Bebaskan Penyihir Itu

Tibanya Dua Buah Surat



Tibanya Dua Buah Surat

0Roland menerima sepucuk surat dari Calvin Kant, Adipati Wilayah Utara.     
0

Surat itu disertai dengan sebuah memorandum yang diberi tanda sidik jari yang melambangkan dukungan dan kesetiaan Wilayah Utara kepada Yang Mulia Roland.     

Surat itu sendiri banyak berisi hal-hal yang sepele.     

Pertama, Calvin Kant bertanya kapan Roland akan mengadakan upacara penobatan sebagai raja, sehingga ia dapat mempersiapkan perjalanannya ke Wilayah Barat untuk menghadiri upacara penobatan itu. Adalah sebuah tradisi yang umum bahwa raja yang baru harus segera dinobatkan dan dimahkotai.     

Pertanyaan kedua yang ditanyakan oleh Calvin Kant adalah mengenai kebijakan yang baru, seperti bagaimana sistem kebijakan baru harus ditegakkan, apa kekuatan para bangsawan yang masih tersisa setelah mereka menyerahkan hak feodal mereka, bagaimana pengaturan upacara penobatan yang harus dibuat dan apa tugas manajemen Balai Kota yang seharusnya.     

Pertanyaan-pertanyaan ini dapat diprediksi oleh Roland. Tetapi pertanyaan Calvin Kant yang terakhir membuat Roland terkejut.     

Di bagian akhir surat, Calvin Kant mengusulkan jalinan hubungan yang lebih erat melalui sebuah pernikahan. Seluruh halaman terakhir itu didedikasikan untuk memuji kecantikan dan bakat yang dimiliki oleh putrinya, Edith Kant. Calvin Kant juga mengklaim bahwa Edith mampu menangani semua jenis masalah dan urusan, baik itu urusan domestik atau urusan luar negeri, oleh karena itu, Edith adalah kandidat yang paling tepat untuk menjadi calon ratu. Roland tertawa terbahak-bahak ketika ia membaca bagian akhir surat ini.     

"Apa yang kamu tertawakan?" Suara Nightingale terdengar dari belakang kursi Roland.     

"Orang ini adalah … seorang ayah yang sangat lucu." jawab Roland sambil mengangkat surat itu. "Bacalah surat ini."     

Nightingale keluar dari Kabutnya, ia mengambil surat itu dari Roland dan membacanya. Kemudian Nightingale mengerutkan keningnya dan bertanya, "Kamu tidak akan menyetujui hal ini, bukan?"     

"Tentu saja tidak," jawab Roland dengan santai. "Aku tidak membutuhkan jalinan hubungan pemerintahan yang lebih erat melalui pernikahan hanya untuk menjaga stabilitas takhtaku. Selain itu, surat itu menggambarkan sosok Edith yang sangat berambisi sehingga aku bahkan tidak berani untuk membiarkan wanita itu masuk ke dalam istana. Jika tidak, siapa yang akan menjadi raja di sini malah jadi tidak jelas nantinya."     

"Jawabanmu terdengar jujur." kata Nightingale dan ia menghela napas dengan lega.     

"Hei, apakah kamu tidak percaya padaku?" tanya Roland.     

"Bukannya aku tidak percaya padamu, tetapi kamu sudah tahu bahwa penyihir tidak bisa …" Nightingale berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Setelah kami mengalami kebangkitan sebagai penyihir, kami tidak bisa dianggap sebagai wanita yang 'seutuhnya'."     

"Aku rasa tidak demikian." jawab Roland sambil menggelengkan kepalanya. Bagi Roland, persepsi publik bahwa kemandulan adalah sebuah kecacatan bagi wanita lama-lama akan menghilang saat peradaban semakin maju dan berkembang. Sebaliknya, penampilan yang indah, fisik yang menarik dan kemampuan luar biasa yang bisa dihasilkan dari kekuatan sihir akan menjadi semakin penting dan diinginkan orang seiring berjalannya waktu. Selama umat manusia bisa terus melanjutkan kehidupan di bumi, para penyihir pasti akan bangkit sebagai sebuah kelompok khusus. Untungnya, para penyihir dapat dilahirkan sama seperti manusia normal, dan jika dilihat lebih jauh lagi, tidak ada metode khusus untuk memicu kebangkitan mereka sebagai penyihir. Dengan demikian, hal ini memungkinkan para penyihir dan manusia untuk bisa hidup normal dan bekerja sama atau bahkan menikah.     

Tepat pada saat Roland hendak menguraikan panjang lebar tentang pandangan pribadinya tentang para penyihir, seekor elang berwarna abu-abu terbang masuk ke kantornya melalui jendela yang terbuka dan burung itu mendarat di meja Roland dengan bunyi gedebuk yang keras.     

Sebuah kain berwarna kuning diikatkan di cakar elang itu. Kain kuning ini menandakan bahwa surat rahasia itu datang dari Kota Raja yang lama.     

Roland menahan kata-katanya, ia mengambil sepotong dendeng ikan dari lacinya, dan memberikan dendeng ikan itu ke elang abu-abu yang sudah menunggu makanannya. Kemudian Roland membuka kainnya dan mengeluarkan sebuah kertas yang terlipat rapi dari dalam kain itu.     

Karena ukuran surat rahasia itu sangat terbatas, isi surat yang tertulis di dalamnya harus ditulis dengan sangat singkat, padat dan jelas.     

Kalimat pertama dalam surat itu sudah cukup membuat Roland sangat terkejut.     

"Istana Kerajaan Fajar telah disusupi oleh Penyihir Suci yang kebal terhadap Batu Pembalasan Tuhan."     

"Penyihir yang kebal terhadap Batu Pembalasan Tuhan?" Sejauh yang Roland ketahui, hanya ada 2 jenis makhluk yang bisa kebal terhadap Batu Pembalasan Tuhan. Yang pertama adalah Penyihir Luar Biasa, dan yang kedua adalah Pemimpin Iblis yang disebut Pembunuh Kekuatan Sihir.     

Selagi Roland terus membaca surat itu, ia menyadari bahwa informasinya malah semakin membuat dirinya terkejut.     

"Ketika Pangeran Appen berusaha melawan Penyihir Suci itu, mereka memanipulasi pengawalnya untuk menusuk leher para pengawal itu sendiri."     

"Tujuan gereja adalah untuk mengambil alih Kerajaan Fajar sebelum gereja menyerang Kerajaan Graycastle."     

"Otto Luoxi dan Oro Tokat menjadi saksi atas kejadian itu. Tiga keluarga kami berharap untuk menerima bantuan dari Anda."     

Tiba-tiba Roland menyadari bahwa rencananya untuk merebut Wilayah Selatan harus di jadwalkan ulang kembali.     

Tiga hari telah berlalu sejak Roland menerima surat rahasia itu.     

Roland mengadakan sebuah pertemuan untuk membahas strategi serangan yang akan mereka lancarkan ke Wilayah Selatan di aula istana.     

Para hadirin yang hadir dalam pertemuan itu adalah Barov, Si Kapak Besi, Carter, Petrov, Wendy dan Agatha, Sylvie dan terakhir adalah Edith Kant.     

"Itulah situasi yang terjadi saat ini di sana." Roland menyimpulkan setelah menceritakan isi surat rahasia itu kepada para hadirin. "Meskipun kita tidak dapat memverifikasi kebenaran surat rahasia itu, jika segala sesuatu yang tertulis dalam surat itu benar adanya, Kerajaan Graycastle akan menghadapi tantangan terbesarnya sebelum Pertempuran Besar Ketiga di masa yang akan datang. Setelah aku pertimbangkan, aku telah memutuskan bahwa perebutan wilayah ke Wilayah Selatan terpaksa harus ditunda dulu untuk sementara." kata Roland sambil melirik ke arah Si Kapak Besi. "Apakah ada yang keberatan?"     

Sebagai komandan utama Tentara Pertama, Si Kapak Besi bisa dengan cepat merebut Kota Willow dan Bukit Naga Tumbang sesuai rencana, dan dengan demikian, Roland telah memegang kendali penuh atas kota-kota besar yang menghubungkan Kota Tanpa Musim Dingin dengan Wilayah Selatan. Si Kapak Besi bermaksud melanjutkan kesuksesan serangan ini dengan menyelesaikan serangan perebutan wilayah sebelum musim gugur tiba. Wilayah Selatan akan membuat Negara Pasir berada di bawah wilayah kekuasaan Roland. Dua orang yang nantinya akan bertanggung jawab untuk membangun hubungan yang baik antara kedua negara itu adalah Gema dan Si Kapak Besi. Karena mereka berdua berasal dari Klan Mojin, mereka bisa berfungsi sebagai mediator dalam meredakan konflik ketegangan yang berbau ras. Si Kapak Besi sangat ingin kembali ke Kota Pasir Besi untuk membalas dendam karena dulu ia pernah dijebak. Oleh karena itu, membiarkan Si Kapak Besi untuk memimpin Tentara Pertama untuk merebut Wilayah Selatan adalah hadiah terbaik yang bisa Roland berikan kepadanya. Sekarang, berhubung rencana pertempuran ke Wilayah Selatan itu terpaksa ditunda, Roland mengerti jika Si Kapak Besi merasa agak kecewa.     

"Baik, Yang Mulia." Si Kapak Besi tidak mengungkapkan ekspresi apa pun, dan jawabannya masih sama dengan gaya bicaranya yang biasa. "Aku sarankan kita mengutus prajurit yang baru dilatih untuk menggantikan Tentara Pertama yang ditempatkan di Bukit Naga Tumbang. Mereka tidak akan kesulitan untuk berurusan dengan para bangsawan di sana, dan untuk sementara ini, Tentara Pertama yang lama bisa berkonsentrasi untuk mengumpulkan kekuatan untuk berperang melawan gereja."     

"Kita akan melakukan sesuai dengan rencanamu itu." jawab Roland sambil mengangguk sebelum ia bangkit berdiri dan berjalan ke depan sebuah peta raksasa. "Saat ini, kita menghadapi 2 masalah besar. Masalah yang pertama adalah kita tidak tahu kapan musuh akan menyerang. Masalah yang kedua adalah kita tidak tahu dari mana musuh akan menyerang. Dahulu, gereja hanya memiliki 1 rute perjalanan untuk menyerang ke Kerajaan Graycastle. Gereja akan melakukan perjalanan langsung ke selatan melalui Bukit Angin Dingin untuk mencapai Kota Raja. Namun, sekarang setelah gereja menguasai Kerajaan Fajar, ada kemungkinan Pasukan Penghakiman akan menyerang Graycastle melalui jalur perbatasan di Kerajaan Fajar. Apakah ada di antara kalian yang memiliki ide bagus, bagaimana cara agar kita bisa mengatasi kedua masalah ini?"     

"Tidak peduli dari mana musuh muncul, pertama-tama musuh pasti harus melalui Wilayah Utara terlebih dahulu." Barov adalah orang pertama yang angkat suara. "Bukit Angin Dingin, Kota Lembah Dalam, Kota Evernight dan Kota Palisade, semua ini adalah tempat-tempat yang dikuasai oleh Adipati Calvin Kant. Aku sarankan Nona Edith kembali ke Wilayah Utara dan memberi tahu ayahnya tentang hal ini. Kemudian kita akan menempatkan pasukan di Wilayah Utara untuk berjaga-jaga. Ini adalah cara yang paling aman menurutku. Tetapi, Yang Mulia … " Barov bertanya sambil menggosok-gosok kedua tangannya. "Apakah kita memiliki peluang untuk menang melawan gereja?"     

Pertanyaan bodoh ini langsung disambut dengan sinis oleh para hadirin di ruangan itu. Edith langsung menjawab dengan ketus, "Jika Yang Mulia berkata bahwa kita tidak memiliki kesempatan untuk menang, apakah kamu akan menyerah dan memohon belas kasihan kepada gereja?"     

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Sebagai Pimpinan Tertinggi di Balai Kota, aku harus membuat rencana darurat untuk menghadapi situasi yang terburuk yang mungkin bisa terjadi …." Barov berusaha membela dirinya.     

Edith mengabaikan ucapan Barov dan ia menoleh ke arah Roland. "Yang Mulia, walaupun kita memang perlu mengirim orang untuk memantau setiap jalan di Wilayah Utara, metode itu tidak akan efektif. Respon utusan untuk menginformasikan hal itu kepada kita akan sangat lambat, dan pada saat musuh ditemukan, musuh sudah mulai bertindak. Kita tidak akan punya waktu untuk merespon serangan musuh pada saat itu."     

"Apakah kamu memiliki rencana yang lebih baik?" tanya Roland.     

"Tentu saja, Yang Mulia." jawab Edith dengan percaya diri. "Kita harus mengutus beberapa orang ke Hermes."     

"Ke Kota Suci Hermes?" Carter mengerutkan kening dengan pandangan menghina. "Apa gunanya kita mengutus orang ke sana? Apakah anda pikir Paus akan memberi tahu kita ketika gereja mengirim pasukannya ke sini untuk menyerang Graycastle?"     

"Ditambah lagi, orang-orang yang tinggal di Hermes adalah para jemaat gereja dan orang-orang yang rela mati demi membela gereja. Mata-mata kita akan sulit untuk berbaur dengan orang-orang di sana." Petrov menambahkan.     

"Mata-mata kita tidak perlu sampai masuk ke Kota Suci Hermes." jawab Edith sambil tertawa. "Yang perlu kita lakukan hanyalah mengobrol dengan para pedagang yang ada di sana."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.