Bebaskan Penyihir Itu

Di Dalam Gua Batu Kapur



Di Dalam Gua Batu Kapur

0…     
0

Sambil memegang Batu Cahaya, Banach Lothar berjalan selangkah demi selangkah menuju ke kedalaman gua Uang Gelap.     

Jalanan di dalam gua itu bisa dibilang cukup licin dan curam, sehingga Banach berulang kali tersandung-sandung meski ia sudah dipapah oleh para pelayannya.     

"Aku sudah begitu tua." Banach tiba-tiba merasa sedih menyadari kondisinya. Sejak Banach berusia 20 tahun, ia telah mengambil alih bisnis keluarganya dan ia telah mendirikan Serikat Dagang raksasa yang kaya dan memiliki pengaruh kuat. Perjuangan dan kegembiraan Banach selama bertahun-tahun itu sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan meski Banach hanya menerima gelar kehormatan sebagai seorang kesatria, reputasi dan status sosialnya tidak lebih rendah dari 3 keluarga bangsawan terkemuka di Kerajaan Fajar.     

Namun, tidak berarti semua hasil kerja keras dan prestasi Banach yang hebat dapat diturunkan ke generasi selanjutnya. Bahkan, selagi usaha Serikat Dagang miliknya terus berkembang, perusahaan itu sudah banyak peminatnya. Pada masa itu, untuk mengkonsolidasikan kekuasaan Serikat Dagang, banyak pengusaha besar, bahkan bangsawan kelas atas, yang diundang untuk bergabung dan berinvestasi dengan Serikat Dagang itu. Selagi Banach masih hidup, semua itu mungkin merupakan dukungan yang menguntungkan dan bermanfaat untuk mengembangkan bisnisnya, tetapi bagaimana jika ia meninggal nantinya? Apakah mereka bersedia untuk tetap mendukung Serikat Dagang miliknya?     

Rasanya, pertanyaan ini tidak perlu dijawab.     

Banach memiliki 5 orang putra dan 1 orang putri, yang paling menonjol diantara semuanya adalah putra keempatnya, yang bernama Victor Lothar. Meskipun usia Victor baru 21 tahun, ia telah menunjukkan bakat bisnis yang luar biasa. Tetapi pada usia ini, Victor Lothar masih belum bisa mengalahkan para pesaing Serikat Dagang yang licik. Serikat Dagang ini bukan milik pribadi Keluarga Lothar, karena itu, jika Banach memaksa para pemegang sahamnya untuk menerima Victor dan mengambil alih posisinya, Banach takut keputusannya akan mendapatkan tentangan dari banyak pihak.     

Pada saat itu, Serikat Dagang ini akan hancur dengan sendirinya, dan yang lebih buruk, anak-anak Banach mungkin juga bisa kehilangan nyawa mereka.     

Bagaimana jika Banach mengabaikan kelangsungan Serikat Dagang raksasa yang telah ia dirikan sepanjang hidupnya? Tentunya Banach tidak rela untuk mematikan bisnisnya begitu saja.     

Ketika ia sedang merenungkan hal ini, tiba-tiba Banach tergelincir.     

"Tuan, hati-hati dengan langkah Anda!" para pelayan yang ada di sekitarnya segera menopang tubuh Banach.     

Banach tersandung-sandung beberapa langkah, dan akhirnya ia berhasil berdiri dengan mantap.     

Sudah jelas, tubuh Banach telah kehilangan vitalitas masa mudanya.     

Banach sudah berusia 69 tahun, dan sudah berapa kali ia mencoba untuk berjalan di jalanan yang curam ini? Banach harus segera sampai ke tempat tujuannya.     

Begitu Banach teringat akan janji yang pernah diucapkan oleh Si Peramal, api harapan kembali menyala di dalam hatinya.     

Setelah Banach bergabung dan menjadi salah satu dari 'mereka', ia bisa menyelesaikan masalah yang tampaknya tidak terpecahkan ini untuk selamanya.     

Perlahan-lahan, jalanan yang menuju ke bawah gua menjadi lebih rata, dan udara terasa lebih lembab. Banach samar-samar bisa mendengar suara arus sungai bawah tanah yang membentur bebatuan seperti guntur yang terus-menerus berkumandang. Sejujurnya, Banach tidak menyukai tempat ini, tempat ini terlalu dalam dan tersembunyi, dan ia sendiri tidak merasa aman di sini. Banach selalu merasa takut bahwa suatu hari nanti air sungai bawah tanah ini akan menghancurkan dinding gua dan menenggelamkan gua itu sepenuhnya.     

Faktanya, beberapa kasus serupa telah terjadi di dalam gua ini. Beberapa terowongan gua telah berubah menjadi kolam yang dalam karena aliran air sungai bawah tanah semakin tinggi dan akhirnya guanya harus ditutup. Uang Gelap hanya menempati sebagian kecil area gua bawah tanah ini. Jika Banach punya cukup waktu dan kesehatannya masih prima, ia bahkan bisa membuat gua ini menjadi kota bawah tanah.     

Ketika Banach tiba di bagian bawah tanjakan yang curam, cahaya yang ada pada Batu Cahaya semakin suram. Batu Cahaya itu memang masih bersinar, tetapi cahayanya tidak lagi cukup terang untuk melihat dinding batu yang ada di kedua sisi gua, karena ukuran gua itu tiba-tiba bertambah beberapa kali lebih luas.     

Suara arus sungai bawah tanah terdengar semakin keras.     

Jauh di dalam gua, 2 nyala api berwarna kuning bersinar di kejauhan. Mereka adalah para penjaga yang diutus oleh Si Peramal untuk menjemput Banach.     

"Baiklah, berhenti dan kalian tunggu di sini." kata Banach kepada para pelayannya.     

"Tetapi Tuan, tempat tujuan kita masih jauh …" kata pelayan dengan khawatir.     

"Tidak apa-apa. Aku harus berjalan di jalan ini sendirian," kata Banach dengan pelan.     

Para pelayan Banach tidak berani membujuknya lagi, jadi mereka hanya bisa berkata, "Baik, Tuan, tolong perhatikan langkah Anda!"     

Setelah meninggalkan mulut gua, Banach dengan hati-hati berjalan ke bagian tengah gua. Inti gua yang ada di bagian terdalam gua batu kapur ini sangat aneh, bentuknya seperti pulau. Gua ini dikelilingi oleh jurang-jurang tanpa dasar dan bukit-bukit yang terhubung oleh jembatan batu yang sempit. Ketika Banach berjalan melalui jembatan batu itu, ia dikelilingi oleh kegelapan sementara Batu Cahaya yang ia pegang hanya bisa menerangi langkahnya beberapa meter ke depan. Jika Banach tidak dipandu oleh cahaya kuning yang ada di ujung jembatan, ia akan merasa seolah-olah ia sedang berjalan di jurang neraka, dan suara gemuruh air sungai bawah tanah yang ada di bawah kakinya adalah suara rintihan orang-orang mati dan roh-roh jahat.     

Kabut berangsur-angsur muncul, dan cahaya yang terpancar dari Batu Cahaya yang dipegang Banach semakin berkurang karena banyaknya kadar uap air di udara. Banach tahu ia harus sangat berhati-hati dalam melangkah, karena seluruh jembatan batu ini tertutup lumut. Jika Banach sampai tergelincir dari jembatan ini, Si Peramal pun tidak akan bisa menyelamatkannya.     

Dikelilingi oleh udara yang lembab, Banach Lothar akhirnya berhasil mencapai pulau batu yang ada di tengah.     

Napas Banach terengah-engah ketika ia sampai dan salah satu penjaga Si Peramal berkata, "Ikuti kami. Tuan Peramal sudah lama menunggu kedatanganmu."     

Karena tidak punya waktu untuk mengeluh, Banach menarik napas dalam-dalam dan mengikuti jejak kedua penjaga itu.     

Puncak 'gunung batu' yang menyerupai pulau terpencil ini memiliki lebar sekitar 100 meter, dan tempat untuk bertemu dengan Si Peramal terletak di dalam gunung batu ini. Sebelum melangkah di tangga batu yang ada di sekitar gunung, Banach menyadari bahwa di balik gua batu kapur ada sebuah gua lagi yang sangat luas. Gua itu lebih besar dan lebih dekat dengan gunung batu ini. Di bawah penerangan Batu Cahaya, Banach melihat dinding gua yang berbentuk bundar dan permukaannya sangat halus seolah-olah dinding itu diukir oleh tangan manusia.     

Jika Banach tidak salah, para penjaga Si Peramal memasuki Kerajaan Fajar melalui lorong-lorong yang ada di dalam gua bawah tanah ini.     

Ketika akhirnya Banach memasuki gunung batu itu, ia sudah terlalu lelah untuk berdiri dengan tegak.     

Untungnya, Si Peramal tidak keberatan dengan postur tubuh Banach ketika ia bertemu dengannya. Para penjaga membawa sebuah bantal lembut dan meminta Banach untuk duduk di sebuah ruangan batu yang luasnya sekitar 10 meter persegi. Kemudian mereka menarik tirai kain tebal untuk menahan suara arus sungai bawah tanah yang berisik.     

"Apakah kamu sudah siap?" tanya salah satu dari penjaga itu kepada Banach.     

"Ya, aku sudah siap. Tolong izinkan aku untuk bertemu dengan Si Peramal." sahut Banach sambil menyeka keringat yang ada di keningnya. Meskipun Banach merasa kelelahan, hatinya dipenuhi dengan harapan-harapan.     

Setelah berkata demikian, Batu Cahaya yang ada di tangan Banach tiba-tiba berkilauan, begitu pula dengan Batu Ajaib yang ada di tangan kedua penjaga itu.     

Kemudian 3 Batu Ajaib itu padam secara berturut-turut, dan kegelapan menyelimuti ruangan batu itu. Karena ini bukan pertama kalinya Banach melihat pemandangan seperti ini, ia tidak merasa terkejut. Sebaliknya, Banach menyaksikan kekuatan Si Peramal dengan penuh kekaguman. Tidak lama kemudian, secercah warna ungu muncul dari dalam tanah, dan mengubah kegelapan yang ada di ruangan itu menjadi sebuah pemandangan yang berbeda.     

Gua ini berada jauh di bawah tanah, tetapi lava yang berwarna merah membara mengalir dari bawah gua ini. Sungai api menyembur dari dalam lubang-lubang batu dan menyatu di bagian bawah dan membentuk seperti sarang laba-laba raksasa. Nyala api itu adalah tubuh Si Peramal, yang berbentuk seperti gumpalan raksasa yang tergantung di dinding batu dengan banyak untaian mirip akar tanaman yang menjuntai ke bawah. Semacam 'kulit' yang terlihat kusut menonjol sambil bergerak naik-turun seperti sedang menghirup udara panas lava.     

Si Peramal tidak memiliki mata atau mulut, tetapi makhluk itu bisa melihat dan berbicara dengan Banach secara langsung dari dalam pikirannya.     

Inilah penampilan asli Si Peramal.     

Si Peramal tidak perlu berubah menjadi sosok manusia karena makhluk itu sendiri sudah sangat luar biasa.     

Banach Lothar menundukkan kepalanya dengan hormat kepada Si Peramal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.