Bebaskan Penyihir Itu

Akhir dari Impian Heidi Morgan



Akhir dari Impian Heidi Morgan

0Keesokan harinya, Roland menyampaikan hasil interogasinya kepada Tilly dan para penyihir lainnya.     
0

"Beraninya Heidi menggunakan para penyihir itu sebagai imbalan tutup mulut kepada para bangsawan kotor itu?!" kemarahan Ashes meledak sebelum Tilly bisa bicara. Jika Andrea tidak menghentikan Ashes, ia mungkin sudah langsung bergegas ke penjara bawah tanah.     

"Apakah Nona Nightingale sudah memeriksa kejujuran atas ucapan Heidi?" tanya Tilly dengan tenang.     

"Heidi menceritakan segalanya setelah beberapa pertanyaan awal yang aku ajukan," kata Roland, lalu ia memberi tahu mereka apa yang terjadi di sel secara detail. "Kupikir kita akan membutuhkan waktu yang lama untuk membuat Heidi mengakui semuanya, tetapi ternyata mentalnya lebih lemah dari yang kuduga." Roland tidak menyangka bahwa Heidi akan mengakui semuanya kemarin, karena pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan itu hanyalah semacam intimidasi yang biasa dilakukan sebelum interogasi sebenarnya dimulai. Karena itu, Roland tidak melepaskan Liontin Penghukuman Tuhan itu dari Heidi, dan Heidi tidak tahu bahwa Nightingale sebenarnya mendeteksi kebohongannya melalui kekuatan sihir daripada kata-katanya sendiri.     

"Aku mengerti." jawab Tilly sambil mengangguk. "Terima kasih telah melakukan semua ini untukku."     

"Tidak usah sungkan. Aku ini kakakmu." Roland segera meraih kesempatan ini, ia berusaha mengakrabkan diri dengan Tilly. "Ditambah lagi, Heidi Morgan adalah seorang penyihir di Pulau Tidur. Sudah sepatutnya aku menyerahkan Heidi kembali kepadamu."     

"Itu keputusan yang adil …" Tilly terdiam beberapa saat. "Apa yang akan kamu lakukan jika ini terjadi di Kota Tanpa Musim Dingin?"     

Roland memandangi kedua mata Tilly yang berkilauan seperti batu permata dan ia memperhatikan ada amarah yang terpendam dan bukan sorot kesedihan di kedua matanya.     

Tilly sudah membuat keputusan.     

"Aku akan melakukan hal yang sama sepertimu." jawab Roland sambil menghibur Tilly.     

Dengan begitu, mereka semua sepakat bahwa Heidi Morgan akan dijatuhi hukuman mati.     

Tilly tidak lagi merasa ragu-ragu. Tilly membisikkan sesuatu di telinga Ashes. Ashes mengangguk dan ia pergi meninggalkan ruangan.     

"Sekarang aku pamit dulu, kakak." kata Tilly.     

Roland tahu bahwa Tilly sangat tertekan oleh kejadian ini, tetapi ia tidak tahu harus berkata apa lagi untuk menghibur Tilly. Ketika Roland baru hendak mengantar Tilly kembali ke Gedung Penyihir, sebuah teriakan memecah kesunyian. Itu adalah suara yang berasal dari Pelat Simbol Pendengaran yang ada di dada Nightingale.     

"Di sini Kilat, ganti. Di sini Kilat. Summer telah mengetahui kapan para iblis itu meninggalkan pemukiman mereka."     

Laporan Kilat mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu.     

"Hm, apa yang Summer lihat?" tanya Roland kepada Kilat.     

"Ada 2 ekor monster, mulutnya sangat besar, dan monster itu juga memiliki tentakel. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan bentuknya." Dari suara Kilat, Roland tahu Kilat bicara berlebihan. "Monster ini adalah sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Ya ampun … Yang Mulia, anda sebaiknya datang ke sini untuk melihatnya sendiri!"     

"Ada apa ini …" tanya Tilly dengan bingung.     

"Mereka sedang menjelajahi pemukiman iblis yang ada di balik pegunungan yang tertutup salju. Kabut Merah di sana benar-benar sudah menghilang sejak 1 minggu yang lalu," Roland menjelaskan, "Dan tadinya aku ingin memberitahumu tentang hal itu hari ini, tetapi …."     

"Aku hampir lupa tentang iblis itu." sahut Tilly sambil menarik napas dalam-dalam. "Kamu bisa menceritakan kepadaku dalam perjalanan ke sana."     

"Dalam perjalanan?" tanya Roland dengan terkejut.     

"Apa aku tidak boleh ikut ke sana bersamamu?" tanya Tilly sambil mengerjapkan kedua matanya.     

Tilly memang kuat dan mandiri sejak ia masih kecil. Tilly tahu bagaimana cara menyesuaikan diri ketika ia menghadapi sesuatu yang sangat penting. Diam-diam Roland merasa kagum kepada Tilly, betapa cepatnya gadis ini bisa kembali menenangkan pikirannya, itu sebuah kualitas yang penting bagi seorang penguasa. Sayangnya, Roland sendiri masih perlu banyak belajar mengenai hal itu.     

Jika Roland mengajak Tilly bersamanya, Ashes dan Andrea juga pasti akan ikut. Karena itu, perjalanan ini akan jauh lebih aman bersama mereka. Roland tidak punya alasan untuk menolak keinginan Tilly untuk ikut.     

"Ya, tentu saja kamu boleh ikut." sahut Roland sambil mengangguk.     

*******************     

Heidi sedang bersandar di jeruji besi, sambil menunggu Roland mengeluarkan dirinya dari penjara.     

Nasib Asosiasi Taring Berdarah sudah berakhir. Tilly pasti tidak akan mengizinkan Heidi kembali ke Pulau Tidur lagi. Namun, sebagai anggota keluarga Kerajaan Morgan, Heidi telah menemukan sebuah cara baru untuk kembali memiliki takhta kerajaannya.     

Semuanya tergantung pada kekuatan raja Kerajaan Graycastle untuk mendapatkan kembali singgasana yang Heidi inginkan.     

Heidi memiliki harapan yang tinggi untuk 'hadiah' yang akan ia dapatkan nanti daripada janji pengampunan dari Roland sendiri. Roland tidak secara langsung membuat janji apa pun kepada Heidi, itu mungkin hanya karena ia adalah kakak Tilly. Roland sendiri harus memberikan penjelasan kepada penyihir Pulau Tidur tentang keberadaan para penyihir yang hilang itu.     

Heidi yakin sekali tidak ada bangsawan mana pun yang bisa menahan godaan untuk mendapatkan keuntungan sebesar itu. Setengah dari wilayah Kerajaan Hati Serigala tentu akan membawa sejumlah ketenaran dan kekayaan yang sangat besar kepada Roland, dan nama sang raja juga akan tercatat dalam sejarah dan dikenang sepanjang masa.     

Sedangkan untuk Heidi sendiri? Reputasi buruk akan pembelotan Heidi mungkin akan diingat oleh para bangsawan di generasi selanjutnya. Namun, Heidi tidak peduli. Selama Heidi bisa menjadi ratu di Kerajaan Hati Serigala, ia tidak peduli dengan semua hal lainnya.     

Hanya dengan cara itu, Heidi bisa memulai rencana balas dendamnya.     

Heidi harus membalaskan dendam ayahnya dan dirinya sendiri kepada para bangsawan itu atas semua pengkhianatan mereka.     

Heidi bersumpah bahwa ia akan menggantung kepala para pengkhianat itu satu per satu di atas gerbang kota, dan menunjukkan kepada publik nasib orang-orang yang telah menjebak Kaisar Morgan.     

Gerbang besi di penjara bawah tanah itu tiba-tiba terbuka lebar. Suara gerbang besinya yang berdecit itu terdengar sangat keras di ruang bawah tanah yang sunyi itu.     

Heidi segera bangkit berdiri dan ia memandang ke ujung lorong.     

Namun, orang yang datang ke penjara bawah tanah itu bukanlah Roland Wimbledon, tetapi Ashes, dan wajahnya tampak sangar.     

Perasaan merinding menjalar ke tulang punggung Heidi pada saat ia melihat kedatangan Ashes.     

"A … apa yang kamu lakukan di sini? Di mana Yang Mulia Roland?" tanya Heidi dengan panik.     

"Kamu tahu persis mengapa aku datang ke sini." jawab Ashes sambil perlahan-lahan mendekati sel. Heidi melangkah mundur setiap kali Ashes bergerak mendekati sel, tetapi Heidi segera menyadari bahwa tidak ada tempat baginya untuk melarikan diri. "Kamu seharusnya memikirkan konsekuensi ini ketika kamu menyerahkan para penyihir yang tidak berdosa itu kepada para bangsawan."     

"Tidak!" pekik Heidi. "Yang Mulia Roland telah berjanji padaku bahwa ia akan melupakan masalah itu. Yang Mulia Roland sudah memaafkanku. Kamu tidak bisa tidak mematuhi perintah raja! Di mana Yang Mulia? Aku ingin bertemu dengan Yang Mulia!"     

Ashes meraih jeruji besi dengan kedua tangannya dan ia membengkokkan jerujinya secara paksa. Ashes masuk ke dalam sel sambil membungkuk. "Para penyihir itu datang ke Asosiasi Taring Berdarah untuk meminta bantuanmu, dengan harapan agar mereka bisa beristirahat, mendapatkan perlindungan dan mendapatkan makanan. Namun kamu malah mengecewakan mereka dan mengirim mereka ke neraka dengan tanganmu sendiri. Para penyihir itu memang lolos dari kejaran gereja tetapi mereka malah dikhianati oleh kaumnya sendiri. "Bahkan jika Yang Mulia Roland telah memaafkanmu, aku tidak bisa melupakan masalah ini seolah-olah itu tidak pernah terjadi."     

"Apakah Ashes … menguping pembicaraan antara Yang Mulia Roland dan aku? Atau apakah Yang Mulia Roland memberi tahu rahasia itu pada Tilly dan para penyihir lainnya?" pikir Heidi. Heidi menyambar Liontin Penghukuman Tuhan yang ada di lehernya dengan ngeri, tetapi liontin itu tertanam dalam cincin besi yang terpasang di lehernya. Mustahil Heidi bisa melepaskan cincin besi itu dengan tangan kosong.     

"Biar aku bantu melepaskan cincin besi itu." kata Ashes sambil mendekat ke arah Heidi. Ashes mengulurkan tangannya dan ia mengangkat Heidi dari lantai sambil mencengkeram leher wanita itu.     

Cincin besi itu mulai terasa mengencang dan Heidi langsung tercekik. Heidi menggeliat-geliat seperti ikan yang terdampar di darat, ia berusaha agar kakinya tetap berada di lantai, tetapi semua usahanya sia-sia. Perlahan-lahan, pandangan Heidi mulai kabur, sosok Ashes juga mulai berubah jadi buram dan tampak semakin menjauh.     

"Kenapa aku harus berakhir seperti ini?" batin Heidi dalam keadaan putus asa.     

"Aku tidak ingin mati di sini. Aku adalah satu-satunya penerus takhta raja, calon ratu di Kerajaan Hati Serigala."     

Singgasana Kerajaan Hati Serigala sepertinya mulai melayang jauh dari Heidi. Heidi bisa mendengar suara-suara ejekan para bangsawan itu berdengung di telinganya.     

Ketika suara 'krak' berbunyi, cincin besi itu merosot dari leher Heidi dan menghentikan semua pergelutannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.