Bebaskan Penyihir Itu

Bangun Dari Tidur Panjang



Bangun Dari Tidur Panjang

0Ketika cahaya menembus kegelapan dan pandangannya yang buram mulai menyesuaikan dengan cahaya yang ada di sekitarnya, langit-langit yang berwarna putih adalah hal pertama yang dilihat Roland. Butuh beberapa detik bagi Roland untuk menghilangkan rasa pusingnya dan ia merasa semakin aneh ketika pandangannya menjadi lebih jelas.     
0

"Di mana ini?" pikir Roland.     

Roland tiba-tiba duduk dan memperhatikan bahwa ia sedang berada di sebuah kamar yang terlihat modern. Roland tidur di tempat tidur yang empuk dengan lampu meja dan ada sekotak tissue di satu sisi tempat tidur dan lemari pakaian berwarna merah marun di sisi lainnya. Sinar matahari yang menyilaukan masuk menembus tirai dan sinarnya menyapu lengan Roland, membuat lengannya terasa sedikit hangat.     

"Sialan! Apakah pertarungan ini masih belum juga berakhir?" rasa kantuk Roland tiba-tiba menghilang.     

Roland turun dari tempat tidur dan ia mengulurkan tangannya untuk 'menciptakan' senjata untuk membela diri, tetapi tangannya tetap kosong setelah beberapa kali ia berusaha 'menciptakan' senjata itu.     

Hati Roland tercekam.     

"Mungkinkah … aturan alam pertempuran jiwa telah berubah lagi?" pikir Roland dengan panik.     

"Sayang sekali. Jika aku tidak bersenjata seperti ini, aku pasti akan dikalahkan oleh Penyihir Suci itu dengan semua keterampilan dan kecepatan yang dimilikinya."     

"Lalu, bagaimana dengan aturan di alam pertempuran jiwa yang menampilkan sebuah tempat yang paling berkesan di dalam memori seseorang sebagai tempat untuk bertarung? Aku tidak punya kesan yang mendalam terhadap kamar ini!" pikir Roland.     

Roland diam-diam berjalan ke pintu kamar dan ia bersandar ke pintu untuk mendengarkan suara-suara dari luar. Roland mendengar suara yang terputus-putus, sepertinya ada orang yang sedang berbicara di luar.     

Dengan hati-hati Roland memegang gagang pintu dan membuka pintunya sedikit. Di luar adalah sebuah ruangan yang lebih luas yang tampak seperti ruang tamu. Kipas tua di samping sofa kosong itu berderak dan terus berdengung. Ada meja teh dan TV yang menempel di dinding dengan layar yang terus berkedip-kedip di depan sofa. Mungkin suara-suara itu berasal dari TV itu.     

Selain TV dan kipas angin yang berdengung itu, tidak ada seorang pun di ruang tamu itu.     

Situasi ini terasa agak aneh.     

Roland menarik napas dalam-dalam dan ia perlahan berjalan ke ruang tamu itu.     

Sepotong pita merah yang dijepit di pinggir kipas itu melambai-lambai tertiup angin dan angin yang sejuk berhembus dengan lembut membuat Roland merasa sedikit segar. Roland menyadari bahwa ruang tamu itu terasa agak pengap saat ini, dan suara jangkrik yang berderik menandakan bahwa saat itu sedang musim panas.     

Beberapa majalah tampak berserakan di sofa. Roland mengambil salah satu majalah itu dan membuka halamannya. Isi majalah itu bisa dibilang sangat kekanak-kanakan. Isi majalahnya mengenai fashion, horoskop, dan ramalan percintaan yang hanya dibaca oleh gadis-gadis yang belum dewasa.     

Roland mengerutkan keningnya lebih dalam.     

Sepertinya ini bukan rumahnya karena Roland tidak mungkin membeli majalah seperti itu, baik di kehidupan di masa lalunya ataupun di kehidupannya yang sekarang.     

Berita yang ada di TV menarik perhatian Roland.     

"Kemarin malam, sebuah ledakan yang tidak dapat dijelaskan terjadi di gedung sekolah setempat. Sebuah gedung sekolah tampak rusak berat. Foto-foto ini menunjukkan bahwa seluruh atap telah roboh dan pecahan-pecahan kaca jendela berserakan di mana-mana. Apa yang sebenarnya terjadi? Sekarang, mari kita hubungi reporter kami yang ada di lokasi kejadian." kata si pembawa berita.     

Roland ternganga, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di TV.     

"Selamat sore, semuanya. Aku sedang berdiri di samping gedung sekolah tempat sebuah ledakan terjadi." Seorang reporter wanita muncul di layar TV dan latar belakang wanita itu adalah bangunan tempat Roland bertarung melawan Zero! "Menurut para saksi, ada nyala api yang menyilaukan diiringi suara ledakan yang terus-menerus tadi malam. Untungnya, tidak ada korban jiwa karena tidak banyak siswa yang tinggal di sekolah karena mereka sedang liburan musim panas. Seluruh sekolah saat ini disegel oleh polisi dan para siswa juga dipindahkan ke asrama terdekat. Namun, penyebab ledakan masih belum diketahui sampai saat ini."     

"Apa pendapatmu tentang kejadian ini?" tanya si pembawa berita dalam siaran langsung itu.     

"Kami hanya dapat mengatakan bahwa kejadian ini memang sangat aneh. Semua orang tahu bahwa tidak mungkin ada orang yang memasang pipa gas alam di dalam gedung sekolah, di tambah lagi pusat ledakan itu berasal dari lantai paling atas," jawab reporter wanita itu, "Beberapa orang berspekulasi bahwa ledakan itu mungkin berasal dari kecelakaan pesawat, beberapa orang mengira bahwa itu adalah ledakan yang berasal dari meteor kecil yang jatuh ke atap gedung dan bahkan ada juga yang mengatakan bahwa ledakan itu mungkin berasal dari kedatangan pesawat alien. Aku akan kembali melaporkan apa yang terjadi begitu polisi memiliki kesimpulan yang pasti."     

"Terima kasih." kata si pembawa berita sambil mengangguk. "Kalau begitu, mari kita lihat berita yang berikutnya. Saat ini sedang musim panas dan panasnya terasa sangat menyengat. Para siswa bisa menikmati liburan musim panas di rumah daripada harus berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Departemen Pendidikan telah mengeluarkan pemberitahuan resmi yang melarang diadakannya les privat di luar jam sekolah. Silakan hubungi hotline kami jika Anda menemukan salah satu kasus seperti itu …."     

Roland tidak mendengarkan ucapan pembawa berita itu lebih lanjut karena pemandangan gedung sekolah yang runtuh memenuhi pikirannya. "Bukankah alam pertempuran jiwa itu hanya sebuah ilusi? Bagaimana mungkin dunia nyata bisa terkena dampaknya?"     

Setelah terpaku sejenak, Roland berlari menuju pintu ruang tamu ketika ia tiba-tiba menyadari sesuatu. Gelombang hawa panas tiba-tiba masuk ke dalam rumah ketika ia membuka pintunya.     

Sebuah penampakan kota modern muncul di hadapan Roland!     

Bangunan-bangunan tinggi di kejauhan membentuk 'hutan beton' yang padat. Tempat ini berada di samping jalan raya yang sibuk dan tidak jauh dari sana banyak mobil dan pejalan kaki yang tidak ada habisnya. Kini, Roland sedang berdiri di koridor sebuah gedung apartemen. Roland menoleh dan melihat plat nomor emas bernomor 0825 yang tergantung di tengah pintu. Jika Roland tidak salah, itu berarti kamar nomor 25 di lantai 8.     

"Permisi. Tolong jangan berdiri menghalangi koridor."     

Roland sedikit terkejut. Roland berbalik dan ia melihat seorang wanita paruh baya sedang menatapnya dengan tatapan tidak sabar. Wanita itu berjalan melewati Roland setelah Roland memiringkan tubuhnya ke satu sisi koridor. Aroma parfum berkualitas rendah yang menyengat menusuk hidung Roland saat wanita itu melewatinya.     

"Dasar anak muda, jam segini masih belum berangkat kerja dan berkeliaran di koridor hanya mengenakan singlet dan celana dalam. Bagaimana bisa anak muda zaman sekarang bisa begitu tidak tahu malu?" gerutu wanita tua itu, suaranya kebetulan bergema di koridor hingga terdengar ke telinga Roland. Teknik sindirian seperti itu tampaknya sering digunakan para wanita tua untuk mengomeli anak muda.     

Roland berjalan kembali ke dalam apartemen 0825 dan menutup pintunya dengan keras.     

"Zero! Keluarlah!" teriak Roland.     

"Jangan buang waktu untuk bersembunyi!"     

"Apakah ini trik barumu? Memasukkan berbagai memori secara acak ke dalam kepalaku?!"     

"Jangan konyol. Alam pertempuran jiwa itu hanya ilusi!"     

Tidak ada yang terjadi di ruangan itu meskipun Roland sudah berteriak-teriak.     

Roland meraih sebuah cangkir yang ada di atas meja dan menghempaskan cangkir itu ke dinding. Cangkir itu langsung pecah berkeping-keping.     

"Inikah caramu untuk mengalahkanku?" kata Roland sambil mencibir. "Kamu mencoba menjebakku dalam alam kesadaran ini selamanya? Kamu tidak akan bisa mengurungku, Zero!"     

Roland harus segera bertindak untuk keluar dari tempat ini.     

"Bagaimana aku bisa pergi dari sini jika ini adalah ilusi lainnya di alam pertempuran jiwa?" pikir Roland dengan panik.     

Bunuh diri jelas merupakan pilihan terakhir, dan Roland memutuskan untuk mulai melakukan percobaan bunuh diri yang paling sederhana, ia harus menjatuhkan dirinya dari tempat tinggi.     

Roland memindahkan beberapa buah kursi dan menumpuk kursi-kursi itu mulai dari yang paling besar hingga yang paling kecil ke sandaran sofa, sehingga ia tidak akan terluka parah jika ia sampai gagal melakukan percobaan bunuh diri ini.     

Setelah selesai, Roland mulai memanjat ke atas tumpukan kursi itu dengan perlahan. Kepala Roland kini hampir menyentuh langit-langit, dan menjatuhkan diri ke belakang rasanya memang menakutkan.     

Namun, hambatan psikologis ini tidak ada artinya bagi Roland karena ia telah mengalami kematian berkali-kali dengan berbagai cara sebelumnya.     

Roland bisa mendengar seseorang membuka kunci pintu dari luar ketika ia sedang berada di atas tumpukan kursi-kursi yang mulai bergoyang-goyang.     

"Mungkin pemilik rumah ini sudah kembali?" pikir Roland.     

Tumpukan kursi itu rubuh sebelum Roland bisa menyeimbangkan dirinya.     

Roland berjuang untuk bangkit berdiri dari tumpukan kursi-kursi yang menimpanya dan ia melihat seorang gadis kecil yang berusia sekitar 11 atau 12 tahun yang berjalan ke ruangan itu sambil membawa tas ranselnya. Namun, Roland bisa langsung mengenalinya dari rambut putih panjang dan matanya yang berwarna merah muda.     

"Zero!" seru Roland dengan terkejut.     

Dan, gadis kecil itu juga tampak sangat terkejut ketika ia melihat Roland.     

"Apa yang kamu lakukan?! Paman!" seru gadis kecil itu.     

Pemandangan yang ada di sekitar Roland mulai bengkok, seolah-olah dunia sedang terbalik. Roland berusaha bangkit berdiri dan napasnya tersengal-sengal. Sebuah ruangan yang familiar tiba-tiba muncul di hadapannya.     

Dinding batu berwarna abu-abu, tirai beludru yang tebal, dan Batu Ajaib yang bersinar ….     

Apa ini … Kota Tanpa Musim Dingin?     

"Praakk!"     

Itu adalah suara baskom kayu yang terjatuh di lantai.     

Roland menoleh ke arah suara itu dan ia melihat Anna sedang berdiri di sana dengan kedua mata terbelalak. Baskom kayu yang jatuh di lantai masih berputar dan air hangatnya tumpah membasahi karpet.     

Kemudian Anna mulai berlari ke arah Roland.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.