Bebaskan Penyihir Itu

Setelah Alam Pertempuran Jiwa



Setelah Alam Pertempuran Jiwa

0Terdengar suara-suara keributan di luar tenda. Nail, yang sedang terbaring di tanah dengan linglung, menoleh dan ia melihat Si Kapak Besi sedang membungkuk dan masuk ke dalam tendanya.     
0

"Ko … komandan." Nail tidak menyangka bahwa Komandan Tertinggi Tentara Pertama akan datang mengunjunginya. Nail buru-buru duduk tegak dan memberi hormat kepada Si Kapak Besi.     

"Tidak perlu sungkan." kata Si Kapak Besi sambil berjalan ke sisi tempat tidur Nail dan duduk sambil menyilangkan kakinya. "Bagaimana luka-lukamu?"     

"Lukaku tidak parah. Hanya 2 gigi depanku yang patah." kata Nail sambil menyentuh pipinya yang bengkak. "Rasanya tidak terlalu sakit."     

"Baguslah kalau begitu." kata Si Kapak Besi, "Nona Nana sedang sangat sibuk belakangan ini, dan karena lukamu tidak terlalu parah, kamu bisa pulih dengan sendirinya. Ketika tugas-tugas Nona Nana sudah selesai, kamu dapat menemui Baron Pine untuk untuk memperbaiki gigimu, dan Tentara Pertama akan membayar biaya pengobatan gigimu itu."     

"Aku mengerti, aku tidak ingin merepotkan Nona Nana dengan cedera kecil seperti ini. Lagi pula, Nona Nana sendiri juga pasti sudah lelah …" Nail ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Bagaimana dengan Hound? Apakah ia …."     

Hound adalah rekan satu tim Nail yang menghantamkan gagang senjatanya kepada Nail hingga ia jatuh pingsan. Nail masih ingat saat rekan-rekan satu tim lainnya mengarahkan senapan mereka ke arah Hound.     

"Jangan khawatir. Hound baik-baik saja," kata Si Kapak Besi sambil menghibur Nail, "Hound sempat diamankan saat prajurit lain mengarahkan senjata mereka kepadanya. Hound menyerangmu karena ia terkena pengaruh sihir Penyihir Suci. Jadi Hound tidak akan dihukum dan ia juga telah kembali ke timnya untuk berlatih."     

"Benarkah itu? …" Nail merasa lega setelah mendengar kabar itu. "Aku pikir aku akan mati waktu itu. Bagaimana dengan anggota tim lainnya?"     

Menurut pengaturan sebelum perang dimulai, masing-masing bunker telah diatur dengan 2 regu senapan mesin dan 5 orang penembak jitu yang penjaga peleton. Jadi, bahkan jika musuh berhasil mendekati bunker, mereka masih bisa mempertahankan bunker itu dari serangan musuh. Selain 2 atau 3 prajurit yang bertugas membawa amunisi dalam tim, semua prajurit lainnya mengenakan Batu Pembalasan Tuhan. Tindakan pencegahan itu tampaknya sudah sempurna untuk menangkal serangan musuh.     

"Ada sebuah kejadian yang tidak terduga," kata Si Kapak Besi sambil memegang bahu Nail, "Tetapi, kejadian itu tidak menimbulkan banyak kerusakan, jika tidak, kita tidak akan berada di sini."     

"Apakah pasukan gereja telah mengalahkan kita …?" Begitu Nail bertanya, ia menyadari bahwa ia telah mengajukan sebuah pertanyaan yang bodoh. "Hm, aku ingin tahu apa yang terjadi sesudah aku pingsan."     

"Musuh melancarkan serangan terakhir mereka tetapi mereka gagal menyeberangi parit pertahanan yang keempat. Baik Pasukan Penghukuman Tuhan dan Pasukan Penghakiman benar-benar sudah dikalahkan, ada lebih dari 2.000 mayat pasukan gereja yang telah kami kumpulkan. Musuh akhirnya melarikan diri dari medan pertempuran sambil terbirit-birit … kita berhasil memenangkan pertempuran ini."     

Yang membuat Nail bingung, ekspresi di wajah Si Kapak Besi tampak tidak terlalu bersemangat, ditambah lagi, ia juga menceritakan semua ini dengan nada suara yang biasa-biasa saja. Si Kapak Besi tidak bilang ada apa, dan Nail tidak berani untuk bertanya lebih lanjut.     

Lalu mereka berdua terdiam cukup lama.     

Setelah beberapa saat kemudian, Si Kapak Besi akhirnya menghela napas dan menepuk bahu Nail. "Karena kini kamu baik-baik saja, beristirahatlah, aku akan pergi mengunjungi para prajurit lain yang terluka."     

Melihat Si Kapak Besi hendak pergi, Nail mengumpulkan keberaniannya dan berkata. "Tuan …."     

"Ada apa?" tanya Si Kapak Besi.     

"Aku … aku ingin keluar dari Tentara Pertama." kata Nail dengan lirih.     

Si Kapak Besi mengerutkan keningnya. "Mengapa kamu ingin keluar?"     

"Mungkin, aku tidak bisa menjadi anggota di regu senapan mesin lagi." jawab Nail sambil menunduk malu. Setiap kali Nail menutup matanya, ia melihat sosok penyihir berjubah merah yang diberondong dengan senapan mesin. "Waktu itu, aku tidak bisa menembak musuh dengan cepat …."     

"Targetmu adalah seorang Penyihir Suci yang masih di bawah umur, bukan?" sela Si Kapak Besi. "Rekan satu tim kamu sudah melaporkan hal itu kepadaku dalam laporan pasca perang. Memang pemikiranmu itu benar, tetapi tindakanmu itu salah. Jadi, aku akan bertanya 1 hal kepadamu, apakah kamu akan mengkhianati Yang Mulia Roland?"     

"Tidak! Tentu saja tidak, Tuan!" Nail buru-buru menjawab. "Hidupku akan kuberikan sepenuhnya demi Yang Mulia Roland."     

"Kalau begitu, aku tidak akan menyetujui permintaanmu untuk keluar dari Tentara Pertama," kata Si Kapak Besi dengan tegas, "Saat ini adalah saat-saat yang paling kritis bagi Tentara Pertama dan bahkan bagi Kota Tanpa Musim Dingin. Aku ingin semua orang yang ada di Tentara Pertama mematuhi tugas mereka dan menjaga Yang Mulia Roland Wimbledon dengan segala cara. Dan, kita harus berusaha keras untuk melakukan semua tugas kita! Jika kamu tidak bisa menjadi seorang penembak senapan mesin, setidaknya kamu masih bisa menjadi pengintai atau pelindung, tetapi kamu sama sekali tidak diizinkan untuk meninggalkan Tentara Pertama, apa kamu mengerti?"     

Si Kapak Besi mengucapkan kalimat terakhirnya dengan nada memerintah.     

"Ba …baik, Tuan!" sahut Nail sambil memberi hormat secara militer.     

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Setelah Si Kapak Besi keluar dari tendanya, Nail merasa syok.     

"Apakah kita tidak benar-benar memenangkan pertempuran ini? Mengapa Si Kapak Besi berkata bahwa sekarang adalah masa-masa kritis? Dan mengapa Si Kapak Besi memerintahkan seluruh Tentara Pertama untuk melindungi Yang Mulia Roland dengan segala cara …" sebuah pemikiran yang mengerikan tiba-tiba terlintas di benak Nail. "Mungkinkah … apakah Yang Mulia Roland mengalami kecelakaan selama pertempuran itu?"     

Begitu Nail memikirkan hal ini, ia bergidik dengan ngeri.     

***************     

"Bagaimana keadaan di sana?" Calvin Kant berjalan ke kamar putrinya dan melihat bahwa Edith sedang mengemasi pakaiannya.     

"Tentara Pertama dan para penyihir menjaga istana dengan sangat ketat, bahkan aku sendiri tidak bisa masuk ke sana." jawab Edith. "Tetapi, jika kondisi Yang Mulia sudah membaik, tentu mereka akan menyampaikan hal itu kepada kita. Jadi … untuk saat ini kurasa kondisi Yang Mulia Roland masih sama seperti sebelumnya."     

"Bagaimana denganmu? Apakah kamu siap untuk melakukan perjalanan panjang?" tanya Calvin sambil meraih sebuah gaun malam dari atas tumpukan-tumpukan gaun di tempat tidur Edith dan mengamati gaun itu dengan saksama. "Bukankah gaun ini agak terlalu terbuka?"     

Edith memutar kedua bola matanya. "Aku tidak bilang bahwa aku mau memakai gaun itu, lagi pula, bukankah gaun itu hadiah dari ayah? Waktu itu, ayah ingin aku memakai gaun itu untuk menghadiri pesta jamuan makan malam yang diadakan oleh Timothy Wimbledon."     

"Ehem … benarkah itu, ayah tidak ingat." sahut Calvin sambil meletakkan gaun itu dengan malu-malu. "Apa kamu pikir pasukan Yang Mulia akan segera bertolak ke Kota Tanpa Musim Dingin?"     

"Mungkin saja." sahut Edith sambil memasukkan beberapa mantelnya ke dalam kopernya. "Meskipun gereja sudah dikalahkan, banyak persediaan amunisi dan perbekalan Tentara Pertama yang sudah habis. Departemen Penasihat membutuhkan waktu sekitar 1 bulan untuk mendapatkan kembali kemampuan operasional untuk Tentara Pertama. Jika Yang Mulia Roland baik-baik saja, ia pasti akan menetap di Wilayah Utara untuk sementara waktu. Tetapi, jika Yang Mulia masih tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa menjamin keutuhan moral Tentara Pertama. Dalam kondisi seperti ini, Si Kapak Besi tidak mungkin berani untuk terus menyerang Kota Suci Hermes, jadi kurasa aku bisa menebak apa yang akan ia lakukan selanjutnya."     

"Apakah kamu juga akan kembali ke Kota Tanpa Musim Dingin bersama Tentara Pertama?" tanya Calvi dengan nada khawatir, "Jika sesuatu yang buruk terjadi kepada Yang Mulia Roland, kerajaan Graycastle bisa jatuh ke dalam kekacauan dan kerusuhan sipil, jadi sebaiknya kamu tetap tinggal di Wilayah Utara."     

"Itulah mengapa aku harus pergi ke Kota Tanpa Musim Dingin." sahut Edith sambil bangkit berdiri dan mengesampingkan rambutnya yang panjang ke belakang punggungnya. "Ini akan menjadi titik awal baru bagi kerajaan Graycastle, meski Yang Mulia di sana atau tidak, itu tidak ada bedanya. Dan, koma yang dialami oleh Yang Mulia sebenarnya memberikan tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi keluarga Kant."     

Calvin Kant tersentak mendengar ucapan Edith. "Apakah kamu bermaksud untuk …."     

"Pikiranmu terlalu sederhana, ayah." kata Edith sambil mengangkat bahu. "Satu-satunya yang bisa menggantikan Roland Wimbledon adalah adiknya, Tilly Wimbledon, dan aku rasa tidak ada orang yang bisa menyatukan orang-orang biasa dengan para penyihir kecuali ia sendiri. Tetapi, masalahnya, Tilly Wimbledon juga seorang penyihir, jadi jika berhadapan dengan urusan kaum bangsawan, ia tentu akan membutuhkan bantuan yang lebih besar daripada orang-orang biasa itu." Edith berhenti sejenak. "Dan orang yang Tilly Wimbledon butuhkan sudah pasti adalah aku. Ayah, ini adalah jalan pintas terbaik untuk mendaki puncak kekuasaan dan aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.