Bebaskan Penyihir Itu

Tembakan yang Menggelegar



Tembakan yang Menggelegar

0Keesokan harinya, Roland baru saja datang ke pos komando sambil membawa sarapannya ketika ia menerima laporan dari Maggie.     
0

"Pasukan gereja sudah dalam perjalanan, coo!" Suara Maggie yang gugup bisa terdengar dari Pelat Simbol Pendengaran. "Sebuah pasukan telah meninggalkan Bukit Angin Dingin dan mereka sedang bergerak maju ke garis pertahanan kita, coo!"     

"Ada berapa banyak jumlah pasukan itu?" tanya Roland.     

"Satu, dua, tiga … totalnya ada 5 tim pasukan!"     

Roland yang sedang mempersiapkan konferensi pertempuran garis depan duduk kembali dan berkata, "Apa? Lima tim pasukan?"     

"Mereka mengenakan baju zirah yang berkilauan, mereka memegang bendera berlambang Kota Suci tinggi-tinggi. Dasar tukang pamer, coo! Apa aku perlu melaporkan hal ini ke pasukan artileri?" tanya Maggie.     

"Uhm … tidak perlu, kamu harus terus mengawasi situasi di Bukit Angin Dingin." Lalu Roland memakan rotinya dan bertanya-tanya dalam hati, "Apa yang sedang direncanakan oleh gereja?"     

"Mungkin gereja sedang menuju ke sini untuk memohon belas kasihan kepada kita?" kata Nightingale sambil mengerucutkan mulutnya.     

"Jika mereka memang berniat begitu, gereja seharusnya tidak mengirim pasukan mereka untuk menyerang Bukit Angin Dingin." sahut Roland sambil mengerutkan kening.     

Satu setengah hari kemudian, peleton gereja sudah mencapai garis depan pertahanan. Hakim Agung yang memimpin pasukan itu mengklaim bahwa mereka adalah utusan delegasi yang dikirim oleh gereja untuk bertemu dengan Yang Mulia Roland. Mereka juga membawa sebuah surat yang ditulis oleh tulisan tangan Paus Tertinggi yang ditujukan kepada raja muda Kerajaan Graycastle.     

"Bagaimana menurut Anda?" Roland mengumpulkan Departemen Penasihat dan para penyihir, lalu ia bertanya kepada mereka, "Mungkinkah ini hanya sebuah tipuan yang dilakukan oleh para Penyihir Suci?"     

"Aku ingin menanyakan pendapat Anda terlebih dahulu sebelumnya," sahut Edith, "Maukah Anda menerima negosiasi damai mereka jika gereja memang ingin menyerah?"     

Roland menolak kemungkinan itu dengan tegas, "Jika gereja mau membubarkan Pasukan Penghukuman Tuhan dan menangkap semua manajemen senior gereja dan menyeret mereka semua ke pengadilan, aku masih bersedia untuk berdamai. Namun, aku rasa gereja tidak mungkin menerima persyaratan seperti ini."     

"Itu benar," jawab Edith, "Kalau begitu, Anda tidak perlu menemui utusan delegasi itu sekarang. Apalagi jika ternyata memang ada konspirasi, proses negosiasi ini dapat mempengaruhi pikiran Anda."     

"Aku setuju denganmu." jawab Agatha sambil mengangguk. "Meskipun tidak ada reaksi kekuatan sihir pada kelima tim utusan itu, tetapi kemampuan penyihir bisa sangat beragam, tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi nanti."     

"Mungkin kita harus menangkap mereka untuk diinterogasi dan melenyapkan mereka secara diam-diam setelah kita mengetahui tujuan mereka yang sebenarnya untuk datang ke sini," kata Si Kapak Besi sambil membuat gerakan memotong tenggorokan.     

"Yang Mulia Roland, Kerajaan Graycastle bukan Kota Pasir Besi," sahut Tuan Eltek, "Lebih baik kita tidak melakukan hal itu, karena perbuatan itu akan merusak reputasi Anda jika sampai berita itu tersebar."     

"Aku tahu." sahut Roland sambil menatap ke arah Si Kapak Besi. "Katakan kepada mereka untuk meninggalkan suratnya dan suruh mereka pergi dari sini."     

"Baik, Yang Mulia." sahut Si Kapak Besi.     

Roland bertanya-tanya dalam hatinya. "Apa yang ditulis oleh Paus Tertinggi dalam surat itu?"     

"Apakah surat itu berisi saran atau bujukan?"     

Setelah diperiksa oleh Sylvie dan Agatha, surat yang ditulis langsung oleh Paus Tertinggi itu akhirnya sampai ke tangan Roland.     

Sambil membuka amplopnya yang tampak cantik, tulisan tangan pada surat itu juga ternyata sangat indah.     

Dan isi surat itu membuat Roland terkejut.     

Paus Tertinggi menjelaskan mengenai asal-usul dan tujuan gereja secara terang-terangan dan ia juga mengungkapkan keberadaan musuh terbesar umat manusia, yaitu pasukan iblis.     

Jika saja Roland benar-benar tidak mengetahui rahasia gereja yang berusia 400 tahun sebelumnya, isi surat itu mungkin sudah cukup untuk membuatnya kebingungan.     

Apakah ini strategi musuh?     

Membingungkan lawan dengan cara menceritakan sejarah yang sudah sangat lama dan menganggap kejujuran itu sebagai bentuk ketulusan untuk bernegosiasi?     

Setelah penolakan Roland, tim utusan delegasi itu kembali ke Bukit Angin Dingin, dan kali ini mereka mengirimkan satu peleton tentara lagi, beserta tim utusan delegasi yang berisi 5 orang lagi.     

Tentu saja, Roland tidak mau menemui mereka lagi dan ia menyuruh mereka untuk meninggalkan surat yang mereka bawa untuknya.     

Kali ini isi surat itu lebih dalam, isinya menceritakan tentang Pertempuran Besar Pertama dan Kedua juga sejarah berdirinya Pusat Persatuan Penyihir sebelum gereja dibentuk. Paus Tertinggi percaya bahwa pertempuran yang sudah berlangsung selama 400 tahun ini adalah sebuah ujian dari Tuhan terhadap umat manusia.     

Tentu saja Roland tidak serta-merta mempercayai isi surat ini, tetapi ia mulai merasa gelisah dalam hatinya.     

Gereja terus mengutus beberapa pasukannya dan tim utusan delegasi untuk mengirim beberapa surat lain yang ditulis oleh Paus Tertinggi ke garis pertahanan Roland dalam waktu 1 minggu berturut-turut. Surat-surat yang berikutnya tidak mengungkapkan terlalu banyak informasi baru, dan isi suratnya jadi semakin pendek. Roland tetap tidak bergeming untuk bergabung dengan gereja dalam menghadapi pasukan iblis.     

Gereja baru berhenti mengirim tim utusan delegasi baru ketika musim panas telah tiba.     

Kali ini musuh datang dengan kekuatan penuh.     

*******************     

"Di sini Kilat, musuh telah memasuki zona ke 9! Aku ulangi, musuh telah memasuki zona ke 9!"     

Mendengar suara Kilat yang berasal dari Pelat simbol Pendengaran, Si Cakar Kucing membuka buku manual yang ada di tangannya. "Uh … zona 9, zona 9 …."     

"Cepat!" teriak Rodney, "Peluru meriamnya sudah terpasang!"     

"Aku sudah bergerak cepat!" balas Si Cakar Kucing, "Ah … ada di sini, sudut 26, tembakan ke 15!"     

Nelson dengan cepat mengayunkan gagang laras meriam. "26 … 15, sudah lengkap!"     

"Siap menembak!"     

Si Cakar Kucing dengan cepat menutup kedua telinganya setelah mendengar teriakan itu.     

"Tembaaakk!"     

Jop dengan cepat menyalakan sebuah korek api, dan Meriam Benteng 152 mm itu langsung mengeluarkan raungan yang menggelegar, gelombang suara ledakan bercampur hembusan udara menghempas wajah Jop. Suara tembakan meriam itu seperti sebuah palu yang dihantamkan ke dada Si Cakar Kucing, membuat darahnya bergejolak. Si Cakar Kucing bisa merasakan tanah di bawah kakinya mulai bergetar.     

"Inilah kekuatan Meriam Benteng 152 mm yang sesungguhnya," pikir Si Cakar Kucing, "Meriam Benteng 152 mm ini adalah senjata yang lebih cocok untuk dioperasikan para pria kuat, dibandingkan dengan revolver kecil yang hanya seberat 5 kilogram."     

Satu-satunya penyesalan Si Cakar Kucing adalah, ia tidak bisa melihat ketika peluru meriam itu mendarat ke musuh.     

Sambil memberanikan diri, Si Cakar Kucing mendekati Batu Ajaib yang ada di tangan Daun dan berkata, "Uhm … Nona Kilat, apakah peluru kami berhasil mengenai target?"     

"Ah ya … peluru kalian mengenai target dengan telak," jawab Kilat.     

…     

Dibandingkan dengan para penembak yang berada di posisi belakang, Kilat dan Maggie dapat mengamati pergerakan musuh dan serangan yang ditembakkan oleh pasukan artileri secara langsung.     

Kilat melayang pada ketinggian yang aman dan ia menatap ke bawah dengan menggunakan teleskopnya. Kilat menyadari bahwa meriam howitzer yang diluncurkan barusan jatuh di area barat zona ke 9 yang berjarak sekitar 4 meter melenceng dari perkiraan titik jatuh. Mungkin karena ada perubahan angin, pelurunya sedikit melenceng. Namun efek yang ditimbulkan peluru itu tidak terlalu buruk. Pasukan gereja telah memenuhi seluruh jalur pegunungan. Dengan begitu, di mana pun peluru itu mendarat, ledakan besar akan langsung terjadi selama pelurunya mengenai pasukan gereja.     

Ledakan itu sama hebatnya seperti serangan yang sebelumnya.     

Kilat tidak bisa melihat seluruh proses melesatnya peluru meriam itu sampai pelurunya benar-benar mendarat. Hal pertama yang muncul di mata Kilat adalah cahaya berwarna merah gelap, diikuti oleh debu dan kerikil yang beterbangan di udara, lalu udara di sekitarnya menghasilkan debu yang tebal. Suara ledakan tidak akan terdengar sampai beberapa saat kemudian.     

Ketika asap ledakannya mulai menghilang, titik pendaratan peluru meninggalkan bekas terbakar yang berwarna hitam, dan di sekitar area itu terdapat tumpukan mayat yang bergelimpangan, potongan-potongan tubuh yang berserakan di mana-mana, cipratan darah dan organ-organ tubuh yang lengket yang telah mengotori baju zirah mereka yang mengkilap dengan sentuhan warna merah terang. Pasukan Penghakiman yang berada pada jarak yang lebih jauh terlihat sangat berbeda, tubuh mereka memang tidak terluka, tetapi mereka muntah darah dan roboh ke tanah. Beberapa orang dari mereka masih bisa berjalan beberapa meter sebelum akhirnya benar-benar tumbang, dan cara berjalan mereka yang sempoyongan membuat mereka tampak seperti para prajurit yang sedang mabuk.     

Hanya 1 tembakan peluru meriam saja sudah dapat menyebabkan gereja kehilangan hampir 50 orang prajuritnya.     

Kilat mengayunkan tinjunya dengan gembira dan berkata, "Kalian memang pantas mendapatkan ledakan itu!"     

Lalu Kilat mengalihkan pandangannya ke zona penembakan yang berikutnya.     

"Perhatian, musuh melewati zona ke 12, cepat tembak, aku ulangi, cepat tembak mereka!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.