Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Penampakan



Sebuah Penampakan

0Roland menghabiskan sepanjang hari untuk mencari informasi mengenai pertandingan bela diri itu di setiap saluran TV.     
0

Roland menyaksikan beberapa program pertempuran seni bela diri. Berbeda dari pertandingan pertarungan bela diri tradisional, kompetisi ini diadakan di sebuah arena seluas setengah lapangan sepak bola. Tanpa hakim yang menengahi pemain di arena, pertarungan itu akan berlangsung sangat intens. Bukan sesuatu yang langka jika para petarung bela diri bisa sampai memecahkan lantai arena, dan suara-suara keras seperti guntur yang menggelegar bisa terdengar ketika para petarung itu saling baku hantam, seperti suara efek khusus yang ditambahkan ke arena pertarungan ini.     

Dalam hal daya saing dan menarik atau tidak, pertarungan bela diri ini memang lebih menarik ditonton daripada pertarungan tinju dan pertarungan gaya bebas. Semua petarung bela diri ini bertarung dengan sungguh-sungguh, tidak ada putaran ronde dan batasan waktu yang bisa mengganggu jalannya pertarungan. Tidak heran para penonton begitu bersemangat menyaksikan pertarungan semacam ini. Roland mengernyitkan alisnya setiap kali ia melihat ada seorang petarung bela diri yang mengeluarkan darah atau terluka parah sambil berpikir, "Para petarung bela diri ini benar-benar bertarung secara kelewatan. Apakah mereka tidak takut mati duluan sebelum mereka mendapatkan hadiah kemenangan mereka?"     

Di samping pertandingan itu sendiri, yang paling menarik bagi Roland adalah para petarung itu sendiri.     

Mereka jelas memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih besar daripada orang biasa, dan Kekuatan Alam tampaknya memberi mereka beberapa kemampuan khusus lagi selain sekedar meningkatkan kekuatan atau kecepatan mereka secara fisik.     

Masing-masing kemampuan yang mereka miliki akan diberi nama sebutan khusus yang akan dipakai sebagai nama julukan si petarung. Misalnya, dalam acara yang ditonton Roland, ada seorang pria yang bernama Si Angin Topan. Nama julukan Si Angin Topan adalah Si Badai Dahsyat, karena pria itu bisa meninju berkali-kali dengan kecepatan tinggi dalam 1 detik.     

Roland terkejut dengan metode pertandingan yang dengan jelas menunjukkan kartu truf seorang petarung kepada lawannya bahkan sebelum pertandingan itu dimulai.     

Roland bahkan lebih terkejut lagi ketika ia melihat ada iblis di pertandingan ini.     

Itu adalah Iblis Gila yang tinggi dan memiliki lengan besar. Karena Iblis Gila itu kini tidak memakai topeng atau sarung tangan besi, semua penonton bisa melihat taring dan tangannya yang hanya memiliki 3 jari. Jelas, iblis itu bukan berasal dari spesies yang sama dengan manusia. Namun, tampaknya tidak ada orang yang merasa takut melihat penampilan iblis itu dan komentator bahkan menyebut Iblis Gila itu sebagai seorang petarung dari negara asing.     

Roland semakin merasa kagum melihat isi Dunia Mimpi yang aneh ini.     

Mengingat bahwa Iblis Gila ini adalah iblis yang pernah dilahap oleh Zero, Dunia Mimpi ini bahkan membuat iblis itu menjadi kaum minoritas. Roland bertanya-tanya bagaimana dengan binatang iblis yang pernah dilahap oleh Zero yang ada di Dunia Mimpi ini. Kemudian Roland langsung teringat akan sebuah buku cerita yang berjudul 'Angkat Ekornya' yang penuh dengan adegan yang memacu adrenalin.     

Ketika Roland mendengar perutnya sendiri mulai keroncongan, tiba-tiba ia menyadari bahwa matahari sudah mulai terbenam.     

Roland mengerutkan keningnya.     

Zero biasanya sudah pulang ke apartemen jauh sebelum matahari terbenam.     

Roland telah membaca buku harian Zero dan ia tahu sekolahnya terletak di Jalan Zhongsan. Jalan Zhongsan hanya berjarak 3 kilometer dari apartemen ini. Jika Zero naik bus ke sekolah, ia bisa pulang dalam 10 menit. Sekolah Zero sudah selesai pada pukul 17.30 sore, tetapi sekarang sudah pukul 18.15. Roland merasa sedikit khawatir, "Apa yang terjadi di sekolah Zero?" pikir Roland.     

Setelah berpikir sejenak, Roland memutuskan untuk membeli sesuatu untuk dimakan terlebih dahulu.     

Roland pikir mungkin Zero sedang bermain dengan teman-temannya sekarang. Berhubung saat ini masih musim panas, langitnya masih belum gelap sampai pukul 20.00 malam nanti. Zero mungkin sedang bermain ke taman atau ke arena permainan anak-anak untuk bermain bersama teman-temannya.     

Karena itu, bahkan jika Roland datang ke sekolahnya sekarang, ia mungkin tidak akan bertemu dengan Zero di sana. Karena Roland merasa ia juga bukan pengasuh Zero, ia tidak ingin terlalu mencampuri kehidupan anak itu.     

Zero hanya seorang gadis kecil. Tidak peduli seberapa keras dan rajin sikapnya, mungkin Zero juga ingin bersantai sejenak.     

"Kalau begitu sebaiknya aku memasak … tidak, aku akan membeli makan malam untuk kami berdua." pikir Roland.     

Tepat pada saat itu, layar TV berkedip dan siaran pertarungan bela diri berubah menjadi acara siaran berita.     

"Selamat malam, pemirsa. Kami menyela program tayangan kami sejenak untuk memberitakan sebuah berita terbaru."     

Sambil memegang setumpuk kertas di tangan dan wajah yang tampak cemas, pembawa acara itu berkata, "Bus No 29 sedang dibajak di Jalan Zhongshan. Pembajak itu memiliki pisau. Sekarang polisi lalu lintas telah memblokir Jalan Zhongsan. Kami peringatkan agar semua warga yang tinggal di daerah Jalan Zhongsan untuk tetap berada di rumah untuk saat ini. Kami akan terus menyiarkan laporan terkini tentang perkembangan terbaru kasus ini."     

Setelah itu, tayangannya dengan cepat beralih ke Tempat Kejadian Perkara di TV. Roland melihat kerumunan besar berkumpul di luar barisan polisi, kelihatannya orang-orang itu tidak ingin meninggalkan tempat itu agar mereka bisa menyaksikan pembajakan itu secara langsung.     

Tunggu dulu, bukankah itu rute yang biasa dilalui Zero ke sekolahnya?     

Mendengar berita pembajakan ini, perasaan Roland tiba-tiba tercekam. Apakah Zero diculik?     

Itu bukan sebuah kabar baik. Roland merasa khawatir memikirkan apa yang akan terjadi jika sampai tokoh utama Dunia Mimpi seperti Zero meninggal. Berdasarkan pengalaman Roland melalui mimpi-mimpi lainnya, ketika alam bawah sadar gagal merasionalisasi sesuatu, mimpi itu akan berhenti bekerja. Untuk menghindari gangguan pada alam bawah sadar, Roland bahkan enggan untuk menyelidiki latar belakang keluarga Zero.     

Roland takut ketika alam bawah sadar berhenti bekerja, ia akan terbangun dan melupakan semua yang sedang terjadi dalam mimpi itu.     

Roland tidak ingin mimpi ini berakhir sebelum ia bisa menggali semua informasi yang ada dalam ingatannya.     

Dan yang terpenting, Roland dapat mengetahui lebih banyak tentang dunia nyata jika semua penghuni Apartemen Jiwa-Jiwa memiliki pintu yang terhubung ke fragmen memori mereka masing-masing seperti dugaan Roland selama ini.     

Mungkin juga kematian Zero tidak akan mengubah apa-apa dalam Dunia Mimpi ini, tetapi Roland tidak mau mengambil risiko.     

Sekarang Roland memiliki kekuatan aneh yang melonjak di dalam tubuhnya, ia memutuskan untuk pergi ke TKP untuk membantu para polisi itu.     

Setelah meninggalkan Jalan Pemuda, Roland berlari di sepanjang jalanan yang ramai, ia bisa merasakan aliran hangat yang mengalir di dalam tubuhnya. Anehnya, Roland tidak merasa lelah dan ia dapat dengan mudah mengendalikan setiap bagian tubuhnya saat berlari dengan kecepatan tinggi. Roland bisa menghindari semua pejalan kaki dengan gesit dan ia tiba di TKP hanya dalam 8 menit. Roland merasa berlari sejauh 3 kilometer ini terasa seperti berlari jarak pendek 100 meter.     

Yang tidak disangka oleh Roland, ketika akhirnya ia berhasil masuk ke dalam kerumunan orang banyak, ia melihat bahwa pembajak itu sudah ditangkap. Roland berusaha menjelaskan maksud kedatangannya ke sini untuk membantu menangkap pembajak itu. Kerumunan orang banyak menanggapi Roland dengan mengejeknya sebagai pahlawan kesiangan, kemudian mereka dengan cepat membubarkan diri. Polisi lalu lintas mulai membuka penghalang jalan, bersiap untuk memulihkan arus lalu lintas seperti semula.     

Roland mengeluh dalam hati, "Siapa bilang polisi selalu datang terakhir setelah penjahatnya tertangkap."     

Selain itu, Roland tidak melihat Zero di bus yang dibajak. Roland menghela napas dalam-dalam, "Sepertinya sia-sia aku berlari sampai sejauh ini ke sini."     

Ketika Roland baru hendak pergi meninggalkan TKP, samar-samar ia mendengar suara teriakan minta tolong dari dalam sebuah gang sempit di sisi jalan.     

Roland terkejut dan ia menoleh ke arah gang itu. Pada saat itu, matahari belum sepenuhnya terbenam, tetapi bangunan-bangunan tinggi di kedua sisi jalan menghalangi masuknya cahaya matahari terbenam. Di dalam gang itu tampak gelap. Roland tidak bisa melihat apa pun di dalam gang itu.     

"Apakah itu hanya perasaanku saja?" pikir Roland.     

Setelah beberapa menit, Roland perlahan-lahan berjalan melewati mulut gang, dan ia mendengar suara itu lagi.     

Pasti ada seseorang di dalam gang itu!     

"Aku harus meminta bantuan polisi." pikir Roland.     

Roland berbalik, ia melihat semua polisi itu telah masuk ke dalam mobil mereka dengan si pembajak dan mereka langsung berangkat. Sudah terlambat untuk memanggil para polisi itu sekarang.     

Haruskah aku berpura-pura tidak mendengar apa-apa?     

Namun, Roland jelas-jelas merasakan ada sesuatu di dalam gang itu yang menarik perhatiannya.     

Saat Roland sudah semakin mendekati mulut gang, aliran hangat di tubuhnya mulai melonjak kembali. Rasanya seperti sebuah luapan tenaga yang bergejolak, yang mendesak Roland untuk masuk ke dalam gang itu.     

Roland melangkah masuk ke gang sempit itu.     

Setelah matanya menyesuaikan diri dengan kegelapan yang ada di dalam gang, Roland tidak melihat apa pun selain seorang pria yang berdiri membelakangi dirinya.     

"Apakah kamu yang berteriak minta tolong?" tanya Roland kepada pria itu.     

Pria itu tidak menjawab atau menoleh. Sebaliknya, pria itu memutar kepalanya 180 derajat untuk melihat ke arah Roland. Melihat gerakan kepala yang terpelintir 180 derajat itu, Roland langsung terkesiap dengan ngeri.     

Roland bahkan lebih terkejut lagi ketika ia melihat wajah pria itu.     

Dengan kulit yang sudah menghitam dan banyak luka melepuh, wajah pria itu tampak seperti habis terbakar. Sebuah pusaran berwarna merah gelap bersinar dan berputar di kening pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.