Bebaskan Penyihir Itu

Uang Gelap



Uang Gelap

0"Terima kasih. Aku akan menghubungi kalian lagi malam ini." kata Otto.     
0

Yorko ternganga. Yorko menatap ke arah Otto dan Hill dengan cemas. Tampaknya ada sesuatu yang salah di sini. Mereka berdua baru saja mengabaikan dirinya, yang notabene adalah Duta Besar Graycastle yang sebenarnya!     

Setelah Otto pergi, Yorko tidak sabar untuk mulai menyampaikan ketidakpuasannya. Namun, semua keluhan Yorko tertahan ketika Hill berkata, "Yang Mulia juga pasti menginginkan hal ini."     

Yorko menepuk keningnya sendiri. "Apa kamu yakin? Aku yang mewakili Kerajaan Graycastle di sini. Jika Raja Appen mengetahui bahwa aku menyelundupkan seorang penyihir, hubungan kedua negara ini akan kembali memburuk dan semua pekerjaan yang telah kita lakukan di sini akan sia-sia. Apa yang harus kita lakukan jika itu sampai terjadi?"     

"Appen Moya tidak akan fokus pada hal-hal sepele semacam ini. Bahkan meski Appen mengetahui tindakan kita, penyihir itu tetap jauh lebih penting daripada aliansi kedua negara ini." jawab Hill. "Sebenarnya, mata-mataku sudah memeriksa apakah ada penyihir yang diselundupkan di antara para pengungsi ketika mereka melakukan penggeledahan untuk mencari para penyihir."     

"Dan apa hasilnya?" tanya Yorko.     

"Nihil." jawab Hill sambil menggelengkan kepalanya. "Ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah, memang tidak ada penyihir di antara pengungsi itu sama sekali. Kemungkinan kedua adalah, mereka menyamar dengan sangat baik dan benar-benar bisa berbaur dengan penduduk. Oh ya, jika kamu dapat membawa penyihir itu kepada Yang Mulia, ia pasti akan memberikan hadiah untukmu. Kamu tentu sudah mengetahui betapa Yang Mulia sangat melindungi dan menghargai para penyihir."     

Sadar bahwa ini memang keinginan Roland, teman lamanya, Yorko tidak punya pilihan selain menyetujui hal ini dengan muka cemberut.     

Yorko mencoba menenangkan hatinya yang gelisah dengan berkata kepada dirinya sendiri bahwa pelelangan itu hanyalah sebuah cara lain untuk menjelajahi hal-hal lain yang ada di negara ini. Yorko memang penasaran tentang budak-budak macam apa yang akan dijual di sebuah pelelangan yang bahkan tidak bisa dihadiri oleh Denise Payton.     

Otto tiba di pintu masuk mansion tepat waktu pada malam harinya.     

Yorko naik ke sebuah kereta kuda mewah yang tidak ada lambang pengenalnya. Dilengkapi dengan karpet bulu yang tebal, kereta kuda itu juga dilengkapi dengan 2 buah borgol rantai yang digantung di langit-langit kereta. Yorko tidak perlu bertanya untuk apa borgol rantai itu.     

"Aku tidak menyangka ternyata kamu memiliki selera yang aneh." goda Yorko sambil bersiul.     

Wajah Otto memerah. "Ehem … ini bukan kereta kudaku. Kereta kuda semacam ini sangat berguna ketika kamu harus menahan seseorang, sementara pada saat yang bersamaan kamu bisa menghindari tatapan mata dari orang-orang yang lewat."     

"Kamu tidak perlu menjelaskan. Aku sudah mengerti." kata Yorko sambil menyentuh ujung rantai itu dan bertanya, "Bolehkah aku meminjam kereta ini selama beberapa hari setelah semua urusan ini selesai?"     

"Tentu saja. Harga sewanya 50 keping perak per hari dan harganya sudah termasuk jasa seorang kusir." jawab Otto sambil memberitahu kusir ke mana tujuan mereka. "Perjalanan ini akan memakan waktu cukup lama. Kamu bisa istirahat dulu di dalam sini."     

"Berapa lama perjalanan kita ke sana?" tanya Yorko.     

"Sekitar 1 jam. Tempat pelelangan itu ada di pinggir Kota Cahaya." jawab Otto.     

Yorko tersentak. "Itu berarti kita tidak akan bisa kembali ke ibu kota malam ini! Setelah matahari terbenam, gerbang kota akan segera ditutup, bukan?"     

"Uang Gelap akan menyediakan akomodasi dan makanan untuk para tamunya. Bahkan, mereka akan menyediakan semua yang kamu butuhkan dari Kota Cahaya." jawab Otto.     

"Kedengarannya seperti sebuah bazar." kata Yorko.     

"Kurang lebih begitu. Bedanya adalah, pelelangan ini dilakukan secara ilegal dan rahasia." Otto menjelaskan, "Aku pernah pergi sekali ke pelelangan semacam ini, jadi aku tidak tahu apakah sekarang ada perubahan dalam prosedur lelang kali ini. Aku rasa tidak akan ada masalah selama kamu bisa mengikuti panduanku. Setelah kamu memenangkan tawaran tertinggi, kamu tidak perlu menunggu sampai pelelangan itu berakhir, tetapi kamu bisa langsung membawa penyihir itu dari belakang panggung. Seorang pelayan akan mengantarmu ke kamarmu …."     

"Tunggu dulu …" Yorko menatap Otto dengan heran. "Apa kamu tidak akan ikut denganku?"     

"Hanya ada 1 kartu undangan, jadi aku tidak bisa ikut denganmu." jawab Otto.     

"Lalu bagaimana dengan pembayarannya?" tanya Yorko.     

Otto tersenyum. "Amplop hitam itu sendiri adalah 'uangnya'. Surat itu adalah izin yang dikeluarkan oleh Serikat Dagang yang mengadakan pelelangan ini. Dengan surat itu, kamu bisa langsung mengajukan penawaran."     

"Apa aku bisa mengajukan tawaran tanpa batas?" tanya Yorko sambil terbelalak.     

"Tentu saja ada batasnya… tetapi batasannya jauh lebih tinggi dari harga normal seorang penyihir. Sejauh yang aku tahu, harganya sekitar 1.000 keping emas untuk membeli seorang penyihir beberapa tahun yang lalu. Namun, berhubung Raja Appen sudah memerintahkan untuk membasmi para penyihir, harga penyihir saat ini tentu jadi sedikit lebih rendah."     

"1.000 keping emas!" Yorko berdecak kagum. "Para bangsawan itu seperti sedang membuang-buang uang mereka begitu saja!" Yorko tahu bahkan semua pelacur yang ada rumah bordil di ibu kota sama sekali tidak semahal itu! Mungkinkah Yorko terlalu ketinggalan zaman untuk memahami apa arti hidup mewah yang sesungguhnya?     

"Selain itu … untuk mendapatkan kepercayaan dari penyihir itu, sebaiknya kamu tidak menyentuhnya." kata Otto sambil terbatuk dengan kikuk. "Bagaimanapun, penyihir itu bukan budak sungguhan, jangan sampai kita menimbulkan masalah yang tidak diinginkan."     

"Tentu saja." jawab Yorko sambil menghela napas. Penyihir itu adalah milik Yang Mulia Roland, tentu saja Yorko tidak punya nyali untuk menyentuh penyihir itu.     

"Selagi kamu di sana, pakailah topengmu meski kamu sudah keluar dari tempat pelelangan itu. Aku akan menemuimu lagi besok." kata Otto.     

Kereta kuda itu terus berderap membawa mereka ke barat setelah melewati gerbang kota. Keretanya tidak juga melambat sampai langitnya berubah jadi gelap. Seperti yang dikatakan Otto sebelumnya, mereka tiba di tempat tujuan itu dalam waktu 1 jam.     

Tempat pelelangan itu tidak terlihat berbeda dari rumah penduduk biasa jika dilihat sekilas. Ada sebuah halaman kosong yang berpagar, di tengah halaman itu berdiri sebuah rumah yang terbuat dari lumpur dan jerami. Di belakang halaman itu terbentang tanah pertanian kosong tempat gandum-gandum dipanen. Ladang-ladang itu dipenuhi tumpukan jerami dan gandum yang tampak seperti benjolan-benjolan yang menonjol dari dalam tanah.     

Satu-satunya hal yang mencolok dari tempat itu adalah ada banyak obor yang dipasang di tanah pertanian itu. Itu artinya seseorang menjaga tempat ini.     

Biasanya, tidak ada orang yang akan menjaga halaman kediaman warga sipil.     

Setelah penjaga memeriksa kartu undangannya, Otto dan semua anak buahnya tetap berada di halaman, sedangkan Yorko memasuki rumah lumpur itu dengan seorang pemandu. Setelah menuruni tangga kayu dan melewati terowongan sempit buatan manusia, Yorko berada di dalam sebuah gua yang terbuat dari batu kapur alami.     

Gua itu berukuran sekitar setengah ukuran alun-alun di ibu kota. Dengan cahaya obor yang berkerlap-kerlip, Yorko dapat melihat gua-gua kecil yang tidak terhitung jumlahnya di kedua sisi gua itu, semua gua itu tampak gelap gulita, hanya Tuhan yang tahu ke mana gua-gua itu mengarah.     

Tanah di bagian bawah gua telah diratakan dan dipasangi keramik. Bagian dalam gua itu telah diubah dengan sangat mewah sehingga hanya stalaktit yang menggantung di atas kepala Yorko yang menunjukkan keaslian tempat itu. Gua itu penuh sesak dengan orang-orang yang menunggu pelelangan dimulai.     

Yorko sekarang mengerti apa yang dimaksud Otto dengan 'tidak begitu formal'. Dari semua hal yang Yorko lihat di sini, tempat pelelangan ini sangat mirip dengan salah satu tempat pertemuan komplotan Tikus.     

"Tuan, di sebelah sini." Pemandu itu mengantar Yorko ke kursi yang ditandai dengan huruf hitam dan ia duduk di sebelah Yorko. "Aku siap melayani Anda selama pelelangan berlangsung. Jangan ragu untuk bertanya kepadaku jika Anda memiliki pertanyaan tentang produk-produk kami." Sambil berkata demikian, pemandu itu mengambil lengan Yorko dan menaruh tangan Yorko di dadanya yang lembut. Dalam cahaya remang-remang, Yorko bisa melihat dagu lancip dan bibir yang sensual yang ada di balik topeng pemandu itu.     

"Apakah ini juga bagian dari pelayananmu?" tanya Yorko sambil meraba-raba payudara pemandu itu. "Siapa namamu?"     

"Tentu saja, Tuan. Anda bisa memanggilku dengan No. 76." Napasnya gadis ini wangi, tetapi ia masih bisa mengendalikan cara bicaranya dan tidak terengah-engah.     

Yorko harus mengakui bahwa pikirannya sebelumnya telah salah. Komplotan Tikus tidak mungkin bisa mempekerjakan gadis pemandu yang terlatih seperti ini. Jika setiap tamu dilayani dengan gadis pemandu seperti ini, biaya untuk mempekerjakan gadis-gadis ini tentu sangat fantastis.     

"Apakah di sini selalu gelap seperti ini?" tanya Yorko sambil membelai-belai lengan si pemandu yang halus. "Aku tidak bisa melihat produk yang ada di atas panggung dengan jelas dengan pencahayaan yang buruk seperti ini."     

"Anda akan segera mengetahuinya." jawab gadis itu sambil terkikik.     

Setelah gadis itu berkata demikian, terdengar suara gesekan logam dari atas. Sedetik kemudian, beberapa utas kabel terjatuh dari langit-langit, masing-masing kabel mengikat sebuah batu aneh di bagian ujungnya. Cahaya yang dipancarkan dari batu-batu itu beberapa kali lebih terang daripada cahaya obor yang ada di gua. Tiba-tiba, Yorko bisa melihat panggung yang ada di depan dengan jelas.     

Suara-suara orang yang sedang berbicara yang berkumandang di seluruh gua langsung hening.     

Cahaya obor itu tampak lebih redup dibandingkan dengan pencahayaan yang berasal dari batu-batu itu. Seluruh gua terselubung dalam kegelapan, kecuali panggungnya, di mana mata semua orang tertuju kepada panggung itu.     

Seorang pria yang mengenakan tuxedo[1] berjalan di atas panggung dan membungkuk kepada para hadirin.     

"Terima kasih anda telah bersedia menunggu. Dengan ini aku umumkan bahwa pelelangan Uang Gelap secara resmi sudah dimulai!"     

[1] Setelan jas formal pria     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.