Bebaskan Penyihir Itu

Isabella



Isabella

0Jika bukan karena belenggu yang ada di tangan dan kakinya, Isabella lupa bahwa dirinya adalah seorang tahanan.     
0

Setelah Isabella memberi tahu para penyihir Roland Wimbledon bahwa Batu Pembalasan Tuhan yang tertanam di dinding penjara ini tidak dapat mempengaruhi kemampuannya, ia dipindahkan ke sel biasa yang dijaga oleh beberapa orang penjaga. Ketika Isabella dikirim kembali ke Wilayah Barat Graycastle, ia juga mendapatkan sel yang mirip dengan sel yang sebelumnya. Sel itu tidak lembab atau dingin dan tidak ada air kotor yang mengalir di tanah. Di penjara yang cukup luas ini, Isabella diberikan sebuah tempat tidur, sebuah kursi, dan sebuah toilet dalam sebuah bilik sederhana. Semua jendela di ruangan itu sudah dipasangi jeruji besi, tetapi sinar matahari yang hangat masih bisa masuk ke dalam sel. Kondisi di penjara ini jauh lebih baik daripada penjara yang ada di Area Rahasia Utama di Katedral Hermes.     

Dengan penampilan Isabella yang cantik dan luar biasa, awalnya ia pikir ia akan mendapatkan perlakuan yang 'normal' sebagai seorang tawanan perang, tetapi tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap dirinya. Tidak ada orang yang menyelinap ke sel Isabella pada malam hari. Isabella tidak dilecehkan atau disiksa. Para penjaga yang berjaga di pintu tidak pernah berbicara dengan Isabella kecuali ketika mereka memberikan makanan kepadanya.     

Pengunjung yang paling sering datang ke selnya adalah 2 penyihir Roland Wimbledon. Satu penyihir yang berasal dari zaman 400 tahun yang lalu dan 1 lagi penyihir berambut pirang yang selalu mengenakan kerudung. Tidak peduli apa pun yang mereka tanyakan kepadanya, Isabella selalu menjawab dengan jujur. Isabella bahkan meminta mereka untuk membawakan ia kertas dan pena bulu supaya ia bisa menuliskan beberapa catatan sejarah rahasia gereja dan dokumen-dokumen mengenai iblis yang telah ia baca di perpustakaan Kuil Rahasia Utama.     

Para penyihir Roland juga tidak pernah menyiksa Isabella, tetapi ia tahu bahwa penyihir yang berambut pirang itu sengaja mempersulit dirinya. Isabella merasa bingung melihat ekspresi dingin penyihir berambut pirang itu setiap kali ia selesai menjawab semua pertanyaan yang mereka ajukan padanya.     

Isabella tahu bahwa mereka tidak akan mempercayai apa pun yang ia katakan, dan berdasarkan apa yang terjadi dalam setiap kunjungan mereka ke selnya, Isabella yakin bahwa salah satu dari kedua penyihir itu pasti dapat mendeteksi kebohongan. Isabella menduga bahwa penyihir yang berambut pirang itu berencana untuk menghukumnya ketika mereka menangkapnya, tetapi hal ini malah membuat Isabella semakin bingung. Isabella tidak mengerti mengapa mereka melakukan semua hal ini, karena seharusnya mereka bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan kepada seorang tawanan.     

Isabella merasa semakin tertekan oleh kekhawatiran seiring berjalannya waktu.     

Isabella juga bertanya-tanya mengapa Roland Wimbledon tidak pernah muncul selama 2 bulan terakhir ini.     

Isabella hanya bisa memikirkan 2 kemungkinan untuk pertanyaan ini. Pertama, raja yang baru itu belum terbangun dari komanya. Kedua, mungkin Roland Wimbledon tidak pernah berencana untuk bertemu dengan Isabella. Kedua hal ini sama-sama bukan pertanda baik. Isabella yakin setelah ia mengakui semua yang ia ketahui, ia pasti akan diadili dan dieksekusi mati.     

Meskipun Isabella siap untuk memberitahukan semua yang ia ketahui demi mengalahkan pasukan iblis, ia tidak memiliki keluhan tentang situasinya saat ini, tetapi menunggu saat-saat menjelang kematiannya hari demi hari tetap membuat Isabella tertekan.     

Isabella menghela napas dan berjalan sambil menyeret kedua kakinya yang dirantai ke tempat tidurnya. Isabella duduk di tempat tidur, ia mengambil pena bulu dan mengambil sebuah kertas kosong, ia berpikir jika ia bisa menulis semua informasi yang ia ketahui dengan cepat, ia bisa mempercepat ajalnya.     

Pada saat itu, Isabella mendengar suara langkah-langkah kaki di luar selnya.     

Kedengarannya ada lebih dari 2 orang yang sedang menuju ke sel Isabella.     

Jantung Isabella berdebar-debar dengan kencang.     

Pintu selnya terbuka. Isabella meletakkan pena bulunya dan membalikkan badan. Selain kedua penyihir yang sering mengunjungi Isabella, ada seorang pemuda berambut abu-abu juga yang bersama mereka. Berdasarkan informasi sebelumnya yang Isabella ketahui dari gereja, ia tahu pemuda berambut abu-abu itu adalah Roland Wimbledon, sang Raja Graycastle.     

Jadi Roland Wimbledon sudah sadar dari komanya?     

"Apakah Roland Wimbledon datang untuk menghukumku?" pikir Isabella.     

Sambil berpikir demikian, Isabella bangkit berdiri dan ia sedikit membungkuk ke arah Roland.     

Isabella berusaha terdengar santai, "Kupikir Anda tidak akan pernah datang untuk menemuiku."     

Yang membuat Isabella terkejut, Roland membalas dengan tenang, "Namamu Isabella, bukan? Kamu adalah penyihir yang menyebabkan Batu Pembalasan Tuhan milikku kehilangan efek. Aku tidak bermaksud menunda pertemuan ini denganmu. Aku telah tertidur sangat lama dan aku baru saja terbangun dari tidur panjangku. Aku bertarung melawan Zero dalam alam mimpi dan akhirnya aku berhasil mengalahkannya. Namun, sebagai pemenang, aku tidak mendapatkan segalanya, pengetahuan atau keterampilan yang Zero miliki, seperti yang ia katakan sebelumnya."     

"Itu tidak mungkin!" seru Isabella dengan terkejut.     

Roland bertanya dengan penasaran, "Mengapa begitu? Kurasa aku tidak bisa mendapatkan semua memori yang dimiliki Zero, karena aku adalah seorang laki-laki yang tidak pernah bisa menjadi penyihir."     

"Itu tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin." jawab Isabella sambil menggelengkan kepalanya. "Yang akan didapatkan pemenang dalam alam pertempuran jiwa adalah semua memori dan masa hidup korbannya, 2 hal ini dapat dimiliki oleh manusia mana pun, dan hanya makhluk yang memiliki kedua hal itu yang dapat masuk ke alam pertempuran jiwa. Sedangkan untuk kemampuan penyihir dan kekuatan sihir, kedua hal ini tidak bisa diserap oleh si pemenang. Kalau tidak, Zero juga bisa menelan kekuatanku."     

"Jadi maksudmu … ada makhluk lain yang tidak bisa diserang dan diserap oleh Zero?" tanya Roland.     

Isabella menjelaskan, "Hewan tidak bisa masuk ke alam pertempuran jiwa, karena hewan tidak memiliki kecerdasan. Sekalipun hewan bisa masuk ke alam pertempuran jiwa dan menang melawan Zero, hewan tidak akan pernah bisa memahami memori manusia."     

"Itu mungkin disebabkan oleh perbedaan antar spesies." kata Roland.     

"Sejauh yang aku tahu, di antara ribuan jiwa yang pernah Zero serap, ada beberapa iblis dan beberapa binatang hibrida iblis juga." kata Isabella sambil menghela napas. "Tetapi itu semua terjadi sebelum aku lahir. Aku baru mendengar Zero menyebutkan hal itu ketika kami sedang mengobrol."     

"Menyerap iblis dan … binatang hibrida iblis?" Mendengar ucapan Isabella, Roland dan kedua penyihirnya saling berpandangan dengan bingung.     

"Kenapa kamu tidak memberi tahu kami tentang hal ini sebelumnya?" tanya Nightingale kepada Isabella.     

"Karena semua informasi ini hanya akan membuat kalian semakin khawatir dan tidak ada gunanya untuk kalian ketahui." jawab Isabella. "Bahkan Zero sendiri mengakui bahwa memori milik spesies lain begitu aneh dan kacau sehingga semua memori itu malah membebani pikirannya. Zero bilang ia belum pernah mencoba menyerap binatang hibrida iblis lagi setelah itu."     

Roland tampaknya tidak takut. Malah Roland tersenyum dan berkata, "Menarik sekali. Oh ya, apakah Zero pernah mengatakan padamu apa yang akan terjadi pada para korban yang kalah di alam pertempuran jiwa?"     

"Mereka akan menghilang dari dunia ini seolah-olah mereka tidak pernah ada." jawab Isabella.     

Roland mengangkat alisnya dan bertanya, "Apakah ada perbedaan antara orang yang kalah dengan menyerah secara sukarela, dan orang yang memilih untuk terus bertarung sampai mati?"     

"Mereka semua akan menghilang, tetapi …" Isabella tampak berpikir sejenak dan melanjutkan. "Seingatku Zero pernah mengatakan bahwa ingatan yang diserapnya dapat terbagi menjadi 2 jenis."     

Roland tampak semakin tertarik dan bertanya, "Dua jenis ingatan apa itu?"     

"Satu jenis ingatan tidak teratur dengan sisa-sisa kesadaran dari orang yang kalah. Kenangan itu akan mempengaruhi pikiran Zero sendiri. Jenis ingatan yang kedua sepenuhnya terbuka bagi Zero. Zero bisa mengingat memori itu kapan pun ia mau." Isabella berhenti sejenak dan melanjutkan. "Zero mengatakan bahwa jenis ingatan yang kedua lebih sulit untuk diingat dan jenis ingatan yang pertama lebih mudah untuk dilupakan … Zero pernah menyebutkan hal ini sekali. Aku tidak bertanya lebih lanjut pada saat itu, tetapi aku yakin kasus Anda adalah pengecualian. "Aku belum pernah melihat orang seperti Anda sebelumnya, yang tidak mendapatkan ingatan sama sekali dari Zero."     

Roland menutup matanya dan mengernyitkan alisnya, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit. Roland terdiam selama hampir 10 menit kemudian ia menghela napas panjang dan berkata, "Aku mengerti."     

"Apa yang orang ini pikirkan?" pikir Isabella dalam hati.     

Meski Isabella penasaran dengan apa yang dipikirkan Roland, ia menahan diri untuk tidak bertanya.     

Isabella tahu bahwa ia tidak berhak mengajukan pertanyaan seperti itu sebagai seorang tawanan.     

Roland berkata kepada Isabella, "Sekarang, mari kita bicara tentang dirimu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.