Bebaskan Penyihir Itu

Sang Peramal dan Yang Terpilih



Sang Peramal dan Yang Terpilih

0Sebuah suara wanita langsung terdengar di dalam pikiran Banach. "Bicaralah. Apa yang terjadi di atas permukaan tanah?"     
0

Daripada berbicara dengan menggunakan mulut, Banach hanya perlu berkata-kata dalam hatinya untuk memberikan jawaban kepada Si Peramal. Meskipun cara komunikasi ini terasa menyulitkan bagi Banach pada awalnya, cara berkomunikasi seperti ini sebenarnya jauh lebih cepat dan efektif. Pada saat yang bersamaan, Banach juga merasa lebih sulit untuk berbohong jika berbicara dengan cara ini.     

Banach memberi tahu Si Peramal apa yang terjadi melalui pikirannya. "Peramal Suci, ada sesuatu yang tidak terduga terjadi. Mereka tidak menerima undangan dari Duta Besar Graycastle. Ini semua adalah kesalahanku. Aku tidak menyangka mereka akan melakukan penjagaan dengan sangat ketat."     

Si Peramal tidak menyalahkan Banach, tetapi ia berkata dengan sedih, "Memang sulit untuk memprediksi apa yang dipikirkan orang. Apakah kamu memiliki solusi untuk mengatasi masalah itu?"     

"Mereka tetap harus menerima undangan dari Duta Besar Gryacastle. Ini hanya masalah waktu saja." kata Banach lalu ia berhenti sejenak. "Hal ini dikarenakan ada kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Yang Mulia Appen Moya."     

"Ah … orang biasa." jawab Si Peramal.     

Banach terkejut dan bertanya, "Apa yang bisa aku lakukan untuk Anda, Peramal Suci?"     

"Aku tidak suka kebijakan untuk membasmi para penyihir. Bisakah kamu menjamin bahwa tidak ada penyihir yang terluka?" tanya Si Peramal.     

"Soal itu aku …" Banach tidak tahu harus berkata apa, karena ia tahu bahwa begitu kebijakan Yang Mulia Appen ini diterapkan, tidak dapat disangkal bahwa nantinya akan ada beberapa penyihir yang tertangkap atau bahkan dibunuh. Mengingat bahwa Si Peramal hanya memerintahkan Banach untuk mendorong para penyihir untuk pergi ke Wilayah Barat tanpa memastikan keselamatan hidup mereka, ia pikir ia tidak perlu memikirkan berapa banyak penyihir yang akan bertahan hidup selama perjalanan ke sana.     

"Apa itu yang kamu pikirkan?" tiba-tiba nada suara Si Peramal meninggi. Semua tentakelnya menggeliat dan lava panas yang ada di bawah tanah mulai bergejolak menunjukkan kemarahannya. "Jangan lupa apa yang pernah aku katakan sebelumnya. Sebelum Pertempuran Besar tiba, setiap penyihir sangat penting dan berharga!"     

Dari cara Si Peramal bereaksi, Banach menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang salah, kemudian ia menyadari bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan Si Peramal melalui pikirannya. Dengan begitu, semua yang Banach pikirkan akan langsung ditransmisikan kepada Si Peramal. Banach buru-buru menjelaskan, "Bukan begitu, Peramal Suci, aku ingat setiap kata yang Anda katakan. Aku juga tidak ingin menyakiti orang-orang yang tidak bersalah, tetapi jika aku melakukannya dengan cara itu, hal itu akan memakan waktu lebih lama dan aku harus mengatur kembali anak buahku. Lagi pula, tidak semua orang berani menentang aturan yang telah dibuat oleh Raja dan pada saat yang sama aku juga harus menyimpan rahasia ini."     

Si Peramal menjawab dengan cepat, "Aku akan mengirim para penjagaku untuk membantumu. Berapa lama waktu yang kamu butuhkan?"     

Banach menghela napas lega, karena ia sendiri telah menyaksikan kemampuan yang dimiliki para penjaga itu. Secara umum, para kesatria sama sekali tidak mampu bersaing dengan para penjaga Si Peramal, dan orang biasa bahkan tidak bisa melihat gerakan mereka dengan jelas. Jika 2 atau 3 orang penjaga Si Peramal bertarung, mereka dapat dengan mudah mengalahkan 20 hingga 30 kesatria, itulah kekuatan luar biasa yang dimiliki para penjaga Si Peramal.     

"Aku bisa menyelesaikan langkah ketiga rencana kita dalam 2 minggu." jawab Banach.     

"Baiklah, lakukan saja kalau begitu." kata Si Peramal.     

"Peramal Suci …" Banach ragu-ragu dan melanjutkan. "Apakah para penyihir itu begitu penting? Apakah para dewa hanya memberkati mereka? Jika bicara soal kekayaan atau kekuasaan, aku bisa menghasilkan yang lebih baik …."     

Si Peramal langsung menyela, "Kamu pikir kamu bisa mencarikan pilihan yang lebih baik untuk mencari Yang Terpilih? Kamu tidak tahu apa-apa. Baik kekayaan maupun kekuasaan tidak ada gunanya ketika hari kiamat tiba. Para dewa mencari seorang penyelamat yang tahu bagaimana menggunakan kekuatannya daripada mencari seorang juru bicara. Orang-orang biasa seperti kamu memang sangat membantu, jadi ketika misi ini selesai nantinya, aku akan memberi kamu hadiah yang pantas, seperti umur panjang dan keabadian."     

Banach tahu tentang hari kiamat yang sering disebut-sebut itu. Setiap 400 tahun sekali, Bulan Merah akan muncul di langit kemudian Gerbang Neraka akan terbuka. Pasukan Iblis akan keluar dari Gerbang Neraka, dan mereka akan membantai seluruh umat manusia di seluruh benua, dan orang yang bisa melawan pasukan iblis adalah Yang Terpilih. Hari ini, Banach bisa mengetahui lebih banyak tentang Yang Terpilih melalui pembicaraannya dengan Si Peramal. Si Peramal sepertinya mencari seseorang yang dapat langsung berhubungan dengan dewa-dewa yang kuat dan orang itu pastilah seorang penyihir.     

Banach masih belum menyerah dan ia hendak bertanya lagi, "Tetapi … apakah Anda yakin bahwa Yang Terpilih benar-benar berada di antara para penyihir di Kerajaan Graycastle?"     

Si Peramal terdiam sejenak, itu merupakan suatu pertanda yang tidak biasa. Setelah itu, Si Peramal akhirnya berkata, "Tidak ada yang tahu kebenarannya secara pasti. Ini hanya sebuah percobaan, dan kami sudah mencoba berkali-kali dalam waktu ratusan tahun terakhir."     

"Bagaimana jika kita masih tidak dapat menemukan Yang Terpilih kali ini?" tanya Banach.     

"Kita akan terus mencari Yang Terpilih sampai Pertempuran Besar tiba dan umat manusia benar-benar binasa." jawab Si Peramal.     

Banach berpikir tidak ada artinya ia bisa hidup abadi jika semua umat manusia binasa, ia tersenyum dengan getir dan berjanji, "Aku mengerti, aku akan melakukan semampuku untuk menyelesaikan misi ini."     

Semua tentakel Si Peramal bergerak bersamaan, itu menunjukkan bahwa Si Peramal merasa puas dengan jawaban Banach. "Ada hal lain yang ingin aku tanyakan … apakah gereja benar-benar sudah dikalahkan?"     

Sejak berita kekalahan gereja menyebar sampai ke Kerajaan Fajar, Si Peramal telah menaruh perhatian khusus terhadap masalah ini. Si Peramal bahkan telah memerintahkan Banach untuk mengirim anak buahnya ke Bukit Angin Dingin untuk mengkonfirmasi berita itu.     

"Itu benar, di kaki Bukit Angin Dingin, bekas medan pertempuran itu tampak seolah-olah diinjak-injak oleh binatang buas, banyak lubang-lubang yang dalam dan galian parit di mana-mana. Di sekitar lubang-lubang itu terdapat ribuan kuburan mayat pasukan gereja. Menurut penduduk setempat, kuburan-kuburan itu dibangun oleh Raja Graycastle. Raja Graycastle telah membawa semua mayat prajuritnya kembali ke Wilayah Barat dan ia membakar serta menguburkan semua mayat jemaat gereja di tempat itu. Para pedagang yang kembali dari Dataran Tinggi Hermes mengatakan kepada kami bahwa kejayaan dan kemakmuran telah meninggalkan Kota Suci dan hanya ada keheningan yang masih tersisa di kota itu."     

Mendengar laporan Banach, suara Si Peramal berubah pelan. "Inilah akhir gereja …" setelah beberapa saat, nada suara Si Peramal kembali normal dan ia berkata, "Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. Aku sudah lelah."     

"Baik, Peramal Suci," jawab Banach sambil membungkuk.     

Pemandangan lava panas yang ada di bawah tanah bergejolak seperti air laut yang surut, tidak lama kemudian ruangan batu itu diselubungi lagi dengan kegelapan. Batu-batu Cahaya berkerlap-kerlip beberapa kali kemudian batunya kembali menerangi ruangan itu.     

Semua yang barusan terjadi rasanya seperti mimpi.     

Seorang penjaga mendatangi Banach dan memberinya sebuah botol porselen sambil berkata, "Ini obatmu untuk hari ini. Minumlah obat ini. Peramal Suci merasa sangat puas dengan hasil pekerjaanmu belakangan ini."     

"Te … terima kasih, Peramal Suci." Banach mengambil botol porselen itu dan meneguk semua cairan yang ada di dalamnya dengan penuh semangat.     

Setelah Banach meminum semua cairan itu, ia merasakan ada aliran hangat yang keluar dari perutnya dan meremajakan seluruh tubuhnya. Obat ini membuat Banach merasa gesit dan cepat bereaksi, tetapi efek obat ini tidak akan bertahan lama. Obat ini tidak bisa membuat Banach hidup lebih lama. Berdasarkan perkataan Si Peramal, obat itu hanya bisa meningkatkan kesehatan Banach dan menghilangkan kepenatan dan mengembalikan kekuatan tubuh dalam waktu singkat. Si Peramal mengatakan bahwa sebelum Banach mendapatkan keabadian, ia perlu minum obat ini untuk memperbaiki kondisi tubuhnya yang lemah. Jika tidak, rasa sakit yang hebat selama proses menjadi abadi akan mengoyak-ngoyak seluruh tubuhnya.     

Kejujuran Si Peramal dalam mengatakan yang sebenarnya tentang obat ini semakin memperkuat kepercayaan Banach terhadap dirinya, karena jika ini adalah penipuan, Si Peramal tentu bisa dengan mudah menawarkan obat ajaib ini untuk menarik banyak pria-pria bangsawan dan pedagang kaya seperti Banach.     

Tiga tahun yang lalu, Banach harus duduk di kursi roda dan didorong oleh seorang pelayan. Sekarang, Banach sudah bisa berdiri sendiri dan berjalan dengan kedua kakinya. Ini adalah sebuah kemajuan berkat obat yang diminum Banach.     

Banach yakin ia bisa mendapatkan keabadian setelah menyelesaikan misi yang diberikan oleh Si Peramal kepadanya, dan semua masalah rumit yang ia hadapi saat ini pasti bisa diselesaikan dengan lancar.     

Banach mengangkat tirainya dan ia berjalan menuju tangga batu dengan punggung yang lurus dan kepala yang tegak.     

Sekarang Banach merasa penuh energi bahkan meski tubuhnya terkena hembusan angin dingin gua yang lembab. Langkah Banach kini stabil, dan aliran air sungai bawah tanah yang menderu terdengar seperti sangkakala yang bertiup menyemangati dirinya untuk terus melangkah maju.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.