Bebaskan Penyihir Itu

Satu Malam Tanpa Tidur



Satu Malam Tanpa Tidur

0"Ini akan menjadi sebuah tembakan penalti." kata Si Kapak Besi sambil menghela napas. "Pasukan Penghukuman Tuhan hanya bisa diserang secara pasif karena mereka bahkan tidak bisa melihat bayangan lawan mereka. Musuh tidak mungkin bisa menyelesaikan perjalanan untuk turun gunung setelah kita menembak kepala mereka."     
0

Sambil menyaksikan kekuatan meriam howitzer, Si Kapak Besi sebenarnya sudah mengetahui efek luar biasa dari meriam ini jika pelurunya sampai mengenai peleton musuh. Peluru meriam pertama mendarat sejauh 5 kilometer di depan medan perang. Musuh akan berlarian ke sana kemari, dan mereka akan menghabiskan semua energi mereka sebelum perang benar-benar sengit, atau mungkin musuh akan terus maju tanpa takut meski peleton mereka sudah tidak lengkap. Tentunya, kemungkinan besar yang terjadi adalah musuh membubarkan diri dalam situasi yang penuh kekacauan dan berubah arah sambil melarikan diri daripada menyerang pasukan Roland.     

"Sayangnya musuh yang kita hadapi itu bukan pasukan biasa," jawab Roland sambil tersenyum, "Apalagi kita hanya memiliki sejumlah peluru yang terbatas, jika tidak, kita dapat dengan mudah membinasakan musuh dengan 2 buah Meriam Benteng 152 mm."     

Saat Meriam Benteng 152 mm menembakkan pelurunya, kecepatan tembakan mencapai 8 kali tembakan per menit. Jumlah tembakan sebanyak itu dapat dianggap sebagai sesuatu yang sangat luar biasa di zaman ini. Berhubung para alkemis dari Kota Raja sudah pindah ke Kota Tanpa Musim Dingin sambil mengajak sejumlah besar pekerja magang mereka, produksi propelan telah meningkat pesat, dan jumlah peluru meriam yang diproduksi semakin bertambah. Sumbu pemicu bahan peledak hanya bisa diproduksi secara manual oleh Anna untuk saat ini, dan struktur mekaniknya yang sangat akurat membatasi produksi meriam howitzer dalam jumlah besar.     

"Yang Mulia, ke 20 meriam semuanya telah ditembakkan," kata Van'er melaporkan. "Ada 6 data target yang berhasil diperoleh, yang umumnya semua peluru itu ditembakkan di jalanan di pegunungan."     

"Bagus. Hari ini cukup sampai di sini." jawab Roland sambil mengangguk.     

Lagi pula, peluru untuk uji meriam masih harus dibuat sesuai dengan kebutuhan. Meskipun pelurunya menggunakan peluru padat, bentuk dan beratnya persis seperti sebuah granat dengan sumbu yang sudah terpasang. Hanya Anna yang bisa menangani tugas yang sedemikian rumit seperti itu, jadi setiap harinya ia akan meluangkan waktunya untuk memproduksi sejumlah peluru untuk uji coba meriam bagi Batalion Artileri.     

"Apakah Anda perlu pergi ke tempat lain untuk melihat-lihat, Yang Mulia?" tanya Si Kapak Besi.     

"Tidak, aku akan kembali ke perkemahan terlebih dahulu, kamu teruskanlah untuk melatih para prajurit itu," jawab Roland sambil menggelengkan kepalanya.     

"Baik, Yang Mulia," jawab Si Kapak Besi sambil membungkuk.     

Kembali ke perkemahan, Roland menghela napas panjang dan bersandar ke sofa. Roland menyadari bahwa ia tidak memiliki kegiatan lain untuk dilakukan saat ini, atau mungkin, ia telah melakukan apa pun yang bisa ia lakukan dan sisanya, ia hanya perlu menyerahkan semuanya kepada nasib.     

Gereja akhirnya merespons serangan pasukan Roland sejak 5 hari yang lalu. Menurut laporan Maggie, gerbang kota Hermes kini telah dibuka, dan banyak prajurit dan kuda-kuda yang keluar dari kota itu, mereka menuju ke Bukit Angin Dingin dalam sebuah barisan. Dilihat dari atas, baju zirah mereka yang bersinar tampak seperti aliran air sungai yang mengalir berkilauan melalui Pegunungan Tak Terjangkau.     

Pada saat yang sama, mata-mata yang ditempatkan di sekitar area Kota Suci Lama dan dataran tinggi Hermes telah mengirim sebuah surat rahasia, yang menyatakan bahwa gereja belum pernah mengambil tindakan seperti ini sebelumnya, bahkan kerumunan orang yang biasanya beraktivitas di Kota Suci kini sudah jauh berkurang.     

Tampaknya, musuh sedang mengumpulkan kekuatan mereka.     

Setelah menerima kabar itu, Roland segera bergegas ke garis terdepan. Dan kedatangan Roland di sana telah meningkatkan moral dan semangat Tentara Pertama secara maksimal, perang yang akan menentukan masa depan kedua belah pihak kini sudah semakin dekat.     

Ada lebih dari 4.000 prajurit elit yang dimiliki pasukan Roland, termasuk satu tim kesatria cadangan yang dikirim oleh Adipati Calvin dari Wilayah Utara, kelompok investigasi awal yang dipimpin oleh Kilat dan Maggie, Sylvie yang memiliki Mata Sihir, dan juga para penyihir tempur yang tersebar di sekitar perkemahan. Seharusnya semua persiapan ini sudah lengkap. Bahkan pergerakan gereja benar-benar sesuai dengan skema pertempuran yang digagas oleh Departemen Penasihat, dan penduduk di Bukit Angin Dingin sudah berhasil dievakuasi. Jadi, bahkan jika musuh berniat menggunakan Pil Berserk, mereka hanya bisa memanfaatkan jemaat mereka di Kota Suci atau penduduk dari kerajaan lain.     

Semua persiapan ini bisa dibilang sudah cukup sempurna.     

Namun, Roland masih merasa agak khawatir.     

Roland mengkhawatirkan kedatangan para Penyihir Suci.     

Masih belum diketahui kapan Penyihir Suci itu akan muncul dan kapasitas apa saja yang bisa mereka lakukan dalam pertempuran ini.     

Untuk mencegah jatuhnya korban akibat serangan musuh, para penyihir yang berada di garis depan harus sangat berhati-hati dan waspada beberapa hari terakhir ini. Mereka semua berkumpul di aula perkemahan. Sylvie dan Nightingale dibagi menjadi 2 kelompok untuk mengambil shift jaga malam. Seluruh perkemahan itu akan dibangunkan oleh suara sirene dari Gema begitu ada reaksi kekuatan sihir yang terdeteksi.     

Dengan penjagaan dan pengawasan yang ketat seperti ini, gereja tidak akan mengambil tindakan lebih lanjut selain mengirim pasukan mereka untuk merebut Bukit Angin Dingin. Roland bahkan belum melihat ada satu pun Penyihir Suci.     

Roland tidak tahu apakah musuh sedang merencanakan sebuah konspirasi yang bisa menghancurkan seluruh dunia ini, atau mereka hanya menganggap remeh pasukannya, atau berencana untuk membunuh dirinya di medan perang nanti.     

Yang bisa Roland lakukan sekarang hanyalah terus menunggu.     

…     

Roland sedang berbaring di tempat tidur lebih awal setelah makan malam. Namun, Roland tidak bisa tidur sampai sinar bulan yang terang bersinar melalui jendela di samping tempat tidurnya. Roland mengenakan mantelnya dan berjalan keluar dari kamar. Nightingale yang berada di luar ruangan segera menghampiri Roland.     

"Apa yang kamu pikirkan sampai kamu tidak bisa tidur?" tanya Nightingale.     

"Yah, mungkin karena terlalu banyak jerami di bawah tempat tidur." kata Roland sambil menggosok-gosok lehernya dan mengeluarkan selembar helaian gandum dari balik pakaiannya. "Rasanya ada sesuatu yang menusuk-nusuk punggungku ketika aku berbaring di atas tempat tidur itu."     

"Aku juga merasakan hal yang sama." kata Andrea yang juga sedang berjaga. "Jangankan bisa tidur di tempat tidur besar yang nyaman di atas, setidaknya tempat tidur itu masih harus dilapisi dengan tambahan 2 lembar kain sutra. Adipati Wilayah Utara itu sangat pelit."     

"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, kita ini sedang berperang, bukan sedang berekreasi," kata Ashes dengan jengkel, "Masih untung kita masih memiliki tempat untuk berteduh, jangan banyak menuntut."     

"Ya ya ya, tentu saja, bagi seseorang yang memiliki kulit tebal dan kasar, kenyamanan bukanlah sesuatu yang penting." balas Andrea dengan sengit.     

"Memiliki kulit tebal dan kasar masih lebih baik daripada menjadi orang yang lemah dan rapuh." jawab Ashes.     

"Aku pikir kita harus mengadakan duel untuk melihat siapa yang lebih lemah dan rapuh."     

"Kamu akan mengetahui siapa orangnya setelah kita selesai berperang melawan gereja."     

"Tunggu sebentar … bolehkah aku ikut bertaruh?" tanya Shavi sambil mengangkat tangannya.     

Nightingale menarik Roland ke samping dan berkata, "Jangan pedulikan mereka, ini rutinitas mereka setiap malam."     

Roland menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Aku tidak akan menyatukan mereka dalam satu shift jika aku tahu ini akan terjadi." Karena lingkup pengawasan Nightingale jauh lebih kecil daripada pengawasan yang bisa dilakukan oleh Mata Sihir Sylvie, tim jaga malam untuk penyihir tempur diserahkan kepada Shavi, Ashes dan Andrea. Mereka akan menjadi kelompok penyihir tempur yang kuat bersama Nightingale. Sementara tim shift malam yang lain kebanyakan berisi para penyihir yang bisa melakukan pertahanan. Anggotanya adalah Agatha, Si Angin Sepoi dan Iffy. "Bagaimana dengan tim yang lainnya? Bisakah mereka beradaptasi dengan timnya?" tanya Roland.     

"Para penyihir Asosiasi Persatuan Penyihir tidak pilih-pilih kenyamanan seperti kamu," jawab Nightingale sambil mengedipkan matanya, "Dan mereka sudah mengalami tidur di alam terbuka dan kelaparan selama mereka merantau, sehingga mereka tetap bisa merasa nyaman dan tidur dalam kondisi seperti ini."     

"Yah, sepertinya aku orang yang paling tidak betah seperti ini …" kata Roland sambil duduk di tangga, ia menatap ke arah bintang-bintang di langit dan bertanya, "Apa yang akan kita lakukan ketika semua peperangan ini berakhir nanti?"     

Nightingale duduk di samping Roland sambil berkata, "Kamu merasa gugup, bukan?"     

Roland menyentuh hidungnya dengan kikuk dan berkata, "Aku hanya merasa sedikit gelisah. Jika kita tidak bisa mengalahkan gereja …" Roland berpikir dalam hati, "Apakah Kota Tanpa Musim Dingin bisa terus berjalan seperti saat ini? Apakah kerajaan Graycastle akan sepenuhnya ditaklukkan oleh gereja, atau akankah gereja mengembalikan hak feodal kepada para bangsawan? Dan bagaimana dengan Anna dan para penyihir lainnya … bisakah mereka melarikan diri dengan selamat ke Pulau Tidur?"     

Roland telah mengabdikan dirinya untuk mengembangkan semua hal yang ada di Kota Tanpa Musim Dingin dan perasaannya telah sangat berakar terhadap orang-orang yang ada di sekelilingnya tanpa ia sadari.     

"Jangan khawatir," kata Nightingale sambil memegang tangannya dengan lembut. "Seperti yang aku katakan sebelumnya … kamu tidak akan terluka selama aku masih hidup," Nightingale berhenti sejenak dan melanjutkan, "Apalagi kisah kita baru akan dimulai."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.