Bebaskan Penyihir Itu

Prediksi Agatha



Prediksi Agatha

0Ketika mereka sudah kembali ke istana, Roland bertanya kepada Agatha, "Apakah ada sesuatu yang kamu ingat?"     
0

"Kemungkinan besar, Pasukan Penghukuman Tuhan baru berhasil diteliti sepenuhnya setelah Kota Taquila hancur. Aku sendiri tidak terlalu paham dengan ucapan pendeta itu," jawab Agatha sambil menggelengkan kepalanya. "Tetapi … proses upacara itu pasti tidak sesederhana yang dikatakan pendeta itu. Setidaknya, pendeta itu tidak menjelaskan bagaimana cara seorang Paus baru dapat mengambil alih wewenang atas Pasukan Penghukuman Tuhan dari Paus sebelumnya."     

"Ditambah lagi, rasanya sangat aneh jika Pasukan Penghukuman Tuhan melarikan diri sendiri ke Tanah Barbar." kata Agatha, "Tanah Barbar yang kalian bicarakan itu pasti Dataran Subur 400 tahun yang lalu. Tidak ada yang ada apa pun di sana selain reruntuhan kota suci Taquila. Apalagi jika kita menduga bahwa Pasukan Penghukuman Tuhan itu dirasuki oleh iblis untuk pergi ke sana, itu lebih tidak masuk akal lagi."     

"Siapa tahu." jawab Roland. "Kamu juga telah melihat bahwa darah mereka ternyata berwarna biru. Mereka tidak dapat dianggap sebagai spesies yang sama seperti kita." Roland tidak terlalu tertarik untuk mengetahui apa yang membuat Pasukan Hukuman Tuhan melarikan diri ke Tanah Barbar. Yang paling ingin Roland ketahui saat ini adalah kelemahan Pasukan Penghukuman Tuhan, dan bagaimana cara untuk mengalahkan mereka. Seperti yang bisa dilihat dari lemparan tombak sebelumnya yang mengenai Malt, tidak adanya benteng pertahanan membuat Pasukan Penghukuman Tuhan sangat berbahaya jika mereka sampai mendekat ke garis pertahanan pasukan Roland. "Jika mereka benar-benar rentan terhadap suara-suara, mungkin kemampuan Gema bisa …."     

"Aku tidak setuju dengan cara itu." Agatha menolak gagasan Roland. "Resikonya terlalu besar."     

"Memang, resikonya cukup besar jika kita menyelinap untuk mendekati komandan mereka, tetapi kita bisa …."     

"Tidak, aku bukan berbicara mengenai Gema." Agatha menyela ucapan Roland. "Aku berbicara tentang Anda."     

"Aku?" tanya Roland dengan terkejut.     

"Jika Gema bisa menyelinap mendekati komandan, ia akan membutuhkan bantuan dengan Kabut Nightingale. Pada saat itu, Anda akan sendirian, tanpa perlindungan. Gereja hanya perlu mengirim seorang Penyihir Suci dengan kemampuan khusus untuk mencabut nyawamu," jawab Agatha. "Meskipun Anda adalah orang biasa yang lemah dan tidak berdaya, kami tidak bisa melakukan semua pertempuran ini tanpa bantuanmu jika kita ingin mengalahkan iblis-iblis itu. Jadi, Anda harus tetap dilindungi. Kita tidak bisa mengambil resiko sebesar itu."     

"Aku benar-benar tidak tahu apakah kamu sedang memuji atau menghinaku." sahut Roland sambil tertawa. "Ketika saatnya tiba nanti, aku akan mengenakan Batu Pembalasan Tuhan."     

"Batu Pembalasan Tuhan hanyalah sebuah jaminan perlindungan. Tetapi batu itu sendiri tidak bisa sepenuhnya melindungi anda." Agatha berkata dengan blak-blakan. "Bahkan seandainya Nightingale gagal melindungi anda, kita tidak memiliki cara lain yang lebih baik selain itu."     

"Selama aku masih hidup, tidak ada yang bisa mencelakai Yang Mulia." jawab Nightingale sambil menampakkan dirinya. Kelihatannya, Nightingale tersinggung dengan ucapan Agatha.     

"Aku juga berharap begitu." sahut Agatha, ia tidak memperdebatkan hal ini lebih jauh. Lalu Agatha berbalik untuk meninggalkan ruangan, tetapi langkahnya terhenti ketika ia sampai di pintu.     

"Ada apa?" tanya Roland kepada Agatha.     

Agatha terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia menjawab, "Aku tidak tahu apakah aku seharusnya membahas hal-hal ini … selain karena kekuatannya yang besar, salah satu alasan mengapa Lady Alice bisa menjadi Ratu di Kota Meteor dan juga menjadi salah satu dari Tiga Pemimpin Penyihir adalah karena kecerdasan dan metode yang dipakainya lebih unggul daripada kebanyakan penyihir lainnya. Pada beberapa kesempatan, keputusan Lady Alice sering menyelamatkan Pusat Persatuan Penyihir dari ambang kehancuran. Tanpa Lady Alice, Kota Taquila tidak akan bertahan sampai saat itu. Banyak orang meyakini bahwa jika Lady Alice dilahirkan sebelum Pertempuran Besar Pertama, ia pasti sudah mengakhiri peperangan ini sejak awal."     

"Jadi apa inti pembicaraanmu ini?" tanya Roland.     

Agatha menoleh ke belakang dan sedikit mengernyit. "Maksudku adalah, para prajurit yang kuat yang Lady Alice ciptakan sebagai harapan terakhirnya untuk menyelamatkan para penyihir seharusnya tidak menjadi pasukan yang mengerikan seperti itu."     

"Jadi maksudmu, kamu merasa Pasukan Penghukuman Tuhan yang ada saat ini mungkin tidak sama dengan Pasukan Penghukuman Tuhan 400 tahun yang lalu?" tanya Roland dengan terkejut.     

"Prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan tidak takut dengan kekuatan sihir, mereka tidak pernah panik, dan juga sangat kuat. Pasukan Penghukuman Tuhan memang memiliki keunggulan besar atas pasukan iblis. Tetapi … mereka tidak mampu membuat keputusan. Ditambah lagi, mereka membutuhkan komandan ke mana pun mereka pergi, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan serangan dari jarak jauh. Aku rasa Lady Alice tidak mungkin menaruh harapan yang tinggi pada prajurit semacam itu." sahut Agatha sambil menghela napas. "Tentunya, ini hanya spekulasiku semata. Hanya gereja yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Pusat Persatuan Penyihir setelah Kota Taquila hancur."     

Setelah Agatha meninggalkan ruangan, Roland masih memikirkan ucapan Agatha.     

Kata-kata Agatha memang masuk akal. Apa mungkin proyek Pasukan Penghukuman Tuhan, yang diciptakan oleh Ratu Kota Meteor dengan mengeluarkan biaya yang sangat besar, hanya dimaksudkan untuk menghasilkan 'mesin pembunuh' yang mahal namun tidak praktis?     

Saat Roland baru hendak keluar dari istana untuk berjalan-jalan dan mencari udara segar, Pelat Simbol Pendengaran yang dikenakan Nightingale tiba-tiba berbunyi.     

"Kilat di sini. Posisiku sekarang ada di barat laut, di atas Bukit Angin Dingin! Aku baru saja melihat bahwa musuh sekarang sedang bergerak mundur. Aku ulangi, musuh sedang menarik pasukannya untuk mundur!"     

"Pasukan gereja itu mundur?" tanya Roland.     

"Mereka semua sedang bergerak menuju Kota Suci Hermes, coo!" Maggie menambahkan.     

"Aku mengerti." Lalu Roland segera memanggil seorang penjaga yang ada di luar. "Beri tahu Si Kapak Besi, Edith, Adipati Calvin dan semua anggota Departemen Penasihat untuk datang ke sini, kita akan mengadakan rapat."     

"Ini sebuah kabar baik!" pikir Roland dengan semangat. Roland tidak mengira pasukan gereja akan meninggalkan Bukit Angin Dingin dan langsung kembali ke Hermes secepat ini. Dengan begitu, Roland bisa memiliki kesempatan untuk mengevakuasi semua penduduk sebelum pasukan gereja kembali menyerang Bukit Angin Dingin.     

"Musuh ketakutan." kata Nightingale sambil tertawa.     

"Mungkin saja. Tetapi mundurnya mereka menunjukkan bahwa gereja tidak dapat mengirimkan bala bantuan dalam waktu singkat." kata Roland sambil mengelus-elus dagunya sendiri. "Prediksi kita sebelumnya sudah benar. Pasukan gereja yang terdiri dari lebih dari 1.000 orang ini mungkin adalah pasukan pemancing yang muncul pada saat-saat terakhir. Jika gereja tidak mengambil inisiatif untuk menyerang garis pertahanan kita, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan terhadap mereka."     

Ketika Roland memutuskan untuk menggunakan strategi ini, ia sudah bersiap-siap untuk menghadapi kekalahan dan menyerahkan Bukit Angin Dingin kepada gereja. Karena, jika dilihat dari lokasinya, Bukit Angin Dingin itu sangat dekat dengan Hermes. Sekarang Roland memiliki kesempatan untuk mencegah penduduk menjadi korban konsumsi Pil Berserk dari gereja, karena itu ia merasa sangat lega saat ini.     

Anggota yang diundang Roland untuk rapat sudah berkumpul di ruang tamu. Roland menceritakan kembali laporan dari Kilat kepada mereka dan menatap semua orang yang hadir di sana. "Apa ada di antara kalian yang mau bertanya?"     

"Yang Mulia, mengapa Anda tidak menempatkan pasukan Anda di Bukit Angin Dingin?" tanya Adipati Calvin dengan bingung. "Lokasi Bukit Angin Dingin sangat strategis, dan hanya ada 1 rute yang mengarah ke Hermes. Bukankah akan lebih menguntungkan daripada kita hanya berjaga-jaga di kaki gunung?"     

"Kelihatannya memang begitu. Tetapi pada kenyataannya, Bukit Angin Dingin dikelilingi oleh pegunungan di 3 sisinya, dan lereng gunung langsung berada di atas kota itu. Musuh hanya perlu menggunakan 'tali' untuk menyusup ke garis pertahanan kita." sahut Roland sambil mengangkat bahu. "Kami sudah pernah membahas ini secara rinci di Kota Tanpa Musim Dingin. Anda dapat bertanya kepada Edith untuk lebih jelasnya. Apa ada pertanyaan lain?"     

Melihat tidak ada yang mau bertanya, Roland mengeluarkan perintah. "Kalau begitu, proses evakuasi penduduk akan dilakukan oleh Tentara Pertama secepatnya. Persediaan gandum dan emas bisa kita tinggalkan. Kekhawatiran utama kita saat ini adalah para penduduk, baik dengan cara paksa atau kekerasan, aku tidak ingin ada 1 orang pun yang tertinggal di Bukit Angin Dingin. Selain itu, para bangsawan lokal mungkin bisa membujuk penduduk dengan lebih baik untuk segera mengungsi. Aku berikan tugas ini kepada Edith." kata Roland. "Kapak Besi dan Edith, kalian berdua yang akan bertanggung jawab untuk mengurus urusan ini."     

"Baik, Yang Mulia!" jawab Edith.     

"Akan kami lakukan sesuai dengan perintah Anda, Yang Mulia."     

"Untuk Departemen Penasihat." kata Roland sambil melirik ke arah Tuan Eltek dan anggota lainnya. "Tugas kalian adalah membantu Adipati Calvin untuk mengatur para penduduk yang hendak dievakuasi. Tugas kalian adalah menghitung jumlah penduduk yang sudah dievakuasi, mendaftarkan identitas mereka, dan menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk mereka. Apa sudah jelas?"     

"Baik, Yang Mulia," jawab mereka dengan serempak.     

"Bagus, mari kita mulai bekerja!" seru Roland dengan penuh semangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.