Bebaskan Penyihir Itu

Memutar Ulang Kejadian Dengan Kekuatan Sihir



Memutar Ulang Kejadian Dengan Kekuatan Sihir

0Menjelang siang, Roland tengah bersiap-siap untuk pergi ke pegunungan bersalju.     
0

Peralatan yang akan dibawa Roland termasuk tenda, perbekalan, dan kapal dayung bertenaga uap. Karena wilayah pemukiman iblis itu berupa pantai, maka Roland harus berangkat dari pantai dangkal. Seperti biasa, Si Burung Kolibri yang akan bertanggung jawab untuk mengurus masalah transportasi.     

Roland harus mengakui, sepertinya aneh jika Si Burung Kolibri yang tubuhnya sekecil Nana, dapat mengangkat seluruh kapal beton itu di atas kepalanya sendiri. Pemandangan yang dilihatnya ini mengingatkan Roland tentang seekor semut yang mampu memindahkan beras yang berukuran sepuluh kali lebih besar dari tubuh semut itu sendiri. Jika Si Burung Kolibri kebetulan berada di seberang kapal, Roland mungkin akan mengira ia sedang melihat sebuah kapal yang diam-diam bergerak dengan sendirinya di pantai seperti 'kapal hantu'.     

Selama Si Burung Kolibri menempelkan tangannya di kapal beton itu, ia bisa membantu transportasi jadi lebih mudah. Dengan menggunakan kemampuan Si Burung Kolibri, ini adalah sebuah cara yang jauh lebih efisien untuk memindahkan barang-barang dibandingkan dengan metode sebelumnya, di mana Si Burung Kolibri harus menghabiskan banyak waktu untuk mengurangi bobot setiap barang. Metode baru ini juga bisa menghemat banyak kekuatan sihir Si Burung Kolibri. Satu-satunya kelemahan Si Burung Kolibri adalah ia perlu memegangi barang-barang itu terus-menerus, itu berarti ia hanya bisa memindahkan 2 jenis barang dalam satu waktu.     

Kapal dayung bertenaga uap itu menuju ke barat melewati pegunungan dan perbukitan yang tidak ada habisnya. Rombongan Roland akhirnya tiba di Pantai Batu Karang 2 hari kemudian.     

Terakhir kali ia ke sini, Roland menggunakan balon Pemantau Awan miliknya dan melihat semuanya dari atas langit. Sekarang ketika Roland akhirnya menginjakkan kakinya di pantai, ia baru menyadari bahwa tempat ini hanyalah sebuah hutan belantara yang luas dan terpencil.     

Pantai Batu Karang hanya berjarak 15 kilometer dari pantai dangkal, namun kondisi di kedua tempat ini sama sekali berbeda.     

Ada sisa-sisa bangkai hewan yang tertanam di lapisan kerikil dan bebatuan yang hancur di semua tempat, beberapa di antaranya bahkan telah mengering karena terkena paparan sinar matahari, sementara bangkai yang lain sedang dalam proses berubah menjadi batu karang. Beberapa tulang juga ditemukan di sini, tulang-tulang itu berukuran cukup besar, hampir seukuran tulang orang dewasa.     

Ada jurang yang curam di sana, tempat itu terasa aneh dan penuh aura mistis.     

Banyak stalagmit[1] berbentuk tajam yang tumbuh dari permukaan batu. Berbeda dengan stalagmit yang menggantung dari atas gua, stalagmit ini, yang terlihat seperti semacam kait yang tidak terhitung banyaknya tergantung terbalik jika dilihat sekilas, semuanya mencuat secara horizontal dengan ujung stalagmit yang mengarah ke langit-langit. Stalagmit ini sama sekali tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi. Roland tidak bisa melihat stalagmit ini dengan jelas saat terakhir kali ia mengunjungi tempat ini dari atas balon udara. Tetapi sekarang, saat Roland menjejakkan kakinya ke pantai ini, ia merasa bulu kuduknya meremang saat ia melihat pemandangan yang sangat aneh ini.     

Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang ditemukan di sepanjang pantai itu. Tidak ada burung camar yang bersarang di sekitar pantai, dan tidak ada rumput laut atau kerang yang ditemukan. Bahkan di bagian belakang pantai yang berbatu itu hanya terdapat hamparan luas lahan kosong, seolah-olah Kabut Merah itu telah mengambil semua yang bernyawa di tempat ini.     

Roland dan para penyihir lainnya menemukan sebuah celah sempit yang mengarah ke pemukiman iblis dengan bantuan tanda yang ditinggalkan oleh Lotus. Celah itu sebenarnya lebih tepat disebut sebagai patahan daripada sebuah celah. Saat celah itu hampir membelah seluruh tebing ini menjadi 2 bagian, Lotus menciptakan jalur yang sempit selebar 1,5 meter di bagian depan tebingnya.     

Selagi Roland dan rombongannya sedang menuruni tangga dan melewati celah itu, Nightingale berseru.     

"Ada apa?" tanya Roland kepada Nightingale.     

"Lihat ke sana." sahut Nightingale sambil menunjuk ke sebuah lubang tanpa dasar. "Ada sebuah lubang di bawah bebatuan itu."     

Mereka semua berhenti dan melihat ke arah lubang yang ditunjuk Nightingale. Di bawah sana, Roland melihat beberapa lubang berbentuk bundar, yang tampaknya dibor secara manual. "Lubang apa itu?"     

"Aku tidak tahu. Tetapi aku pernah melihat lubang yang mirip seperti lubang itu di Pegunungan Tak Terjangkau, hanya saja lubang yang ada di sana sedikit lebih besar dari lubang yang ada di sini." jawab Nightingale dengan ragu, "Aku merasa ada sesuatu yang sedang menatapku dari dalam lubang itu. Semakin dalam aku menyelidiki lubang itu, semakin tidak nyaman rasanya."     

"… Ada sesuatu di dalam lubang itu?" Roland sedikit terkejut.     

"Ada lebih dari 1 lubang seperti itu di Pegunungan Tak Terjangkau." jawab Nightingale sambil mengangguk. "Di lembah yang menuju ke perkemahan Asosiasi Persatuan Penyihir, ada sebuah jalan yang menuju ke bawah tanah. Aku belum pernah masuk ke dalam lubang itu."     

"Lain kali ajak Sylvie ke Pegunungan Tak Terjangkau setelah ia kembali nanti." sahut Roland sambil melihat lagi ke dalam lubang yang ada di bawah, ia berhasil menahan rasa penasarannya untuk mengeksplorasi lubang itu. Kemudian Roland memerintahkan rombongannya untuk terus bergerak maju.     

Meskipun benua ini adalah bagian dari Tanah Fajar, tempat di mana umat manusia telah menetap sejak 1.000 tahun yang lalu, mereka memiliki pemahaman yang sangat minim tentang dunia ini, seolah-olah umat manusia tidak pernah menjelajahi dunia luar. Roland pernah memberi tahu Agatha tentang bagaimana ia menggambar peta seluruh benua, tetapi Agatha berkata bahwa Pusat Persatuan Penyihir juga telah melakukan hal itu untuk menggambar Dataran Subur. Mereka membuat sketsa Dataran Fajar secara kasar. Sedangkan untuk wilayah yang berada di luar Dataran Fajar, mereka tidak tahu apa-apa mengenai hal itu.     

Itulah sebabnya Roland sepenuhnya mendukung Tuan Guntur untuk menjelajahi wilayah yang ada di luar negeri. Roland rasa itu hanyalah masalah waktu saja agar ia bisa memahami seluruh dunia ini, tetapi sekarang Roland baru menyadari bahwa ia sendiri bahkan tidak mengetahui wilayahnya sendiri - Kerajaan Graycastle di Wilayah Barat.     

Sayangnya, Roland harus mengesampingkan pemikiran itu untuk saat ini, karena perang melawan gereja juga sudah di depan mata.     

Roland dan rombongannya segera memasuki sebuah lahan terbuka setelah melewati celah di pegunungan itu. Tentara Pertama yang sedang bertugas di sana membawa mereka ke area perkemahan. Kemudian Roland bertemu dengan Agatha dan Soraya di sana.     

"Di mana Kilat dan yang lainnya?" tanya Roland.     

"Kilat sedang terbang bersama Summer." jawab Agatha sambil menghela napas. "Bocah itu terlalu bersemangat untuk bisa duduk diam. Pemukiman iblis ini sudah berubah menjadi semacam 'taman bermain' bagi bocah itu."     

"Tempat ini memang benar-benar akan menjadi sebuah taman nasional di dunia modern," seru Roland dengan semangat.     

"Apa katamu?" tanya Agatha.     

"Tidak … bukan apa-apa." Roland terbatuk untuk menyembunyikan rasa malunya. "Aku akan menggunakan Pelat Simbol Pendengaran untuk meminta Kilat kembali ke sini. Sekarang antar aku ke mana menara batu yang runtuh itu."     

Ketika rombongan Roland sudah mencapai tempat yang penuh dengan menara-menara batu hitam itu, Kilat, Maggie, dan Summer juga tiba di sana.     

"Kilat hendak mendarat!" seru gadis kecil itu.     

Gadis kecil berambut pirang itu perlahan-lahan turun ke tanah sambil merentangkan kedua tangannya ke samping. Lalu Kilat berbalik dan memeluk Roland.     

Roland tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis karena Kilat sudah mencapai masa pubernya, bisa dibilang ia sudah bukan gadis kecil lagi.     

"Awh …!" Selanjutnya Maggie juga ikut bergabung, ia membentangkan sayapnya dengan cara yang sama seperti Kilat. Maggie langsung terjatuh ke tanah, ia hampir saja membuat Summer terpental dari punggungnya.     

Roland mengerti Kilat adalah salah satu penyihir termuda di Persatuan Penyihir. Jadi, tidak heran jika Kilat selalu bersikap sangat lincah dan ceria. Namun, Maggie adalah seorang penyihir dewasa. Tidak masuk akal rasanya jika Maggie masih bertingkah seperti anak kecil. Hanya ada satu penjelasan yang masuk akal. Cara terbang Kilat tampaknya menular kepada Maggie.     

"Karena semua orang sudah ada di sini, mari kita mulai reka adegannya." kata Roland sambil memandang ke arah Summer, kedua kaki gadis itu tampak masih gemetaran setelah ia hampir terjatuh dari punggung Maggie tadi.     

"Baiklah … Yang Mulia." jawab Summer sambil terhuyung-huyung ke lubang dan ia mulai menutup matanya.     

Dalam sedetik, lubang besar yang ada di tanah mulai berganti dengan menara batu hitam raksasa. Sementara itu, udara di sekeliling mereka mulai dipenuhi dengan Kabut Merah yang tebal.     

Secara spontan, Roland melangkah mundur sambil menahan napas.     

"Inilah yang terjadi di sini 26 hari yang lalu, tepat sebelum kejadian itu," Agatha menjelaskan, "Jika Summer melakukan reka adengan hanya 1 kali, ia dapat mempertahankan ilusinya selama hampir 1 jam. Dengan demikian, kita bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi dari awal hingga akhir."     

"Di mana Mata Iblis yang kamu bicarakan itu? Yang memiliki ribuan bola mata kecil yang akan menarik perhatian iblis begitu mata itu melihat ke arahmu?" tanya Tilly dengan penasaran.     

"Di puncak menara batu ini." Agatha menunjuk ke atas menara batu raksasa itu. "Menara batu itu terlalu tinggi untuk dicapai oleh penglihatan Summer. Kita tidak bisa melihat Mata Iblis itu sekarang."     

Roland mendongak dan ia melihat bahwa ruangan di atas menara itu kosong, seolah-olah bagian atas menara itu telah ditebang. Tampaknya Summer hanya bisa merekonstruksi area yang berada dalam radius 5 meter darinya.     

Pada saat itu, tanahnya mulai bergetar.     

"Ada yang datang!" seru Agatha.     

[1] Batu kapur berbentuk kerucut yang ada di dalam gua     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.