Bebaskan Penyihir Itu

Bunga Mawar dari Bukit Angin Dingin



Bunga Mawar dari Bukit Angin Dingin

0Iffy mendengarkan dengan saksama selagi Tilly menjelaskan seluruh kisah awal mula berdirinya Asosiasi Taring Berdarah, serta niat Heidi Morgan yang sebenarnya ketika mendirikan asosiasi itu. Ketika Iffy mendengar bahwa Annie telah diberikan kepada seorang bangsawan oleh Si Sinar Langit, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang meremas hatinya.     
0

"Nona Heidi … di mana ia sekarang?" tanya Iffy.     

"Heidi sudah dijatuhi hukuman mati." jawab Ashes yang berdiri di belakang Tilly. "Selama proses penangkapan, Si Sinar Langit juga berusaha melawan kami, karena itu akhirnya ia ikut tewas bersama Heidi."     

"Oh … terima kasih," kata Iffy dengan lembut.     

Iffy membuka tangannya yang terkepal tanpa sadar dan tiba-tiba ia merasa seperti kebingungan.     

Meskipun orang-orang yang bertanggung jawab atas semua kesedihan ini sudah mendapatkan apa yang pantas mereka terima, Iffy masih belum merasa lega. Sebaliknya, sekarang karena tidak ada lagi orang yang Iffy incar untuk membalaskan dendamnya, kini ia merasa hidupnya hampa tanpa tujuan. Ditambah lagi, sebagai satu-satunya orang yang terlibat dengan kejahatan yang dilakukan Heidi Morgan yang tidak dijatuhi hukuman, Iffy jadi semakin merasa bersalah.     

"Kuharap kamu bisa membantuku agar kehidupan para penyihir di Pulau Tidur bisa kembali ke jalur yang benar," kata Tilly setelah beberapa saat. "Seperti kamu, anggota Asosiasi Taring Berdarah yang masih ada juga ditipu dan dijebak oleh Heidi. Mereka seharusnya tidak dilibatkan dan didiskriminasi. Selama ini para penyihir tempur sering merendahkan para penyihir non tempur, tetapi bukan berarti kini mereka harus mendapatkan perlakukan yang sama nantinya."     

Iffy mengangguk tanpa ragu-ragu dan berkata, "Aku bersedia membantu anda, Lady Tilly."     

Tilly tampak sedikit terkejut, seolah-olah ia tidak menyangka Iffy akan menjawab pertanyaannya secepat itu. "Aku senang karena kamu bersedia membantuku."     

"Apa yang harus aku lakukan, Lady Tilly?" tanya Iffy.     

"Bicaralah dengan anggota Asosiasi Taring Berdarah yang lain mengenai kisahmu dengan Annie. Aku akan memberi tahu semua orang tentang kejahatan yang dilakukan Heidi selama ini," jawab Tilly. "Setelah gereja benar-benar dihancurkan, aku akan mengutus orang ke Kerajaan Hati Serigala untuk menemukan para penyihir yang disekap oleh para bangsawan itu. Jika mereka masih hidup, Yang Mulia Roland akan menyelamatkan mereka."     

"Aku mengerti." jawab Iffy.     

Iffy bertekad untuk melakukan apa pun semampunya untuk dapat menebus dosa-dosa masa lalunya.     

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Tilly sambil membungkuk, ia membelai pipi Iffy dengan lembut. Iffy merasa hatinya dipenuhi dengan kehangatan melalui sentuhan lembut Tilly di wajahnya.     

"Aku baik-baik saja." sahut Iffy sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. "Aku hanya merasa sedikit … lelah."     

Tilly menatap Iffy diam-diam untuk waktu yang lama. "Jangan terlalu bersedih. Sekarang beristirahatlah."     

Iffy baru berbaring di tempat tidur setelah langkah kaki Tilly dan Ashes tidak lagi terdengar dari luar pintu kamarnya.     

Tilly tidak menangis.     

"Ini hanya respons alami yang dirasakan tubuhku," kata Iffy dalam hati.     

Ini bukan sebuah perasaan sedih atau takut.     

Iffy hanya merasa sangat rindu kepada Annie.     

Akhirnya, air mata Iffy tidak bisa ditahan lagi dan mulai mengalir dengan deras.     

*******************     

Roland duduk di depan mejanya sambil membaca laporan statistik hasil evakuasi penduduk yang diberikan oleh Departemen Penasihat. Roland belum bisa membaca di bawah penerangan lampu untuk waktu yang lama, karena itu ia merasa tidak terbiasa membaca dengan kondisi remang-remang seperti ini. Roland pernah berpikir bahwa ia telah berhasil membawa peradaban dan modernisasi ke Kota Tanpa Musim Dingin, tetapi sekarang di Kota Lembah Dalam, ia merasa seperti kembali ke titik awal.     

Di Kota Lembah Dalam tidak ada air pancuran untuk mandi, tidak ada sabun wangi, tidak ada lampu listrik … tempat ini tidak jauh lebih baik daripada Kota Perbatasan ketika Roland pertama kali tiba di sana. Awal era industrialisasi baru saja dilakukan di Wilayah Barat. Roland masih memiliki banyak pekerjaan yang harus ia lakukan sebelum cerobong asap dan sistem pemanas bisa tersebar di seluruh wilayah kerajaan Graycastle.     

Roland meletakkan laporannya. Saat Roland baru hendak menggosok-gosok matanya, sepasang tangan lembut yang tidak terlihat menjangkau keningnya dan memijat kepalanya dengan lembut.     

"Terima kasih." kata Roland kepada Nightingale sebelum ia melanjutkan membaca laporan itu.     

Ketika Barov tidak ada, Tuan Eltek yang mengambil peran sebagai asisten di kantornya dengan sangat baik. Paling tidak, Tuan Eltek sangat mahir dalam menghitung statistik dan menyiapkan laporan, dan kinerjanya hampir sama baiknya dengan staf di Balai Kota yang telah menerima pelatihan secara khusus.     

"Berapa banyak orang di sini yang mau pergi ke Wilayah Barat?" tanya Roland.     

"Paling tidak ada 70 persen, Yang Mulia," jawab Tuan Eltek. "Bukit Angin Dingin sebenarnya bukan tempat yang cocok untuk ditinggali. Aku sudah bertanya kepada Adipati Calvin tentang hal ini, dan ia mengatakan kepadaku bahwa jika bukan karena untuk memantau aktivitas gereja, seharusnya tidak ada kota yang berdiri di sana. Sisanya sebesar 30 persen berisi orang-orang yang memiliki tanah pertanian atau usaha sendiri di Wilayah Utara."     

"Baiklah, itu bagus. Sekarang anda sudah bisa mulai membuat jadwal untuk memindahkan mereka ke Wilayah Barat. Usahakan jangan sampai ada kapal yang kosong. Suruh mereka mengangkut sejumlah orang dari waktu ke waktu, sehingga kita bisa mengirim lebih banyak orang dengan lebih cepat ke Wilayah Barat."     

"Tetapi, menurut Adipati Calvin …."     

"Aku akan menjelaskan hal ini kepada Adipati Calvin." sahut Roland sambil menyesap tehnya. "Intinya, setelah perang berakhir, tidak peduli apakah kita menang atau kalah nanti, kita tidak perlu menempatkan orang di Bukit Angin Dingin lagi …."     

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Tuan Eltek.     

"Tidak … tidak ada apa-apa." Tepat setelah Roland mengatakan 'apakah kita menang atau kalah', Nightingale tiba-tiba menutup mulut Roland dengan lembut sehingga ia tidak jadi melanjutkan kalimatnya. "Pokoknya, lakukan saja seperti yang aku perintahkan, semuanya akan baik-baik saja."     

"Baik, Yang Mulia." jawab Tuan Eltek.     

Saat Tuan Eltek hendak pergi, salah satu pengawal pribadi Roland yang bernama Sean, melangkah masuk ke ruangan.     

"Yang Mulia, ada seorang wanita di luar istana yang ingin bertemu dengan Anda. Setelah wanita itu dilarang masuk oleh para penjaga, ia berlutut di tanah dan bersumpah ia tidak akan pergi dari sini sampai ia bisa bertemu dengan Anda."     

"Malam-malam begini?" secara reflek Roland menoleh ke arah jendela. Seluruh kota sedang diliputi kegelapan malam yang tenang dan sunyi.     

"Benar, Yang Mulia. Sepertinya wanita itu sengaja memilih untuk datang pada saat-saat ini. Aku telah melihat wanita itu 2 kali sebelumnya di sekitar istana pada siang hari. Dan …" Sean tampak ragu-ragu. "Wanita itu juga berkata bahwa ia adalah Nyonya Wimbledon."     

Setelah mendengar ucapan Sean, Roland hampir tersedak air liurnya sendiri. "Itu tidak mungkin!" Sejauh yang Roland tahu, Pangeran Roland asli belum pernah ke Wilayah Utara sebelumnya.     

Ketika wanita itu masuk ke ruang kerjanya, Roland merasa cukup terkesan dengan penampilannya.     

Penampilan wanita itu tidak terlalu luar biasa, tetapi fitur wajahnya memiliki pesona yang khas. Tubuhnya yang mungil dan kurus menampilkan aura yang dewasa namun juga penuh kelembutan. Secara keseluruhan, wanita ini tidak bertubuh tinggi semampai, tetapi ia tampak seperti ibu rumah tangga yang sangat kompeten. Lumpur yang menempel di gaunnya yang panjang bahkan lebih menampilkan kesan feminin serta mandiri.     

"Yang Mulia." kata wanita itu sambil membungkuk. "Namaku Olivia, aku berasal dari Bukit Angin Dingin, dengan ini aku memberi hormat kepada Anda."     

"Bolehkah aku mengetahui, mengapa kamu menyebut dirimu sebagai Nyonya Wimbledon?" tanya Roland tanpa berbasa-basi. "Aku dengar dari penjagaku bahwa kamu sengaja menunggu sampai malam untuk masuk ke istana? Apa kamu tahu konsekuensi dengan menggunakan nama keluargaku ini jika kamu sampai terbukti melakukan penipuan?"     

"Maafkan aku, Yang Mulia. Jika aku tidak menyebut nama itu, Anda tidak akan bersedia untuk bertemu denganku." jawab wanita itu sambil menggigit bibirnya. "Aku memang bukan istri resmi kakak laki-laki Anda, tetapi kami pernah bersama dan kami saling jatuh cinta."     

Seperti yang sudah Roland duga, wanita ini memang sengaja menggunakan nama itu untuk bisa masuk ke istana. "Tunggu dulu …" Roland tiba-tiba merasa syok. "Apa katanya tadi? Kakak laki-lakiku?"     

"Maksudmu, kakakku Timothy Wimbledon?" tanya Roland.     

Wanita itu menggelengkan kepalanya.     

"Kalau begitu pasti Gerald Wimbledon?"     

Wajah Olivia memerah, dan ia langsung berlutut di lantai. "Aku tahu bahwa Gerald memiliki rencana untuk naik ke takhta sebelumnya, tetapi sekarang ia sudah tiada … Yang Mulia, bisakah Anda membantuku demi mendiang kakak Anda? Aku mohon, Yang Mulia!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.