malah menggelengkan kepalanya.     

"Dengarkan aku. Ini adalah pertanyaan terakhir dari interogasi ini." kata Si Kapak Besi sambil membungkuk, ia berbisik di telinga Farat, "Aku akan membiarkanmu pergi begitu kamu menjawab semua pertanyaan ini."     

Butuh beberapa saat bagi Farat untuk bisa berbicara lagi. "Upacara itu … biasanya diadakan di Menara Babel, upacara itu hanya dapat dihadiri oleh prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan, Yang Mulia Paus dan juga komandan. Semua orang … harus benar-benar diam selama proses upacara itu berlangsung. Bahkan suara sekecil apa pun bisa merusak seluruh rangkaian proses upacara."     

"Kenapa begitu?" tanya Roland.     

"Karena prajurit baru harus mengenali komandan mereka berdasarkan suara mereka." jawab Farat.     

"Maksudmu, mereka harus bisa mengenali suara pertama yang mereka dengar?"     

"Suaranya bisa lebih dari satu orang." sahut Farat. "Komandan yang terpilih akan membaca nyanyian pujian bersama-sama. Kemudian prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan akan dipilih satu per satu oleh si komandan."     

"Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga seorang komandan?"     

"Aku bertanggung jawab … atas sebuah kelompok, kelompokku berisi 10 orang prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan."     

"Tetapi 10 orang itu juga harus mengikuti perintah yang dikeluarkan oleh atasanmu, bukan begitu?"     

Pendeta itu mengangguk. "Semua prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan harus mematuhi perintah dari Paus Tertinggi."     

"Jadi begitu cara kerja mereka," pikir Roland. Roland mengira mereka memerintahkan Pasukan Penghukuman Tuhan ini melalui telepati atau melalui semacam gelombang otak, tetapi mereka sebenarnya mengendalikan mereka melalui suara. Bagi Roland, tampaknya metode itu sangat rumit dan kurang efisien. Tidak hanya gelombang suara dengan mudah bisa berkurang, tetapi kemungkinan untuk mengeluarkan perintah yang bertentangan juga cukup besar. Jika itu sampai terjadi, Pasukan Penghukuman Tuhan akan kebingungan dengan perintah yang mereka terima.     

"Kamu bilang begitu seorang komandan ditunjuk, posisinya tidak bisa berubah. Bagaimana jika Prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan itu kehilangan semua komandan mereka?" tanya Agatha.     

Mendengar suara seorang wanita, Farat terperangah.     

"Jawab pertanyaan itu!" seru Si Kapak Besi sambil menyiramkan air dingin lagi ke kepala Farat.     

"Aku … tidak tahu." jawab Farat.     

"Kamu berbohong." kata Roland setelah ia menerima konfirmasi dari Nightingale. "Sebaiknya kamu tidak mempermainkan kami jika kamu tidak ingin tinggal di sini selama 2 minggu lagi."     

Pendeta itu menggertakkan giginya dan akhirnya berkata, "Pasukan Penghukuman Tuhan … mereka akan pergi ke Tanah Barbar. Hanya itu yang aku ketahui!"     

"Ke Tanah Barbar?" tanya Agatha dengan terkejut.     

"Begitulah rumor yang kudengar … biasanya, ketika itu terjadi, beberapa prajurit lain akan menghentikan kepergian mereka. Tetapi …" Farat tampak ragu-ragu. "Ada rumor yang beredar, bahwa beberapa prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan, yang tidak bisa dikontrol sepenuhnya, mereka melarikan diri ke Tanah Barbar bertahun-tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun dari mereka yang kembali."     

"Apakah kamu mengetahui bagaimana cara untuk menjadi prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan?"     

"Yah mengenai itu … hanya Paus Tertinggi yang bisa menjadi petugas dalam upacara itu …."     

"Ketika seorang Paus pensiun, bagaimana cara ia menyerahkan wewenangnya kepada penerusnya untuk mengendalikan Pasukan Penghukuman Tuhan?"     

"Aku … aku tidak tahu …" butiran keringat dingin mulai bermunculan di kening Farat.     

"Empat ratus tahun yang lalu, bagaimana sejarah gereja didirikan?"     

"Pernahkah kamu mendengar nama 'Alice'? Bagaimana dengan Pusat Persatuan Penyihir dan Kota Suci Taquila? Apa kamu pernah mendengar semua nama-nama itu?"     

Pendeta itu tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Agatha.     

"Orang ini benar-benar tidak tahu apa-apa mengenai semua hal itu. Mari kita pergi dari sini. Tidak perlu melanjutkan proses interogasi ini lagi." kata Roland, setelah ia menerima konfirmasi dari Nightingale.     

Ketika Roland, Nightingale dan Agatha hendak meninggalkan penjara bawah tanah, Si Kapak Besi menghampiri Roland dan bertanya, "Yang Mulia, bagaimana dengan para tawanan ini …."     

"Lakukan saja seperti yang sudah kamu janjikan sebelumnya kepada mereka." jawab Roland.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.