Bebaskan Penyihir Itu

Tambang Batu Permata



Tambang Batu Permata

0Roland turun dari tempat tidurnya saat matahari sudah bersinar.     
0

Roland mengenakan mantelnya dan berjalan ke jendela. Salju yang menutupi bangunan-bangunan di luar sebagian sudah mencair dan mengungkapkan beberapa atap berwarna merah dan dinding yang berwarna abu-abu, serta membawa warna dan semangat kembali ke kota ini. Di dalam kamar Roland, hawa masih terasa dingin, tetapi jika ia menghadap ke arah sinar matahari, ia juga bisa merasakan sedikit kehangatan.     

Salju di luar sudah mulai mencair.     

Roland melangkah ke kantornya dan melihat sarapannya sudah tertata rapi di mejanya. Seperti biasa, ada telur goreng, 2 pancake, dan secangkir air hangat. Nightingale telah menyiapkan sarapan itu untuk Roland seperti biasa.     

"Terima kasih," kata Roland ke arah sofa yang tampak kosong.     

"Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?" tanya Nightingale selagi ia perlahan-lahan menampakkan dirinya.     

"Kamu tidak akan pernah duduk jika kamu punya kesempatan untuk merebahkan diri." jawab Roland sambil tersenyum kemudian ia meletakkan telur gorengnya di antara kedua pancakenya dan mulai menyantap sarapannya. "Selain itu, sofa itu agak melesak ke dalam di tempat kamu duduk. Bagaimana mungkin aku tidak tahu?"     

"Hei, aku juga suka duduk." Nightingale berlari ke meja Roland dan duduk di ujungnya, "Contohnya duduk di sini," tambahnya.     

Roland tidak pernah bosan melihat gerakan Nightingale yang anggun dan ringan bagai bulu, terutama bagian menakjubkan ketika Nightingale dengan cepat keluar-masuk dari dalam Kabutnya.     

"Kamu kelihatan bersemangat. Apa kamu bermimpi indah semalam?" tanya Roland.     

"Hehe, benar, semalam aku mimpi sangat indah," jawab Nightingale sambil mengangkat alisnya sedikit.     

"Baguslah kalau begitu." Roland buru-buru menghabiskan sarapannya dan melanjutkan, "Hari ini, kamu harus ikut denganku."     

"Karena percobaan pembunuhan itu?" tanya Nightingale.     

"Benar," jawab Roland, "Jika Timothy memberi perintah kepada mereka yang ada di daftar pemilik lambang dari ayahku, mungkin masih ada pembunuh lainnya yang berkeliaran di Wilayah Barat. Namun, tidak mungkin kita memeriksa setiap orang satu per satu." Roland merasa itu sangat memalukan karena orang-orang yang begitu berani dan pintar serta setia kepada keluarga kerajaan malah dipekerjakan sebagai pembunuh bayaran. Orang yang cakap seharusnya ditempatkan pada posisi yang lebih pantas. Sambil memikirkan hal ini, Roland menjadi semakin yakin bahwa ia harus segera melengserkan kekuasaan Timothy secepat mungkin.     

"Terserah kamu saja, Yang Mulia." jawab Nightingale sambil tersenyum, "Kita akan pergi ke mana?     

"Kita akan pergi ke tambang batu permata dan ke sumur garam. Itulah salah satu alasan mengapa aku datang ke Benteng Longsong."     

…     

Setelah memanggil Petrov dan personel terkait lainnya di istana Longsong, rombongan Roland melanjutkan perjalanan ke pinggir kota.     

Roland sebenarnya lebih peduli dengan tambang besi milik Keluarga Daun Maple dan Keluarga Mawar Liar, tetapi ia tetap menjadikan tambang permata itu sebagai lokasi perhentian pertama dalam tur investigasi ini, mengingat perdagangan permata adalah industri utama di Benteng Longsong, dan tambang permata itu juga merupakan lokasi yang terdekat di pinggir kota.     

Jalan menuju ke tambang permata becek dan berlumpur karena salju yang mencair, sehingga tidak mungkin diakses dengan menggunakan kereta. Karena itu, rombongan investigasi Roland menunggang kuda dan bergerak dengan sangat hati-hati dan pelan. Dibutuhkan waktu hampir sepanjang pagi untuk mencapai kaki Pegunungan Tak Terjangkau. Perjalanan yang menyulitkan ini semakin meyakinkan Roland akan pepatah yang mengatakan 'jalanan yang baik adalah akses tercepat menuju kekayaan'. Tanpa permukaan jalanan yang mulus ke tambang, meningkatkan hasil pertambangan tidak akan berdampak signifikan karena cuaca buruk dapat dengan mudah menghambat proses transportasi hasil tambangnya.     

Mereka melewati jalan setapak yang sempit dan berjalan ke dalam gua tambang yang luas, tempat pembuluh mineral berada. Selagi 100 obor dinyalakan di dalam gua, mereka hampir tidak bisa melihat apa-apa lagi di bagian dalam gua. Roland melihat ke sekelilingnya dan bertanya, "Apakah gua ini terbentuk secara alami?"     

"Benar, Yang Mulia." jawab Petrov sambil mengangguk dan melanjutkan, "Gua ini ditemukan secara tidak sengaja. Dulu bagian luar gua ini terdapat dinding batu yang halus, tetapi sekitar 300 tahun yang lalu, dinding batu itu runtuh saat terjadi gempa bumi dan ternyata ada sebuah gua di balik dinding batu itu. Awalnya, gua ini hanya digunakan oleh para pemburu lokal yang berlindung dari hujan di mulut gua, tetapi akhirnya, mereka berkelana lebih jauh ke dalam gua, dan mereka menemukan batu yang berwarna-warni ini di dalam."     

"Kamu mengetahui sejarah gua ini dengan sangat baik," kata Roland sambil tersenyum.     

"Kisah mengenai sejarah gua ini juga diketahui oleh setiap penduduk di Wilayah Barat." jawab Petrov sambil melambaikan tangannya untuk memberi isyarat kepada seorang pria lalu Petrov memperkenalkan pria itu kepada Roland. "Yang Mulia, pria ini bernama Denver Crain, ia adalah pengelola di tambang ini. Denver mengetahui lebih banyak tentang gua ini dari pada aku."     

"Apakah kamu anak buah Keluarga Adipati Ryan?" tanya Roland.     

"Tidak, Yang Mulia. Keluarga Crain tidak bekerja untuk keluarga bangsawan mana pun," jawab Denver. Denver Crain tampak seperti berusia awal tiga puluhan, tetapi ia berbicara seperti pria dewasa yang sudah matang. "Kami telah tinggal di dekat tambang ini selama beberapa generasi dan leluhurku adalah salah satu pemburu yang menemukan permata ini. Kami bekerja untuk menghasilkan batu-batu permata untuk 3 keluarga Adipati, dan peta tambang yang digambar oleh keluargaku sangat banyak, sehingga peta itu dapat ditumpuk hingga setinggi orang dewasa. Tidak ada yang mengetahui tentang gua ini lebih baik dari pada Keluarga Crain."     

Denver tampak sangat percaya diri tentang segala sesuatu yang ia ketahui mengenai tambang ini. Selagi Denver berbicara, bicaranya terdengar lancar dan tenang, meski ia bicara di depan seorang Pangeran. Sikap Denver yang tenang dan seragamnya yang berwarna hitam mengingatkan Roland akan gaya pakaian pelayan-pelayan di keluarga bangsawan dalam film-film yang pernah Roland tonton sebelumnya.     

Karena semua orang telah melewati pemeriksaan oleh Nightingale, Roland tahu orang ini bukan seorang mata-mata atau penyelundup. Lalu Roland bertanya kepada Denver, "Mengapa tidak ada orang yang bekerja di sini sekarang?"     

"Itu karena Bulan Iblis baru saja berakhir, Yang Mulia." Denver menjawab secara spontan, "Salju di pegunungan akan mencair dan mengalir ke sini. Meskipun kami telah membangun parit sebagai sistem pembuangan air dan kolam-kolam air untuk mengangkut air dari dalam tambang, kami tidak dapat mengeluarkan airnya secepat air yang mengalir dari atas pegunungan. Akibatnya, pekerja kami tidak bisa masuk ke dalam tambang di bagian bawah. Berdasarkan prosedur kami yang biasa, kami masih harus menunggu sampai musim panas tiba untuk melanjutkan operasional penambangan secara normal."     

"Apakah tambang besi di wilayah Keluarga Daun Maple dan Keluarga Mawar Liar juga menghadapi masalah yang sama saat ini?"     

"Aku belum pernah ke sana, tetapi aku pernah mendengar bahwa tambang besi mereka terletak di tempat yang lebih tinggi, dan terowongan tambang mereka membentang ke atas. Jadi aku rasa kondisi mereka mungkin masih lebih baik, tetapi mereka tetap harus menunggu 1 bulan lagi sebelum mereka bisa menambang di lubang tambang mereka."     

"Sepertinya kamu perlu beberapa buah mesin uap untuk mengeluarkan air." kata Roland sambil mengangkat bahu.     

"Mesin … uap … apa itu?" Denver tampak kebingungan.     

"Mesin uap adalah sebuah mesin yang memungkinkan kamu dan pekerjamu bisa tetap melanjutkan pekerjaan penambangan kalian di segala musim." jawab Roland sambil tersenyum. "Ada banyak hal harus kamu pelajari lagi mengenai penambangan."     

Denver menggerakkan bibirnya dengan sedikit tatapan tidak percaya, tetapi ia masih mampu menahan diri untuk tidak menyanggah komentar sang pangeran.     

Roland tidak memperhatikan ekspresi tidak percaya di wajah Denver. Roland pikir hanya masalah waktu saja bagi tambang ini agar bisa dilengkapi dengan jalur trem untuk kereta pengangkut hasil tambang, mesin uap untuk menyedot air, dan sistem penarik di lintasan trem yang sudah banyak digunakan di Tambang Lereng Utara di Kota Perbatasan. Roland sudah berhasil menjual 1 set mesin untuk pertambangan kepada seorang pengusaha pertambangan di Kota Perak. Namun, Roland tidak terlalu berminat pada pertambangan batu permata, jadi ia akan lebih fokus pada tambang besi terlebih dahulu.     

"Baiklah, kita sudah selesai di sini. Mari kita pergi ke tempat selanjutnya." kata Roland sambil berbalik.     

"Tunggu dulu, Yang Mulia. Keluarga Crain punya sedikit hadiah untuk Anda." Denver tampak terkejut dengan keputusan sang pangeran yang terkesan mendadak, ia berjalan cepat untuk menyusul sang pangeran. Denver mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil dan menyerahkannya kepada sang pangeran.     

"Oh?" Roland mengambil kotak itu dengan penasaran. Roland membuka kotaknya dan melihat ada 2 batu permata yang berkilauan di dalamnya, batu-batu itu memantulkan cahaya berwarna merah dan hijau yang menyilaukan dalam cahaya obor yang remang-remang. Roland agak terkejut ketika melihat batu-batu itu. "A … apakah ini batu-batu permata yang berwarna-warni itu?"     

"Benar, Yang Mulia. Batu-batu ini diambil dari batu permata berkualitas tinggi dan ini merupakan harta yang telah lama disimpan oleh keluargaku selama ratusan tahun," kata Denver sambil meletakkan tangan di dadanya. "Keluarga Crain merasa terhormat bisa melayani sang penguasa baru di Wilayah Barat."     

Roland begitu tertarik dengan batu-batu permata itu sehingga ia tidak memperhatikan kalimat terakhir yang diucapkan Denver. Batu-batu permata itu tampak familiar bagi Roland, bahkan bagi orang yang awam dalam bidang pertambangan seperti dirinya, Roland sudah pernah mendengar nama batu ini.     

Batu-batu ini disebut sebagai Batu Diaspore[1].     

[1] Batu Zultanite     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.